Betun, KN – Dr. Simon Nahak, anak petani yang lahir di Desa Weulen, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur adalah laki-laki cerdas dengan torehan prestasi akademik yang membagakan. Alumni Universitas Warmadewa, Denpasar ini mulai meniti karirnya sebagai asisten dosen, sejak semester IV. Sebelum lulus dengan predikat Cumlaude sejak tahun 1992 silam.
Usai menyelesaikan studinya, pria kelahiran 13 Juni 1964 Ini terus mengabdi sebagai dosen di Universitas Warmadewa, Denpasar, sambil mencoba terjun ke dunia advokat untuk mengasah kemampuan, dengan belajar berinteraksi dan membangun komunikasi timbal balik.
Perkara yang ditangani Simon Nahak tak hanya di negara Indonesa. Dia bahkan dipercaya untuk mengadvokasi sejumlah masalah di berbagai negara asing.
Seolah masih haus akan ilmu pengetahuan, Simon kembali melajutkan pendidikan Pascasarjana di Universitas Udayana Bali dengan mengambil program studi Magister Hukum, sejak tahun 2001-2004.
Dia pun melanjutkan studinya lagi ke Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur untuk menempuh studi S3 kajian Ilmu Hukum Pidana sejak tahun 2010, dan lulus pada tahun 2014 dengan predikat Cumlaude.
Namanya kian meroket, Simon Nahak dikenal sebagai salah satu pengacara populer di Pulau Bali. Dirinya juga pernah duduk di DPP Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Bali-Nusra sejak 2010-2015, dan menjabat sebagai ketua AAI Kota Denpasar 2014-2019.
Selain itu, Simon Nahak juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Kota Denpasar sejak tahun 2015-2018.
Meski telah menjadi pengacara kawakan di Bali, Simon Nahak tidak pernah meninggalkan Universitas Warmadewa yang telah membesarkan namanya. Tahun 2015 Simon nahak malah diangkat jadi Ketua Program Studi Magister Hukum.
Namun siapa sangka, Dr. Simon Nahak kini diberikan amanah oleh masyarakat Kabupaten Malaka untuk kembali mengabdi di Rai Malaka bersama Wakilnya Kim Taolin, usai memenangi pilkada serentak pada 9 Desember 2020 lalu.
Di balik kesuksesan Simon Nahak, tentu tidak terlepas dari kasih sayang dan jeri payah kedua orangtuanya Marselinus Taek dan ibunda Bernadeta Hoar yang merupakan petani tembakau dan perajin tenun ikat.
“Saya sungguh mersakan denyut nadi perjuangan orang-orang di kampung, teristimewah buat kedua orang tua. Saya sematakan predikat purna kepada orang tua saya dalam semua aspek. Mereka tangguh, militan dan sabar,” kisah Simon Nahak.
Dia menjelaskan, setiap pekan, ayahnya selalu mendatangi sejumlah pasar di wilayah Malaka, Belu, Kabupaten TTU dan TTS untuk menjajahkan tembakau, kain tenun, ayam, serta komoditi pertanian lainnya.
“Mereka sangat kompak dalam membangun rumah tangga. Ibu mengurus saya dan adik-adik sambil menenun. Sedangkan Ayah papalele dari satu pasar ke pasar yang lain,” ungkap Simon.
Dalam rumah, Simon dipanggil dengan sebutan Ulu yang berarti anak sulung. Sebutan itu mengemban tanggung jawab yang tidak kecil. Sehingga Simon selalu tunjukan sebagai sulung terbaik kepada sembilan orang adiknya dengan cara belajar tekun.
“Karena itu selalu memotivasi saya untuk terus belajar, memompa semangat dan mimpi saya untuk menjadi yang terbaik. Hasilnya sekarang sudah dipetik,” jelasnya.
Dia dikenal sebagai orang yang panadi, pemberani, memiliki jiwa sosial yang tinggi, suka membantu dan sangat menyayangi kedua orang tuanya.
“Mama dan Bapa, mereka harus dibantu. Karena saya tidak tega melihat mereka bekerja sendirian. Saya sangat menyenangi orangtua saya karena telah melahirkan, membesarkan dan menyekolahkan saya,” tandasnya.
Kerendahan hati merupakan ciri khas yang melekat pada calon profesor ini. Ia memang anak petani tembakau dan perajin tenun yang sukses dalam meniti karier.
Kisah Sekolah
Setelah tamat dari Sekolah Dasar (SD) Weoe tahun 1977, Simon Nahak belum sempat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, karena harus membantu kedua orang tuanya du ladang untuk memelihara ternak dan mengurus adik-adiknya.
Tahun 1981, Simon Nahak akhirnya mendaftarkan diri sebagai siswa di SMP Santo Fransiakus Xaverius di Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU, dan menyelesaikan studinya pada tahun 1984.
Usai menyelesaikan studinya di SMP, Simon Nahak kemudian melanjutkan sekolahnya ke SMA Giovani Kupang, yang merupakan lembaga pendidikan cukup bergengsi dibawa asuhan para imam katolik.
Namun keinginannya harus batal karena kedua orang tuanya lebih menginginkannya untuk menyelesaikan sekolahnya di SMU Sinar Pancasila Betun, Malaka.
Dia kemudian menuruti keinginan orang tuanya, karena pertimbangan banyak hal. Salah satunya kesulitan ekonomi kedua orangtuanya, dan biaya sekolah untuk adik-adiknya. Simon akhirnya tamat dari SMU Sinar Pancasila, Betun tahun 1987.
Setelah itu Simon Nahak melanjutkan pendidikannya ke Universitas Warmadewa, Denpasar dan meraih gelar doktor ilmu hukum.
Dilantik Jadi Bupati Malaka
Usai menamatkan studinya, Simon Nahak memilih menjalankan profesinya sebagai pengacara dan menangani berbagai kasus yang menyita perhatian publik.
Kinerja dan prestasi itu kemudian membawanya pulang ke Kabupaten Malaka untuk ikut bertarung dalam Pilkada serentak 9 Desember 2020 silam.
Lawannya pun bukan mudah. Dia berhadapan dengan Stef Bria Seran yang merupakan calon petahana yang pastinya didukung oleh infrastruktur politik yang memadai.
Dalam duel head to head, anak petani itu berhasil keluar sebagai pemenang dan dilantik oleh Gubernur Viktor Laiskodat sebagai Bupati Malaka periode 2021-2024 pada 26 Maret 2021.*