Kupang, KN – Samuel Nomleni (45), pria penyandang tunanetra di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, harus berjuang melawan kerasnya hidup, di tengah keterbatasan fisik yang dimiliki.
Samuel tidak menyerah dengan keadaan hidupnya. Ia juga enggan mencari belas kasihan dari orang lain. Setiap hari ia berjuang mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan, serta menyambung hidupnya.
Setiap pagi, Samuel beranjak dari kediamannya di Tofa, Kota Kupang, dengan membawa Kemoceng untuk dijual. Menjual Kemoceng bukan hal baru bagi Samuel, karena pekerjaan itu sudah ia geluti sejak usia 20 tahun.
“Jam 7 pagi saya mulai jalan dari rumah menggunakan ojek, dan jam 3 sore baru pulang. Laku atau tidak, jam begitu saya sudah pulang,” ujar Samuel, Senin 23 Januari 2023.
Menurut Samuel, biasanya ia membawa 10 Kemoceng untuk dijual. Setiap kemoceng diberi harga Rp20 ribu. Meski demikian, tidak semua kemoceng yang dijual semuanya laku dalam satu hari.
“Biasanya bawa 10 kemoceng. Kadang laku hanya setengah, dan paling banyak itu 8. Kadang ada orang yang ibah dan memborong semuanya,” jelas Samuel Nomleni.
Kemoceng yang dijual, kata dia, dibuat oleh tunanetra lain yang tergabung dalam komunitas “Kelompok Tunanetra”, kemudian ia ditugaskan untuk menjualnya. “Jadi ada yang buat, lalu saya bagian untuk menjual,” ungkapnya.
Dari Kemoceng yang dijual, Samuel hanya mengantongi uang Rp200.000 per bulan. Kendati begitu, penghasilan itu dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama istrinya Yudit.
“Penghasilan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami,” terangnya.
Sebagian besar tunanetra dianggap tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi bekerja mencari uang. Namun Samuel membuktikan bahwa dengan keterbatasan fisik yang dimiliki, mereka mampu bekerja dan hidup mandiri.
“Sebagai tunanetra, kami tidak mau menyerah dengan keadaan seperti ini. Jadi kami ambil Kemoceng ini sebagai salah satu pekerjaan kami,” tandasnya.
Selain Samuel, istrinya Yudit turut membantunya dengan berjualan kerupuk di pasar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Yudit juga memiliki keterbatasan dalam penglihatan (tunanetra), namun kondisi itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk bekerja mencari rezeki. (Ratna).