Ruteng, KN – Lazarus Agun (27), guru honorer di SMKN 1 Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, rela berdagang keliling demi mengumpulkan tambahan rupiah, guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Dia membangun sebuah kios dan berdagang keliling untuk menjual Sembako. Hal ini dilakukan untuk bertahan di tengah gempuran Pandemi COVID-19, karena gajinya sebagai guru honorer yang kecil tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Sebelum pulang ke Kampung halaman di Mampau, Desa Satar Luju, Kecamatan Satar Mese Barat, dirinya telah melalang buana mengadu nasib ke tanah rantau, dan menjadi security di salah satu perusahan sawit selama empat bulan.
Bagi Lazarus, mengabdi sebagai seorang guru honor bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Apalagi sebagai seorang guru honorer, yang baru mengabdi selama dua bulan dengan upah yang sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
“Jujur saja, pendapatan seorang guru honor itu hanya Rp700 ribu. Tentu tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Mau tidak mau, di samping mengajar, saya berdagang untuk penuhi kebutuhan keluarga. Apalagi di tengah pandemi,” ujar Lazarus kepada wartawan, Selasa 31 Agustus 2021.
Dia menjelaskan, di tengah kesibukan mengabdi sebagai guru, Lazarus mengisi waktu luangnya dengan berjualan ke pasar.
Sebelum berangkat ke sekolah, Lazarus harus berangkat ke Kota Ruteng untuk mengambil barang dagangannya berupa tahu dan tempe untuk dijual ke pasar.
“Berangkat dari kampung sekitar jam 6 pagi sehingga sampai di Kota Ruteng jam 8 pagi. Pulang sekitar jam 10, langsung jual ke pasar dan setiap kampung yang ada di sekitar wilayah Satar Mese Barat,” jelas Lazarus.
Dia menyebut, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah baru dilaksanakan pukul 12:00 Wita, sehingga dirinya mengisi waktu luang untuk menjual dagangan jenis lainnya ke pasar. “Sambil mengajar, saya juga menjual kelapa murni raja gunung dan dagangan jenis lainnya,” terang Lazarus.
Dengan berdagang di masa pandemi COVID-19, dirinya mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp200-500 ribu per bulan, untuk menopang perekonomian hidup keluarganya.
“Selama masa pandemi COVID-19, saya tetap jualan, meski itu sulit, tetapi mau bagaimana. Biar untung Rp1000-5000 rupiah tetapi dapat menutup kebutuhan keluarga. Dari pendapatan yang saya jualan di luar gaji, sekitar Rp200-500 ribu rupiah perbulan, kalau tidak sepi,” ucapnya.
Dia menambahkan, dirinya telah memiliki pendamping hidup, Yohana Osi (25), dan dikaruniai seorang anak, Elfa (1). Namun hingga kini, istrinya belum memiliki pekerjaan tetap, sehingga dirinya membuka sebuah usaha penjualan sembako, untuk dikelolah isterinya.
“Usaha itu dibangun diatas lahan milik orang, tetapi sudah atas persetujan dan izin dari desa setempat. Istri saya dipercaya juga untuk bantu menjaga warung kopi yang berada di sekitar lokasi,” jelas Lazarus.
Ia berharap kepada para generasi muda untuk terus berusaha dan bekerja keras tanpa mengenal gengsi, demi mencapai kesuksesan di masa depan.
“Saya juga punya harapan besar bagi kaum muda, jangan pernah gengsi untuk mulai berwirausaha, meskipun seperti saya yang jualan ke pasar ataupun ke kampung. Semoga pemerintah bisa melihat kami dan perhatikan khususnya dalam persoalan gaji tenaga guru honorer,” tandasnya.
Lazarus Agun merupakan alumi Universitas Kanjuruhan Malang, Program Studi (Prodi) IPA (Fisika Terapan). Sementara istrinya Yohana Osi merupakan lulusan Sarjana Ilmu Geografi.
Usai menyelesaikan studinya di Universitas Kanjuruhan Malang pada tahun 2018 lalu, Lazarus sempat merantau ke Kalimantan, sebelum memutuskan pulang kampung untuk bekerja membangun daerahnya.
Seiring berjalannya waktu, Lazarus kenudian mendapat informasi terkait penerimaan lowongan kerja di salah satu sekolah di Manggarai, sehingga Lazarus menyempatkan diri untuk memasukan lamaran kerjanya.
“Pas tahun ini saya dapat informasi bahwa ada sekolah baru di sekitar wilayah Satar Mese Barat yaitu SMKN 1, saya sempat kasih masuk lamaran. Puji Tuhan saya dapat rezeki dipanggil dari SMKN 1 itu,” jelasnya. (*)