Kupang, KN – Pentas Teater Refleksi Perjalanan 40 Tahun Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, mampu menyihir ribuan mata yang memenuhi Aula Sta. Maria Immaculata Kupang, Sabtu 17 September 2022.
Bagaimana tidak, riuh sorak dan pekik diselingi hening seketika dari ribuan penonton kala para pementas teater melakonkan perannya, menjadi tanda betapa teater yang disutradarai P. Yoseph Riang, SVD itu mampu membawa para penonton seolah-olah menjadi pemeran langsung yang terlibat dalam teater.
Sebanyak 90 pemeran (mahasiswa) dari berbagai program studi terlibat dalam aksi pementasan teater yang memiliki nilai ‘kritik’ terhadap perjalanan panjang Universitas Katolik Widya Mandira Kupang yang hari ini telah menjadi Perguruan Tinggi Swasta terbaik di Nusa Tenggara Timur.
Ditemui seusai pementasan teater Refleksi Perjalanan 40 Tahun Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Pater Ocep sapaan akrab dari sang sutradara mengatakan, pementasan teater ini bertujuan membangkitkan kembali ingatan akan sejarah panjang Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, sejak awal berdiri sampai pada usia perak (40 Th) yang akan jatuh pada tanggal 24 September 2022.
“Di tengah kemajuan Unwira, ada banyak PR besar bagi Unwira semisal belum ada program studi yang terakreditasi A. Begitu juga belum memiliki dosen yang bergelar profesor,” kata Pater Ocep.
Dikatakannya lebih lanjut, teater ini juga menjadi ‘suara’ yang mewakili para mahasiswa, pegawai maupun dosen yang haknya belum terpenuhi karena dalam posisi ‘dinilai’ atau inforiditas.
“Unwira jangan sampai hanya menjadi nama besar yang menarik ilmu pengetahuan sehingga di sisi lain orang akan menilai Unwira itu Universitas penuh wicara. Jadi melalui teater ini kita mendorong Unwira jangan hanya memiliki nama besar di kolam kecil. Unwira hanyalah ‘lele di kolam kecil’ tetapi di samudera ‘lele’ tidak ada apa-apanya,” lanjutnya.
Pementasan teater yang dihadiri juga oleh Rektor Unwira Pater Philipus Tule, SVD., Ketua Yapenkar Kupang, Pater Yulius Yasinto, SVD., M.A.Sc., Ketua Panitia Pancawindu Unwira, Dr. Elvis Bin Toni, serta para dosen Unwira itu diharapkan menjadi bahan refleksi perjalanan panjang Unwira (40 Th) agar segera berubah. Tidak hanya memiliki nama besar di ‘kolam kecil’ tetapi juga memiliki nama besar di samudera.
“Artinya Unwira jangan sampai hanya memiliki nama besar di lingkup Nusa Tenggara Timur, sementara di skala Nasional dan Global Unwira tidak ada nama. Dan ini menjadi PR bagi kita bersama untuk saling merangkul dan membawa Unwira lebih maju lagi,” tutupnya. (Bosko Beding/KN)