Kupang, KN – Ancaman krisis pangan dunia semakin dekat. Pemerintah terus mendorong masyarakat untuk mencapai swasembada pangan, guna mengurangi ketergantungan ekonomi.
Sebagai salah satu BUMD milik pemerintah daerah, PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (NTT) atau Bank NTT punya peran penting untuk menangkal ancaman krisis pangan dunia.
Bersama pemerintah daerah, Bank NTT terus melakukan sejumlah upaya untuk membangun perekonomian masyarakat, melalui berbagai sektor.
Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho menegaskan, setidaknya ada 3 hal utama yang dilakukan oleh Bank NTT yaitu reengineering (mendesain ulang), refocusing (memfokuskan kembali), dan revitalisasi (menghidupkan kembali).
“Sebagai agent of development, Bank NTT harus hadir menciptakan berbagai solusi terhadap kondisi pembangunan ekonomi di NTT. Karena itu kita sedang melakukan reengineering, refocusing, dan revitalisasi dari fungsi Bank NTT,” ujar Dirut Bank NTT Alex Riwu Kaho dalam Dialog bersama RRI Kupang, Senin 12 September 2022.
Dijelaskan Dirut, bahwa saat ini Bank NTT telah berkolaborasi dengan semua pihak, untuk mengantisipasi berbagai kondisi dan tantangan, termasuk ancaman krisis pangan dunia.
Pihaknya menemukan, bahwa ada sejumlah potensi dan kantong-kantong ketahanan pangan di desa, yang membutuhkan reengineering dan penguatan.
Dirut Alex Riwu Kaho menegaskan, NTT punya potensi lahan dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa dikembangkan, untuk mengurangi ketergantungan suplai pangan dari daerah lain.
Namun terdapat sejumlah keterbatasan yang harus diatasi seperti persoalan infrastruktur, skill (kemampuan) dan knowledge (pengetahuan). Keterbatasan ini diperparah dengan akses perbankan atau lembaga keuangan yang masih jauh dari jangkauan masyarakat.
“Oleh karena itu, refocusing dan revitalisasi yang dilakukan oleh Bank NTT adalah, harus ada di desa dan bersama semua pihak melakukan reengineering ketahanan pangan,” jelasnya.
Dirut berharap upaya reengineering, refocusing dan revitalisasi yang dilakukan oleh Bank NTT, bisa mendukung pemerintah dalam mengantisipasi krisis pangan dunia.
“Jagung Bose, Ubi Nuabosi, dan Daun Ubi yang menjadi bahan konsumsi masyarakat NTT, sebenarnya menjadi kekayaan alam yang selama ini diabaikan. Kerena kita terlena pada subtitusi modernisasi dari industri pangan yang ada,” ungkap Alex Riwu Kaho.
Ia menambahkan Bank NTT sebagai agent of development, terus menciptakan skim-skim kredit yang memudahkan, untuk mendorong petani dan pelaku usaha di bidang ketahanan pangan, menjadi bagian dari revitalisasi dan refocusing Bank NTT.
“Bank NTT terus memudahkan, meringankan, dan mempercepat pembiayaan-pembiayaan yang menopang sektor-sektor ekonomi, termasuk ketahanan pangan, pertanian, perkebunan dan perikanan serta kelautan,” tandas Alex Riwu Kaho.
Sementara itu, guru besar Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Fred Benu pada kesempatan yang sama, mendorong masyarakat untuk segera memanfaatkan skim-skim kredit yang ditawarkan oleh Bank NTT.
Menurutnya, skim kredit seperti Kredit Merdeka Bank NTT sangat murah dan mudah untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, karena skim Kredit Merdeka bisa diakses tanpa agunan dan tanpa bunga.
“Saya memberikan catatan pada skim Kredit Merdeka yang sukses membiayai program TJPS. Tapi saya tahu bahwa ada skim kredit lainnya di Bank NTT yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar Prof. Fred Benu. (*)