Atambua, Koranntt.com – Komunitas literasi di Kabupaten Belu, NTT, membuka lapak baca gratis yang menyediakan buku-buku bacaan untuk berbagai usia dan kalangan, guna mendorong gerakan cinta membaca.
Komunitas tersebut bernama Lorosae, yang baru saja dibentuk, dan melaksanakan kegiatan perdananya di awal tahun 2021 ini.
Lapak itu dibuka di teras Plaza Pelayanan Publik Timor-Atambua pada, Sabu (09/01/2021) sore.
Ketua Komunitas Lorosae, Jejen Aryanto mengatakan, ide untuk membuka lapak baca bermula dari keprihatinan terhadap menurunnya minat baca masyarakat di Kabupaten Belu.
Tanpa melihat data, kata Jejen, dapat diketahui bahwa minat baca di Kabupaten Belu sangat rendah. Pasalnya, pengunjung perpustakaan daerah dalam sehari tidak mencapai empat orang dari sekian banyak pelajar di kota Atambua.
“Di kota saja seperti itu. Apalagi di daerah terpencil,” kata Jejen dalam sambutanya.
Rendahnya tingkat literasi, kata dia, dapat ditunjukan dengan berbagai berita bohong dan ungkapan kebencian yang memenuhi beranda group Belu Bebas Bicara, yang seharusnya bisa menjadi sebuah wadah diskusi yang kondusif bagi publik.
Tidak hanya menyediakan buku-buku bacaan gratis, Lorosae juga menggelar kegiatan diskusi dan bedah buku “Melawan Oligarki Pilkada 2020” serta melaunching buku sekumpulan puisi Mario Kali dengan judul “Tanda Mata” yang baru diterbitkan.
Bedah buku dan diskusi itu menghadirkan Jejen Aryanto dan Joseph Kanisisus Bau yang merupakan Aktivis GMKI Cabang Kupang, dan Vriginia Rosa da Silva, Aktivis GMNI Cabang Kupang, serta pemuda dan akademisi terkait.
Alasan membedah buku tersebut karena tepat sebulan Pilkada 2020 telah dihelat, dan buku tersebut dapat menjadi sebuah pisau analisis yang digunakan untuk mengkaji pilkada dari sisi lain, bukan sekedar pesta demokrasi semata.
“Ini semata-mata untuk memotivasi para pemuda bahwa umur tidak membatasi seseorang untuk tampil berbicara ataupun berkarya” ujar Ani, yang juga merupakan Founder Komunitas Lorosae.
Dalam diskusi, Jejen mengatakan, Buku tersebut, penulis coba menghubungkan dinasti politik yang sedang dibangun melalui aktor yang ikut dalam kontestasi pilkada 2020.
“Ini membuat pilkada 2020 menjadi sangat unik dan menarik. Buku itu memaparkan fakta bagaimana pilkada menjadi framing kepentingan oligarki di Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, Virginia Rosa da Silva mengatakan, buku yang dibedah kali ini membahas data dibalik alasan pilkada 2020 menjadi ajang kontestasi kepentingan oligarki.
“Oligarki sebagai sistem hubungan kekayaan dan otoritas serta upaya mempertahankan keduanya. Sederhananya merupakan fusi antara kekuatan ekonomi dan politik yang memungkinkan adanya konsentrasi akumulasi kekayaan.” jelasnya
Disisi lain, Joseph Kanisius Bau menyampaikan, buku tersebut menjelaskan secara detail, perubahan tipikal oligarki Indonesia di masa orde baru dan sesudah orde baru.
“Reformasi 1998 hanya membawah demokrasi di Indonesia memasuki babak baru Hegemoni oligarki yang makin menggila,” terangnya
Sehingga, rakyat harus berpartisipasi langsung dalam mengusung pemimpin yang betul-betul berasal dari rakyat.
“Namun, yang menjadi masalah adalah politik uang. Dana kampanye tidak ada maka jalan terbaik mendapatkan donatur politik. Jika terpilih nanti mereka bekerja untuk kepentingan politik. Bukan untuk rakyat,” pungkasnya.
Senada dengan Joseph Bau, Blas Making yang merupakan Komunitas Sahabat Kreatif Biinmafo mengatakan bahwa, politik uang dalam kontestasi pilkada harus segera di akhiri, dan memperbaiki sistem politik kita.
“Cara terbaik yang dapat dilakukan sebagai orang muda adalah tidak boleh diam. kita harus terus mengkampanyekan bagaimana etika berdemokrasi yang baik dan benar demi membuka pemahaman masyarakat.” terang Blas
Sementara Apri dari komunitas Pensil menambahkan, salah satu cara yang bisa dilakukan pemuda untuk memanimalisir mahar politik adalah denhan terus aktif memberikan edukasi dan pendidikan politik bagi masyarakat.
Untuk diketahui, Komunitas Lorosae kedepannya akan lapak buku gratis secara rutin setiap minggu di kota Atambua, maupun safari literasi.
Buku yang disediakan mulai dari buku anak hingga pengetahuan umum, dengan tujuan meningkatkan minat baca bagi segala kalangan
Komunitas ini juga tengah mempersiapkan rumah baca yang sedang dalam proses pembangunan di Halilulik, Desa Naitimu, Kecamatan Tasifeto Barat.
Sambil menunggu poses penyelesaian, Komunitas Lorosae telah menerima donasi buku maupun barang dari berbagai pihak, yang di isi di rumah baca tersebut.
Slain fokus pada pengembangan literasi, isu yang menjadi fokus Komunitas Lorosae kedepan adalah pendidikan politik, gender dan lingkungan hidup.
Sehingga, kegiatan perdana tersebut, piihaknya sengaja membedah buku berhubungan dengan politik.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Komunitas Batar Da’an, Komunitas Foho Rai Festival, Komunitas Pohon Asam, Komunitas Pensil, Komunitas CB Belu, Komunitas Trash Hero Belu, dan Komunitas Sahabat Kreatif Biinmafo. (ek/kn)