Sikka  

Alumni STFK Ledalero Dihajar Satgas Covid-19 Sikka Ibarat Penjahat Kelas Kakap

Korban pengeroyokan Emanuel Manda / Foto: Wiliam Toka

Sikka, KN – Operasi Yustisi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Mikro (PPKM) yang dilakukan gabungan Satgas Covid-19 Kabupaten Sikka, berimbas kasus penganiyaan terhadap Emanuel Manda di rumahnya, di Kelurahan Kota Baru Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka pada 6 Juli 2021.

Operasi PPKM Tim Yustisi dipimpin langsung oleh Kasat Pol PP Sikka Adeodatus Buang Da Cunha, yang melibatkan Kasat Sabhara Polres Sikka Iptu Mikael Donis, bersama anggota Polres Sikka dan TNI dari Kodim 1603 Sikka, serta BPBD Sikka.

Korban harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka robek di bagian pelipis mata, hingga berujung pada laporan polisi. Kasus ini kemudian menjadi pertanyaan publik.

“Semalam kami langsung membuat laporan polisi atas kasus penganiayaan yang menimpa saya,” kata Emanuel Wanda, saat ditemui Koranntt.com di Lingkar Luar Kelurahan Kota Baru, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (7/7/2021).

Emanuel mengatakan, saat itu dia bersama istri baru kembali dari Kecamatan Kewapante dan tiba di rumahnya di Lingkar Luar, Kelurahan Kota Baru. Ia kemudian melihat kiosnya masih belum tutup.

Emanuel pun menegur adiknya, dan menanyakan kenapa kios tersebut belum ditutup, padahal sudah lewat pukul 20.00 Wita. Ia lalu bergegas menutup kios bersama adiknya. Namun baru sebagian pintu kios ditutup, patroli gabungan Covid-19 tiba di tempat usahanya.

“Seorang petugas yang mengaku komandan memanggil saya sambil berteriak woe woe sini kau. Saya memalingkan muka melihat dia tapi karena tangan saya tersangkut di gantungan sandal,saya berusaha memperbaiki gantungan sandal dahulu,” terangnya.

Lanjut Emanuel, komandan tersebut tetap berteriak memanggilnya sembari berkata kau melawan, kau bajingan, kau preman ka, sambil menanyakan kenapa dirinya tidak memakai masker.

Ia pun menjelaskan kepada petugas, dirinya baru tiba dan melepas masker karena hendak menutup kios, seraya tangannya menunjukan maskernya yang digantung di dinding.

Petugas tetap tidak mau mendengar penjelasannya, bahkan terus membentak dirinya dan saat bersamaan isterinya pun ke luar memeluknya untuk mencoba melerai.

“Tangan istri saya dihempas dari badan saya dengan sedikit kasar oleh Kasat Pol PP dan saya berusaha mau memeluk istri saya. Mereka lalu menarik lengan baju saya,” bebernya.

Saat ditarik oleh petugas, ia sedang menundukan kepala dan seketika pukulan bertubi-tubi menghujam kepala dan mukanya sambil menyeretnya ke mobil patroli.

Seketika, darah mengucur membasahi wajah dan baju. Bahkan di mobil patroli pun dirinya diancam mau dipukul dengan senjata.

Kata Emanuel, seorang petugas Satpol PP kemudian mengambil air mineral dan plester luka di kiosnya lalu membasahi wajahnya dan menutupi lukanya.

BACA JUGA:  Dua Hari Setelah Dilantik, Penjabat Wali Kota Kupang Tinjau Kebersihan Pasar

Darah terus mengucur deras dan plester luka terlepas namun petugas tetap membawanya di mobil, sambil terus melakukan razia terhadap beberapa kios dan tempat pesta di belakang Rutan Maumere.

“Di belakang kompleks Rutan Maumere ada beberapa kios yang masih buka tapi petugas menegur secara baik-baik, mengambil gambar dan mendata. Bahkan ada beberapa warga yang sedang berkumpul karena ada pesta tapi hanya ditegur saja,” sesalnya.

Emanuel bertanya-tanya kenapa perlakuan terhadap dirinya sangat kejam sementara yang lainnya hanya ditegur saja bahkan ada kios di samping Polres Sikka yang masih buka pun hanya ditegur saja.

“Semalam saya sempat pusing saat tiba di Polres Sikka karena darah mnegucur terus. Saya dibawa ke rumah sakit untuk djahit luka robek di pelipis mata saya. Sampai sekarang saya masih sulit membuka mata saya sehingga tidak bisa membuka bengkel motor saya,” ucap Emanuel.

Sementara Novayanti Alfrida Piterson, istri dari Emanuel Manda yang menyaksikan langsung suaminya dihajar Satgas menuturkan, usai digebuk suaminya diangkat dan dan dibuang di atas mobil patroli.

“Usai pukul suami saya, mereka buang dia ke atas mobil patroli lalu dibawa dengan paksa keliling permukiman warga. Mungkin niat mereka, supaya menakut-nakuti warga. Atau petugas gabungan ingin supaya darah yang ada pada pelipis mata dan dahi itu, keluar terus supaya suami saya mati perlahan-lahan. Atau entah apa maksud mereka. Pokoknya terlalu sadis mereka perlakukan suami saya,” kisah Nova per telepon Kamis, (8/7/2021).

Ia menjelaskan, setelah dibawa oleh satgas dan keliling rumah warga menggunakan mobil patroli, dirinya bersama teman-teman nekat mengikuti petugas untuk meminta agar suaminya segera diantar ke rumah sakit agar bisa diselamatkan.

Setelah mendapatkan perawatan dari petugas medis di rumah sakit, pihaknya langsung melaporkan kasus pengeroyokan tersebut ke pihak kepolisian dengan nomor polisi LP/154/B/VII/2021/SPKT/POLRES SIKKA/POLDA NTT perihal pengeroyokan yang mengancam keselamatan jiwa korban.

Kepala Satuan polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Sikka, Adeodatus Buang Da Cunha menjelaskan bahwa petugas sudah memberikan teguran karena tidak memakai masker. Namun, kelihatan yang bersangkutan tidak mau menerima.

“Saya juga tidak tahu tiba-tiba yang bersangkutan kena pukul dari petugas. Kemungkinan yang bersangkutan melawan karena tidak mau terima teguran dari petugas. Jadi anggota emosi dan pukul yang bersangkutan,” ujar Adeodatus Buang Da Cunha seperti dilansir salah satu media lokal.

Hingga saat ini, kasus pengeroyokan tersebut masih ditangani pihak Kepolisian Polres Sikka. (*)