Wisata  

Revitalisasi Budaya Leva-Penéte, Festival “Leva Alep” Siap Digelar di Lamalera

Festival ini merupakan salah satu kegiatan terakbar yang akan digelar di Desa Lamalera.

Baliho Festival Leva Alep Lamalera. (Foto: Dok Panitia)

Lewoleba, KN – Festival “Leva Alep” siap digelar di Desa Lamalera, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Festival “Leva Alep” merupakan salah satu event yang digelar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya Leva-Penéte.

Baliho Festival Leva Alep Lamalera. (Foto: Dok. Panitia)

Penanggungjawab pelaksanaan Festival “Leva Alep”, Mikhael Bruno Phel Goran Beding mengatakan, festival ini merupakan salah satu kegiatan terakbar yang akan digelar di Desa Lamalera, karena akan melibatkan ratusan warga Desa Lamalera.

Namun pelaksanaan Festival “Leva Alep”, tetap memperhatikan tatanan nilai sosial, tradisi dan budaya, serta adat yang melekat pada masyarakat Lamalera.

“Semua pemangku kepentingan di Lamalera mendukung kegiatan ini, dengan syarat harus ada seremonial pembukaan dan penutup sebelum dan sesudah Festival “Leva Alep” digelar. Sehingga jika ada sesuatu yang mengganggu tradisi Leva Nuang sebagai dampak dari kegiatan ini, maka bisa ditanggulangi bersama-sama,” kata pria yang akrab disapa Noel Beding ini kepada KORANNTT.COM, Sabtu 11 Februari 2023.

Ia menjelaskan, Festival “Leva Alep” adalah program revitalisasi budaya Leva-Penéte yang selama ini digeluti oleh masyarakat Lamalera. Leva adalah aktivitas masyarakat Lamalera mencari ikan di laut. Kegiatan Leva umumnya hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Sedangkan Penéte adalah aktivitas masyarakat Lamalera memasarkan hasil tangkapan berupa ikan kepada masyarakat yang berada di wilayah pegunungan. Uniknya, masyarakat Lamalera dan masyarakat yang berada di wilayah pegunungan masih menganut sistem barter, sehingga terjadi pertukaran barang. Ikan dari Lamalera bisa ditukar dengan ubi, jagung, dan pisang dari wilayah pegunungan. Penéte umumnya dilakukan oleh kaum perempuan.

Sehingga tujuan Festival “Leva Alep” adalah agar nilai-nilai Leva-Penéte bisa diwariskan kepada anak-anak jaman sekarang, yang lebih fokus ke gadget, dari pada mempelajari nilai-nilai dan budaya Leva-Peneta yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh leluhur levo Lamalera.

BACA JUGA:  Warloka Mariana Resort di Labuan Bajo, Resmi Dibangun

“Jadi ada demonstrasi cara penangkapan Paus oleh 17 Peledang, lomba dayung, kriya atau kerajinan tangan, kuliner, tarian, lie knatap, nyanyian-nyanyian dan sejumlah kegiatan lainnya. Selain itu ada juga pasar barter yang berlangsung di Lapangan Waitobi. Kegiatan ini melibatkan ratusan masyarakat Desa Lamalera,” ungkap Noel.

Ia menyampaikan, kegiatan Festival Leva Alep tentunya memiliki nilai tambah. Sehingga semua masyarakat Lamalera yang terlibat dalam kegiatan ini akan mendapat dampak secara ekonomis.

“Ini soal pendidikan dan kebudayaan, bukan soal pariwisata. Ke depan, budaya Leva-Penéte juga bisa dimasukan dalam mata pelajaran di SD untuk dipelajari oleh anak cucu. Sehingga budaya ini jangan hilang,” tambahnya.

Noel menambahkan, Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa juga akan diundang secara khusus untuk membuka kegiatan Festival “Leva Alep”.

“Kami bersama pemerintah Desa Lamalera A dan B akan bertemu langsung dengan Bapak Penjabat Bupati Lembata untuk mengundang beliau secara khusus. Juga para pimpinan OPD dan DPRD Kabupaten Lembata akan diundang untuk menghadiri kegiatan tersebut,” tutupnya.

Pastor Paroki Lamalera Romo Noldy seperti dilansir Mediantt.com mendukung kegiatan Festival Leva Alep.

Menurutnya, gereja mendukung festival tersebut karena untuk kepentingan Levo Lamalera. “Sebagai Gembala umat, kami mendukung festival dijalankan untuk kepentingan Levo Lamalera. Dan siap membantu melindungi festival ini,” kata Romo Noldy.

Sementara Kepala Desa Lamalera A, Yakobus Gelau mengatakan, pemerintah kedua desa setuju dengan festival ini karena merupakan program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud dan Ristek).

“Jujur bahwa dari awal kedua desa setuju dengan festival ini karena menjadi program dari Kementerian. Dari sosialisasi pertama ada hal-hal yang sempat bersitegang, mari kita bergandeng tangan. Tapi setelah pertemuan di Levo Nuba, komitmen semua sama; menyetujui dan mendukung festival ini,” kata Yakobus Gelau. (*)