Daerah  

Soal Pemblokiran Jalan di Flotim, Ini Respons Anggota DPRD NTT Ana Waha Kolin

Anggota DPRD NTT Ana Waha Kolin (Foto: Ama Beding)

Kupang, KN – Sekretaris Komisi IV DPRD NTT Ana Waha Kolin merespons pemblokiran jalan oleh sejumlah warga di Lewopao, Kabupaten Flores Timur.

Menurut Ana Kolin, ruas jalan tersebut dan ruas jalan provinsi lainnya di NTT akan diperjuangkan ke pemerintah pusat. Karena itu, pada tanggal 5-8 Februari 2025, Komisi IV DPRD NTT akan ke Jakarta bertemu menteri PU dan Komisi V DPR RI untuk membahas nasib infrastruktur jalan di NTT.

Sebelumnya, rusas jalan di Lewopao itu terpaksa diblokir, imbas tuntutan warga terhadap janji yang pernah disampaikan oleh Penjabat (PJ) Bupati Flores Timur, Doris Rihi, yang menyatakan segera melakukan pengaspalan. Namun hingga kini, janji tersebut tidak terwujud.

“Jalan keluar yang kami tempuh tadi, di tanggal 5 sampai dengan tanggal 8 ini kami akan melakukan perjalanan ke Jakarta langsung ke kementerian PU dan lanjut di komisi 5 DPR RI Komisi infrastruktur untuk membicarakan perbaikan jalan di NTT,” kata Ana Waha Kolin kepada wartawan, Senin (3/2/2025).

Ia menjelaskan, pihaknya ingin agar harus ada pembagian atau distribusi tugas dan tanggung jawab yang jelas antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah, terutama dalam menangani jalan, jembatan dan sekolah pasca bencana.

BACA JUGA:  Leo Lelo Siap Tantang Viktor Laiskodat di Pilgub 2024

“Kita tidak saja bicara soal jalan dan jembatan, tapi juga sekolah-sekolah yang rusak. Ini kan infrastruktur juga dengan adanya bencana akhir-akhir ini, banyak juga sekolah yang rusak. Ini tidak bisa ditolerir yang namanya kerusakan, dan itu butuh keseriusan dari pemerintah, untuk melihat itu menjadi kebutuhan hajat hidup banyak orang, yang harus dieksekusi dengan dana yang banyak,” tuturnya.

Terkait penutupan jalan, Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengimbau kepada pemerintah khususnya Kepala Desa, untuk bisa menenangkan masyarakat.

“Artinya bahwa semua itu akan diselesaikan dengan baik, kalau memang kita sama-sama bekerja dan sama-sama melihat persoalan ini, tidak saja hanya berdampak pada masyarakat, tapi juga berdampak secara luas, termasuk anak-anak,” ungkap aktivis perempuan ini.

“Jadi harus dilihat secara akal yang bijaksana, untuk melihat persoalan ini sekali lagi tidak menjadi domain persoalan mereka, tapi persoalan kita semua. Semua masalah tidak bisa selesai kalau pakai emosi,” pungkas Ana Kolin. (*)