Tingkatkan Produktifitas Lahan Pertanian dengan Menanam Sorgum

Pemanasan global memicu perubahan iklim dan pergeseran curah hujan, terutama pada daerah yang klimatologis kering seperti di NTT.

Tingkatkan Produktifitas Lahan Pertanian dengan Menanam Sorgum (Foto: Yhono Hande)

Borong, KN – Manejer Program Ekosistem Pertanian Yayasan Kehati, Puji Sunedi menyebut sorgum merupakan tanaman pilihan, yang paling sesuai untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian.

Pemanasan global memicu perubahan iklim dan pergeseran curah hujan, terutama pada daerah yang klimatologis kering seperti di NTT.

Sehingga sorgum merupakan salah satu tanaman alternatif pangan yang perlu dikembangkan, karena memiliki tingkat adaptif tinggi terhadap dampak perubahan iklim.

“Sorgum merupakan tanaman pilihan paling sesuai dalam upaya meningkatkan produktivitas lahan kering marginal, lahan kosong atau lahan non produktif lainnya,” ujar Puji Sunedi, Jumat 1 Juni 2022.

Menurut Sunedi, dengan menanam sorgum, produktifitas lahan akan meningkat, juga mendukung upaya pengembangan pertanian yang berkelanjutan, serta meningkatkan produksi pangan Indonesia.

“Jadi selain daya tahannya terhadap perubahan iklim, sorgum juga memenuhi syarat dari aspek gizi maupun produktvitas,” jelasnya.

Berdasarkan kajian David B. Lobeli dari Universitas Stanford Amerika yang dipublikasi di jurnal Science 2008 menjelaskan, sorgum memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap perubahan iklim.

Sementara Graeme Hammer dari Queensland Alliance for Agriculture and Food Innovation 2015 menyebut, kemampuan adaptif sorgum terhadap perubahan iklim karena efisien dalam menyerap air.

“Kemampuan adaptasi ini membuat sorgum menjadi salah satu harapan pemenuhan kebutuhan pangan di masa depan, terutama jika dikatikan dengan perubahan iklim,” ungkapnya.

“Apalagi luas lahan di Indonesia cukup besar. Lahan kering untuk pertanian 144 juta heltare, dan menuntut Deptan lahan pertanian yang potensial untuk sorgum seluas 19,91 juta hektare,” tambanya.

Dalam banyak kasus, kata dia, sejumlah daerah yang memiliki lahan kering, mereka tidak hanya mengalami gagal panen. Tetapi juga gagal tanam.

BACA JUGA:  Keindahan Tanjung Nanga Lok, Menghipnotis Mata Para Pengunjung

“Berkurangnya curah hujan atau musim hujan yang mundur, hingga fenomena alam seperti El Nino menyebabkan petani tidak bisa bercocok tanam sesuai waktu yang bisa ditentukan,” tandansya.

Pelatihan Pasca Panen Sorgum

Untuk meningkatkan kemampuan generasi muda dalam rantai produksi, anak-anak wajib diperkenalkan dengan potensi pangan lokal yang dimiliki.

Hal itu dilakukan dari rangkaian kegiatan panen raya sorgum, yang dikemas dalam acara Manggarai Youth Local-Foodprenuer Camp.

Kegiatan berlangsung tiga hari, diikuti perkawilan kelompok anak muda dari Desa Melo, Desa Golo Ndari, Satar Padut, dan Desa Robek.

Melalui giat yang dilaksanakan, diharapkan mampu menajdi ruang diskusi, dimana peserta dapat membangun visi terkait usaha pangan lokal berbasis sorgum, dan merencanakan aksi kedepan untuk mencari solusi permasalahan dari hulu hingga hilir.

Pelatihan dilakukan dengan pengenalan sorgum sebagai pangan lokal yang memiliki potensi luas biasa baik dari sisi ekologi, sosial budaya, dan ekonomi.

Peserta juga akan diberikan materi kewirausahaan, belajar budidaya sorgum, menggambarkan mimpi terkait sorgum sebagai pangan lokal dan solusi kegahanan pangan.

Selain itu, mereka diperkenalkan aneka produk turunan sorgum, memahami pentingnya keamanan pangan, merancang business plan, mengenal bauran pemasaran Product, Piece, Place, Promotion (P4), dan membuat rencana tindak lanjut.

Diakhir pelatihan, peserta dibagi dalam kelompok dan melakukan praktek pembuatan produk olahan sorgum yang disajikan. Hasil praktek akan dicicipi dan dinilai oleh juri. (*)