Kupang, KN – Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Dr. Philipus Tulle, SVD melepas 420 mahasiswa peserta KKNT-PPM (Kuliah kerja Nyata Tematik-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat), periode ganjil 2021/2022.
Mereka diutus dalam misi penguatan SDM dan Ekonomi masyarakat desa, terutama Badan Usaha Milik Desa, yang tersebar di berbagai desa di daratan Timor, Flores hingga Lembata.
Adapun peserta KKN kali ini akan diterjunkan ke puluhan desa/kelurahan di daratan Timor dan Flores.
Khusus untuk daratan Flores, Unwira mengirim 50 orang peserta KKN ke lima desa yaitu Kotawuji Barat, Mbaenuamuri, Lewangere, Udiworowatu, dan Kotowuji Timur, di Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo.
Sedangkan untuk Lembata, 20 orang peserta akan dikirim ke desa Lamatuka kecamatan Lebatukan, dan Waijarang, Kecamatan Nubatukan.
Ketua Panitia Pelaksana Gerady Tukan menyebut ke-420 peserta KKN periode ini, sebagai laskar Unwira di musim hujan ini untuk membantu masyarakat di desa dan melakukan penguatan Bumdes.
Berdasarkan rilis dari Dosen FISIP Unwira, Mikhael Rajamuda Bataona, acara seremonial dengan tema Pembukaan dan Pelepasan peserta KKNT-PPM Periode ganjil 2021/2022 ini, dimulai pukul 10.00 Wita, bertempat di Aula St. Imaculata, Kompleks gedung Rektorat baru Unwira, Penfui, Kupang, pada hari Kamis, (20/1/2022).
Hadir mendampingi Rektor Unwira adalah kepala LPPM (lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat) Unwira, Dr. Maximus Taek, Kepala Divisi KKN, Br. Sebastianus Baki Henong, Ketua Paniti Pelaksana, Gerady Tukan, para anggota panitia KKNT periode ganjil, beserta para DPL (dosen pendamping lapangan).
Kepada ke-420 orang mahasiswa yang akan melakukan KKN, Pater Rektor Dr. Philipus Tule, SVD menegaskan, meski di tengah hujan badai dan cuaca yang kurang bersahabat, tetapi Unwira tetap menjalankan KKNT periode ini karena Unwira mempunyai tanggungjawab moral untuk meningkatkan kualitas pengetahuan mahasiswanya, sekaligus juga membantu pemberdayaan masyarakat di tengah pandemi.
Sebagai Rektor, Pater Philipus mengaku yakin, para peserta KKN bisa mempraktekan ilmunya dengan benar saat berada di lokasi KKN. Sebab, para mahasiswa sudah memperoleh banyak pengetahuan selama kuliah juga karena para peserta telah mendapat pembekalan KKN dari Panitia.
“Kalian sudah mendapat pembekalan dari Panitia, juga dari Dinas BPMD dan Dinas Perlindungan Perempuan dan anak. Yaitu soal Bumbde dan juga Stunting. Jadi saya sangat yakin kalian akan mampu mempraktekan apa yang harus kalian lakukan di lapangan,” kata Pater Rektor dengan nada optimis.
Menurut Rektor yang memasuki periode kedua memimpin Unwira ini, dalam konteks kemajuan, provinsi NTT senantiasa dipandang sebagai provinsi tertinggal yang menempati posisi tiga terakhir dari semua provinsi di Indonesia. Bahkan dalam bidang sosial ekonomi, berdasarkan sebuah survey, NTT menempati posisi terakhir.
Oleh karena itu, Unwira hadir untuk berkontribusi sesuai bidangnya, yaitu menjawabi berbagai masalah, terutama dalam hal kualitas SDM dan sosial ekonomi.
Salah satunya adalah Unwira mengutus mahasiswa dan para dosen penamping untuk melakukan pemberdayaan dan pengabdian di tengah masyarakat.
“Tujuannya adalah agar melalui pemberdayaan dan pengabdian, potensi-potensi yang ada di tengah masyarakat kita digerakan dan kita dorong dengan menggunakan apa yang kita miliki dari pembelajaran di kelas agar potensi-potensi itu bisa berguna membangkitkan perekonomian masyarakat,” kata Pater Rektor.
Sebagai Rektor, Pater Philupus meminta agar ke 420 orang peserta KKN memahami dengan baik tema KKN, untuk kemudian mengaplikasikannya saat berada di lapangan.
“Apa yang menjadi fokus KKNT kali ini, yaitu Penguatan SDM dan Ekonomi NTT harus kalian pahami dengan baik agar saat berada di lapangan, kalian bisa mewujudkan itu dengan pengetahuan yang kalian miliki,” jelas Pater Philipus.
Secara akademik, menurut Pater Philipus, KKN adalah bagian integral dari proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Sehingga Unwira sebagai sebuah PT yang terus bertumbuh dan berevolusi, akan secara konsisten melakukan KKN.
Sebab, lanjut Pater Philipus, bagi Unwira, semua kegiatan belajar mengajar di kelas dan pengetahuan yang diterima para mahasiswa selama kuliah, harus diuji dan dibuktikan lewat berbagai inovasi, karya kreatif dan kerja nyata mahasiswa saat berada di tengah masyarakat. Itulah tujuannya.
Sehingga, salah satu medium untuk mempraktekan itu adalah lewat KKNT. Apalagi di tengah pandemi ini, mahasiswa tentu harus kreatif dan inovatif untuk mempraktekan berbagai ilmu pengetahuan mereka itu di lapangan.
“Ini yang menjadi alasan mengapa mahasiswa Unwira harus turun ke masyarakat lewat KKNT untuk mempraktekan ilmunya dalam rangka memberdayakan masyarakat,” tegasnya.
Tetapi harus diingat juga bahwa, lanjut Pater Philipus, mahasiswa juga harus sadar untuk sekaligus belajar berbagai hal baru dari masyarakat. Karena akan ada banyak pengetahuan baru saat berada di tengah masyarakat.
“Jadi ada proses timbal balik, yaitu kita memberi perubahan pada desa di mana kita belajar, tapi juga membawa perubahan pada diri kita sendiri lewat pengetahuan baru dari desa,” kata Pater Philipus.
Dari proses belajar tersebut, mahasiswa Unwira akan memperkuat apa yang disebut sebagai soft skill, yaitu ketrampilan-ketrampilan tak kasat masa yang menjadi karakter dasar mahasiswa Unwira. Karakter itulah yang harus dipromosikan sebagai kekhasan Unwira.
Sebagaimana moto Unwira yaitu “Ut Vitam Habeant Abundantius” yang berarti : supaya mereka memiliki hidup dalam kelimpahan. “Di mana, Unwira telah memberi kalian ilmu pengetahuan secara berlimpah, maka sekarang saatnya kalian membawa soft skill, karakter dan pengetahuan teoritis dan teknis lainnya untuk membantu masyarakat di desa agar mereka berlimpah dalam hidup sosial dan ekonomi mereka,” tutup Pater Philipus.+++