Bajawa, Korantt.com – Sagi merupakan tradisi tinju yang diwariskan oleh leluhur secara turun temurun sampai pada masa sekarang. Sagi dijalankan hampir di setiap wilayah Soa, Kabupaten Ngada secara berurutan, mulai dari Desa Mengeruda, Piga, Tarawaja/Wulilade, Seso (Sagi Libu) Masu, dan Loa.
Pelaksanaan Sagi pada bulan Mei dan biasanya berakhir pada bulan Juli dan proses perhitungan bulan biasanya melalui perhitungan bulan secara tradisional atau kalender tradisional masyarakat setempat.
Di daerah Soa tahapan-tahapan pelaksanaan Sagi hampir sama di setiap desa, perbedaan hanya pada saat penutupan Sagi seperti di Desa Piga dan Mengeruda diakhiri dengan upacara adat Sogo.
Berikut pelaksanaan Sagi di Desa Masu dan Piga, seperti dilansir situs Disparekraf NTT:
Tahapan Persiapan Tinju
Di Desa Masu, Sagi diawali dengan kesepakatan adat dari rumah pemangku Budaya Sagi ( Mori Raghu Sagi ). Pada tahapan ini akan dimulai acara penggantungan pinang ( Teo heu ), di sebuah tempat yang ditentukan yaitu menhir kayu ( Ngadhu ) untuk selanjutnya dibuat kesepakatan bersama yang ditandai dengan makan sirih pinang ( Weti ), makan bersama ( Nalo ), dan selanjutnya akan dibuat atau dilagukan syair-syair adat atau dalam bahasa setempat Tau Pata.
Pada malam hari setelah kesepakatan pelaksanaan Sagi, akan dilangsungkan Dero (nyanyian yang disertai tarian) yang dilakukan dengan membuat lingkaran pada api unggun.
Tempat pelaksanaan Dero biasanya disebut dengan Loka dan dilaksanakan pada halaman kampung. Setiap orang yang ada biasanya membentuk kelompoknya masing-masing, syair– syair Dero biasanya berupa pantun–pantun muda mudi, sindiran terhadap kekeliruan masyakat dalam kehidupan, nasehat, puja puji terhadap kekasih dan lain sebagainya.