Elektabilitas Melki-Johni Unggul dari Paket Lain di Pilgub NTT, Isu SARA Tidak Efektif

Melki Laka Lena dan Johni Asadoma. (Foto: Istimewa)

Kupang, KN – Lembaga survei Voxpol Center baru saja merilis hasil survei untuk Pemilihan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pilgub NTT 2024.

Voxpol Center memotret popularitas dan elektabilitas sejumlah figur yang berpotensi maju di Pilgub NTT, baik posisi calon gubernur maupun bakal calon wakil gubernur.

Survei yang dilakukan tanggal 23 Juli hingga 1 Agustus 2024 ini juga mengungkap elektabilitas empat pasangan calon yang berpotensi duet di Pilgub NTT.

Voxpol Center juga melakukan simulasi dengan asumsi empat pasangan calon yang akan bertarung di pesta demokrasi lima tahunan ini.

Dari hasil simulasi empat pasangan calon, duet Melki Laka Lena dan Johni Asadoma mengungguli semua pasangan calon (Paslon) lain.

Selain Johni Asadoma, ketika Melki Laka Lena diduetkan dengan Anita Nidya Mahenu, Jane Natalia Suryanto dan Gabriel Beri Bina, hasilnya sama, dimana Melki tetap mendominasi.

Berikut Simulasi Empat Paslon Pilgub NTT

Simulasi duet Melki Laka Lena dan Johni Asadoma unggul dengan elektabilitas 42,4 persen di peringkat pertama, disusul Benny Kabur Harman dan Emilia Julia Nomleni 19,5 persen di posisi kedua.

Posisi ketiga diisi pasangan calon Yohanis Fransiskus Lema – Refafi Gah 12,4 persen, dan pasangan Simon Petrus Kamlasi – Andreas Garu 6,8 persen di urutan ke empat.

Duet Melki Laka Lena dan Anita Nidya Mahenu juga unggul dengan elektabilitas 38,3 persen di posisi pertama. Posisi kedua ada Benny Harman – Emi Nomleni 21,5 persen.

Posisi selanjutnya pasangan calon Yohanis Fransiskus Lema – Refafi Gah 13,9 persen dan pasangan Simon Petrus Kamlasi – Andreas Garu 13,9 persen.

Simulasi Paslon Melki Laka Lena dan Jane Natalia Suryanto juga berada di posisi teratas dengan elektabilitas 38,3 persen.

Di posisi kedua pasangan calon Benny Kabur Harman – Emi Nomleni yang meraih 22,3 persen, dan Yohanis Fransiskus Lema – Refafi Gah 14,1 persen.

Sedangkan di posisi terakhir ada pasangan calon Simon Petrus Kamlasi dan Andreas Garu yang memperoleh elektabilitas 7,8 persen.

Sementara simulasi pasangan Melki Laka Lena dan Gabriel Beri Bina juga unggul dengan elektabilitas 37,1 persen di peringkat pertama, disusul Benny Harman – Emi Nomleni 22,6 persen di urutan kedua.

Di urutan ketiga pasangan calon Yohanis Fransiskus Lema – Refafi Gah 14,5 persen, dan Paslon Simon Petrus Kamlasi – Andreas Garu 6,8 persen di urutan terakhir.

BACA JUGA:  Frans Aba Pastikan Maju Pilgub 2024 dari Partai Politik

Voxpol Center juga merilis hasil mengenai pasangan ideal untuk Melki Laka Lena. Pasangan Melki Laka Lena dan Johni Asadoma menduduki posisi teratas dengan elektabilitas 40,0 persen.

Pasangan Melki Laka Lena dan Jane Natalia Suryanto berada di posisi kedua dengan 15,6 persen, sementara pasangan Melki Laka Lena dan Gabriel Beri Bina di posisi ketiga dengan 13,4 persen.

Sedangkan pasangan calon Melki Laka Lena dan Anita Nidya Mahenu berada di urutan keempat dengan 4,1 persen.

Isu SARA Tidak Efektif

Hasil survei terbaru dari Voxpol Center juga menunjukan mayoritas masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) cenderung memilih pemimpin berdasarkan kinerja dari pada faktor agama, suku, atau etnis.

Survei yang dilakukan tanggal 23 Juli hingga 1 Agustus 2024 ini mengungkapkan bahwa warga NTT semakin memperlihatkan kualifikasi dan capaian calon pemimpin dalam menentukan pilihan mereka.

Sebanyak 43,6 responden menyebut akan memilih calon pemimpin berdasarkan track record, sedangkan hanya 0,3 persen yang menyebut faktor agama, suku atau etnis yang berpengaruh dalam keputusan mereka.

Hasil survei ini menunjukan indikasi positif bahwa rakyat semakin dewasa dalam menentukan pilihan politik mereka, dan tidak terjebak dalam isu – isu identitas yang sempit.

Dari hasil survei, kinerja dan pengalaman 43,6 persen, visi misi dan program yang ditawarkan 22,9 persen, karakter kepemimpinan (jujur, santun, tegas, sederhana dll) 14,0 persen.

Kapasitas atau kompetensi yang dimiliki 12,3 persen, asal daerah kandidat 2,5 persen, agama yang dianut kandidat 1,1 persen.

Gender atau jenis kelamin kandidat 0,3 persen, suku bangsa atau etnis kandidat 0,3 persen, berpenampilan fisik menarik (gaga, ganteng, menarik, good looking) 0,1 persen.

Dari hasil survei yang sama, masyarakat juga cenderung memilih pemimpin yang jujur, bersih dan bebas dari korupsi.

Kriteria pemimpin jujur, bersih dan bebas dari korupsi mendapat tingkat keterpilihan lebih tinggi, yakni 71,8 persen.

Merakyat (peduli, dekat dan perhatian pada rakyat) 12,9 persen, berani dan tegas 3,9 persen, sederhana 2,8 persen, religius 2,4 persen, cerdas 1,5 persen.

Selain itu, mampu memimpin 1,4 persen, berwibawa 0,8 persen, kharismatik 0,4 persen, dan berprestasi hanya 0,1 persen. (*/ek)