Ruteng, KN – Mengawali kampanye di Kabupaten Manggarai, Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena melakukan blusukan ke Rumah Sakit dr. Ben Mboi Ruteng.
Usai dari RSUD dr. Ben Mboi Ruteng, Melki juga bertemu dengan Hubertus Agung, petani kopi yang juga pemilik Wulang Pari Coffe di Carep, Langke Rembong.
Pada kesempatan itu, Melki Laka Lena bersama rombongan diajak Hubertus melihat dari dekat proses produksi, mulai dari penyimpanan awal hingga proses roasting (sangrai) kopi untuk selanjutnya dijual dalam bentuk kemasan.
Dalam diskusi dengan Melki Laka Lena, Hubertus menyebut harga kopi varietas juria yang belum diolah mencapai Rp120 ribu, kopi robusta Rp95 ribu dan kopi Arabika Rp85 ribu.
“Khusus kopi juria, jika sudah dalam bentuk kemasan harganya Rp800 ribu per kilo,” sebut Hubertus yang juga Ketua Kelompok Tani Laci Carep.
Hubertus mengaku sejak 2010, dia mulai melakukan pendampingan terhadap petani kopi agar agar tidak menjual kopi yang belum diolah lebih lanjut secara gelondongan.
“Kita pernah ekspor ke China, tapi jumlahnya tidak banyak. Itupun hanya nebeng dengan orang lain. Jadi kami kembangkan usaha yang seperti sekarang dan pasarnya sampai Labuan Bajo dan kota-kota lain di luar NTT,” katanya.
Hubertus juga mengaku bangga dengan sosok Melki Laka Lena yang mau melihat dan mendengar langsung persoalan petani.
“Saya dan para petani dalam kelompok tani binaan kami sudah pasti akan mendukung Pak Melki karena kami yakin NTT termasuk daerah kami (Manggarai, red) akan lebih maju,” katanya.
Sementara Melki Laka Lena mengaku apa yang dibuat Hubertus sejalan dengan program hilirisasi yang sering dibicarakan Paket Melki-Johni selama ini.
“Ini sudah termasuk industri walau masih dalam skala kecil. Tapi ini sejalan dengan program hilirisasi yang kami gaungkan,” kata Melki.
Program hilirisasi, kata Melki, jelas menguntungkan masyarakat yang menjalankan industri sebagaimana dilakukan Hubertus Agung, dalam skala apapun itu.
“Untungnya tentu lumayan. Intinya kita mau kerja lebih keras, lebih cape untuk mengolah lebih lanjut sumber daya alam kita,” jelas Melki.
Dalam kampanya di Aula Paroki St. Fransiskus Xaverius Poka, Melki Laka Lena turut membagikan kisah sukses Hubertus sebagai contoh nyata dari program hilirisasi sumber daya alam yang bakal mereka laksanakan.
“Salah satu program kami adalah hilirisasi sumber daya alam non tambang. Pak Hubertus yang saya temui pagi tadi adalah contoh nyata ketika kami bicara program hilirisasi. Pak Hubertus menunjukan kalau komoditi dijual mentah, keuntungan tidak seberapa dibandingkan dengan komoditi yang sudah diolah,” ungkapnya.
“Ke depannya tidak ada lagi bapa mama yang pergi jual pisang beli molen, jual ubi beli keripik,” harap Melki Laka Lena. (Tim)