Kisah Melkianus Bertahan Hidup di Balik Tumpukan Sampah Kota Kupang

Bagi Melkianus, sampah adalah berkat.

Melkianus Saku sedang mengais rejeki untuk hidup dari barang-barang bekas. (Foto:Dasry)

Kupang, KN – Saban hari, Melkianus Saku (43), pria asal Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) ini menyusuri setiap sudut kota, untuk mengais rezeki dari sampah atau barang bekas yang ditemui.

Bagi sebagian orang, sampah mungkin tidak lagi berarti. Tetapi bagi Melkianus, itu adalah berkat. Sampah itu akan dikumpulkan, kemudian dijual untuk mendapat uang, demi mencukupi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan dua orang anaknya.

Bukan hanya Melkianus, istri dan dua orang anaknya yang masih duduk di bangku sekolah ini pun turut membantu ayahnya mencari sampah di sejumlah pusat perbelanjaan, rumah sakit dan tong sampah.

Pria yang menggeluti profesi sebagai pemulung sejak tahun 2007 ini mengaku barang bekas yang dipungut untuk dijual berupa kardus, kaleng blek, kaleng fanta, aqua botol, gelas, dan jenis sampah lainnya.

BACA JUGA:  Kader Partai Demokrat Bulatkan Tekad Menangkan MELKI-JOHNI di Pilgub NTT

Meski begitu, terkadang mereka tidak banyak mendapat barang-barang bekas, karena harus berebut dengan pemulung lain, yang juga mengumpulkan barang bekas untuk ditukar dengan uang, demi menyambung hidup keluarganya.

Sungguh, kehidupan mereka masih berkutat dalam lubang kemiskinan. Sejahtera pun tampak jauh untuk diraih. Mereka adalah “kaum marginal” yang hidup dibalik gemerlapnya kota berjuluk “Kota Kasih” ini.

Melkianus mengisahkan, setiap pagi ia sudah bergegas mendorong gerobak meninggalkan huniannya untuk mengais rezeki dari tumpukan sampah, meski harus menahan hujan dan terik matahari, serta peluh yang membasahi tubuhnya.

“Tetapi saat musim hujan ini pekerjaan saya sangat sulit. Namanya kita hidup dari alam, jadi alam yang atur kita. Walaupun hujan, kita tetap jalan,” kisah Melki, Senin 16 Januari 2023.