Opini  

Hari Penglihatan Sedunia: Sudahkah Kita Mengenal Katarak dengan Baik?

dr. Michael Chandra Sarsono

Oleh dr. Michael Chandra Sarsono

Melihat adalah anugerah yang tak ternilai yang diberikan oleh sang Pencipta kepada manusia. Sebagai makhluk visual, kita mampu menyerap hingga 80% informasi melalui indera penglihatan. Mata juga berperan sebagai jendela dunia mengabadikan keindahan alam dunia sehingga kita dapat menikmatinya. Namun, seringkali kita tidak sadar dan lalai dalam menjaga kesehatan mata, padahal masalah yang timbul pada penglihatan akan mengakibatkan dampak yang serius pada kualitas hidup, produktivitas pekerjaan, tingkat ketergantungan, finansial, hingga depresi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 2,2 miliar orang yang memiliki gangguan penglihatan, dimana satu miliar di antaranya memiliki gangguan penglihatan yang dapat dicegah. Di Indonesia, angka kebutaan sudah menembus 3% dari total penduduk, dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai angka 2% dari keseluruhan. Yang mencengangkan, angka kebutaan paling banyak disebabkan oleh katarak baik di regional NTT (71.4%), Indonesia (81%), dan secara global (94%).


Sumber: WHO dan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB)

Katarak bukan merupakan penyakit yang baru, bahkan masyarakat mengenal katarak sebagai masalah mata umum yang terkait dengan penuaan. Katarak adalah kondisi gangguan penglihatan yang ditandai dengan lensa mata yang mengeruh. Lensa berperan penting dalam membiaskan cahaya sehingga dapat jatuh tepat di retina mata. Dengan mengeruhnya lensa pada katarak, maka dapat muncul penglihatan buram, penglihatan ganda, silau saat melihat cahaya, sulit melihat pada malam hari, dan terganggunya persepsi warna. Saat ini, belum ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan atau mengembalikan lensa mata akibat katarak. Untungnya, katarak dapat disembuhkan melalui operasi.

Sayangnya, angka operasi katarak di Indonesia masih tergolong rendah, dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mata, akses layanan kesehatan mata yang sulit terutama di daerah kepulauan Indonesia Timur, kurangnya distribusi dan jumlah dokter spesialis mata, serta biaya operasi yang mahal. Hal ini mengakibatkan jumlah operasi katarak tidak dapat mengimbangi jumlah penderita katarak yang tinggi. Meskipun demikian, terdapat upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan angka operasi katarak, yaitu melalui program bakti sosial operasi katarak gratis di berbagai daerah.

Penting untuk diingat bahwa penanganan masalah gangguan penglihatan ini tidak dapat berhasil tanpa partisipasi aktif dari masyarakat. Mengingat sinar ultraviolet (UV) matahari dapat mempercepat proses katarak, maka masyarakat dapat mengenakan topi dan/atau kacamata hitam saat beraktivitas di luar ruangan. Selain itu, konsumsi sayur-mayur dan buah-buahan yang kaya akan antioksidan juga baik untuk kesehatan mata secara umum. Merokok juga dapat mempercepat proses katarak, sehingga pasien dianjurkan untuk berhenti merokok. Mengontrol gula darah tetap stabil juga diperlukan karena gula darah yang tinggi berisiko katarak yang cepat.

BACA JUGA:  COVID-19 dan Resistensi Kebijakan PPKM

Saat ini, kebanyakan masyarakat hanya datang memeriksakan mata saat muncul gejala yang berat. Karena perjalanannya yang bersifat lambat, katarak seringkali sulit disadari oleh penderitanya. Padahal katarak perlu ditemukan lebih dini karena katarak tahap lanjut dapat menyebabkan bocornya isi lensa, dan pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi glaukoma. Pada kasus lainnya, katarak tahap lanjut menyebabkan lensa sangat keras dan sulit untuk dikeluarkan. Deteksi dini katarak tidak harus menunggu adanya gejala, dan dapat dilakukan mulai dari sejak usia 40 tahun yang dilakukan setiap dua tahun sekali, atau setiap satu tahun sekali pada usia 65 tahun.

Pasien dengan gangguan penglihatan yang berat seringkali kesulitan dalam melakukan aktivitas harian mereka, terutama ketika harus pergi ke layanan kesehatan mata. Keluarga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan emosional serta mendampingi pasien saat hendak memeriksakan matanya. Jika terbatas secara finansial, keluarga juga dapat mencari informasi seputar kegiatan bakti sosial operasi katarak terdekat yang akan diselenggarakan, sehingga katarak dapat segera diatasi. Selain itu, keluarga dapat membantu pasien dalam penggunaan obat tetes mata dan menjalani kunjungan pasca operasi sesuai dengan petunjuk dokter.

Dalam peringatan Hari Penglihatan Sedunia (WSD) yang jatuh pada 12 Oktober 2023, mari kita introspeksi sejauh mana kita mengenal katarak dan sejauh mana keaktifan kita dalam menjaga kesehatan mata. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat berkontribusi dalam mengatasi masalah penglihatan dan menjaga mata kita tetap sehat. Seperti yang dikatakan oleh Henry David Thoreau, “mata adalah permata tubuh”, dengan demikian marilah kita jaga permata tubuh kita agar dapat terus bersinar dengan sehat. ***