Ruteng, KN – Yayasan Plan International Indonesia atau Plan Indonesia menggandeng Konsorsium Penyandang Disabilitas Kabupaten Manggarai, NTT mengunjungi sebanyak tiga rumah yang memiliki anak penderita disabilitas di Lempe RT 33 dan RT 31 RW 10, Kelurahan Pau Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, NTT pada Kamis (6/10/2022).
Kegiatan itu sebagai kunjungan dari Konsorsium Penyandang Disabilitas Kabupaten Manggarai, sebagai peserta kegiatan “Pelatihan STBM Gesi Bagi Konsorsium Disabilitas” yang digelar di Aula Spring Hill Resto Ruteng selama tiga hari terhitung Selasa (4/10/2022) hingga Kamis (6/10/2022). Sehingga kunjungan ini merupakan hari terakhir pelatihan tersebut dengan melakukan kunjungan ke rumah keluarga difabel atau disabilitas.
Ketua Tim Kunjungan Rumah Disabilitas Daniel Klementino menjelaskan bahwa kunjungan rumah ini bertujuan untuk memastikan para penyandang dalam keluarga disabilitas di kelurahan agar mengetahui persis tentang STBM yang artinya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di mana masyarakat sendiri itu memperhatikan Sanitasinya. Artinya masyarakat harus berupaya bagaimana supaya berada dalam situasi yang sehat.
“Yang ikut kegiatan selama ini itu pesertanya kebanyakan dari teman-teman difabel, sehingga untuk kegiatan prakteknya itu pilih di rumah-rumah yang ada anggota keluarganya yang masuk dalam kategori disabilitas, Di pelatihan ini materi yang diajarkan yaitu tentang STBM Gesi atau STBM inklusif,” ungkap Daniel.
Di depan keluarga disabilitas Daniel menjelaskan, dalam STBM ini setidaknya ada lima pilar yang tercantum di dalamnya.
Yang pertama, stop buang air besar sembarangan, kedua, cuci tangan pakai sabun di air mengalir, ketiga, pengelolaan makanan dan air minum, keempat, berkaitan dengan pengelolaan sampah rumah tangga, kelima, berkaitan dengan lebah cair rumah tangga.
“Nah kedatangan tim kami ini untuk melihat mengenai pilar 4 ini di rumah untuk melihat di rumah ini apakah sudah ada tempat sampah kemudian apakah sampah-sampah tersebut tidak dibiarkan atau berserakan kemudian apakah sesuai ditempatkan sesuai dengan jenisnya,” pintanya.
Ia juga menambahkan, Pada kunjungan ini juga untuk melihat kondisi langsung di lapangan dengan materi yang sudah di dapat selama pelatihan tentang STBM Inklusif.
“Apakah di rumah ini sudah ada wadah atau tempat penampungan sampah, kemudian di kelurga ini sudah mengenal STBM dimana poin dalam STBM itu salah satunya berbicara tentang sampah rumah tangga,” ungkapnya.
Meski demikian, pihaknya berharap dengan kunjungan ini bisa memberdayakan mereka yang walupun dengan keterbatasan fisik tapi dibantu melalui keluarga agar mereka nanti bisa membedakan jenis sampah.
“Yang penting nannti keluarga telah menyiapkan tempat penampungan sampah sesuai dengan jenisnya. Dimana ada tiga jenis sampah yakni sampah organik, anorganik, dan B3,” ujarnya.
“Sampah organik itu sampah yang mudah terurai, jenisnya misalkan bahan sisa makanan, kulit buah-buahan, daun-daun kering. Sedangkan sampah anorganik misalkan plastik, sisa-sisa bungkus jajan dan sampah B3 itu yakni sampah yang berbahaya dan beracun misalkan botol hasil pestisida. Kemudian tempat penampungan harus disiapkan masing artinya tidak boleh gabung sehingga dari tiga jenis sampah itu disimpan pada masing-masing tempat,” jelas Daniel menambahkan.
Diketahui, usai menjelaskan materi dalam kunjungan keluarga disabilitas itu, tim dari YPII mengajak mereka untuk mempraktekkan dengan membuat tempat sampah dalam tiga jenis, secara serempak mereka juga memungut sampah di lingkungan sekitar hingga sesuai dengan jenisnya, kemudian dimasukan kedalam tiga tong sampah yang telah disediakan. (Yhono Hande).