Daerah  

Pak Jokowi, Kapan Inpres Percepatan Pembangunan Pasca Seroja Diterbitkan?

Presiden Jokowi saat mengunjungi anak-anak korban badai seroja di Kabupaten Lembata beberapa waktu lalu / Foto: Instagram @jokowi

Kupang, KN – Badai siklon tropis seroja yang melanda sebagian besar wilayah di Provinsi NTT pada awal bulan mei 2021 mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi semakin lambat.

Kondisi ini diperparah dengan lambatnya penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) Presiden Jokowi, terkait percepatan proses rehabilitasi dan rekonstruksi dampak seroja di NTT.

Jika Inpres diterbitkan secepatnya, maka saat ini proses pembangunan dan pemulihan ekonomi pasca seroja di Nusa Tenggara Timur sudah bisa dimulai.

Kepala Perwakilan BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja saat beraudiens dengan Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi pada Selasa 18 Mei 2021 menjelaskan, badai seroja memiliki dampak besar dari sisi ekonomi.

Bencana ini berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi NTT tahun 2021 secara akumulatif dari awalnya diproyeksikan 3,97 persen turun jadi 3,68 persen.

Pada sektor pertanian, kerusakan lahan padi mencapai 23.517 ha dan 13.960 ha lahan jagung.  Atau setara luas panen 325.469 ha padi dan 366.740 ha jagung pada tahun 2021.

Kalau dipersentasekan, kerusakan padi mencapai 7,23 persen  untuk tahun 2021, dan 12,94 persen untuk triwulan kedua. Sementara untuk jagung mencapai 4,35 persen untuk tahun 2021.

Belum lagi kerusakan infrastruktur pertanian seperti bendungan dan irigasi. Ada sekitar 8.179 anggota kelompok tani yang terdampak bencana. 

Sementara untuk sub sektor peternakan, jumlah ternak yang hilang atau hanyut dan mati yakni sapi 4.410 ekor,  kerbau 65 ekor,  babi 5.202 ekor,  kambing 4.261 ekor, kuda 108 ekor dan ayam 31.103 ekor. 

“Untuk sub sektor perikanan, ada 602 kapal nelayan rusak berat yang menyebabkan sekitar 4.868 ton ikan yang tidak bisa ditangkap,” ucap Nyoman seperti dilansir dari siaran Pers yang diterima media ini.

Lebih lanjut Nyoman Atmaja menjelaskan, untuk triwulan kedua tahun 2021 pertumbuhan ekonomi diproyeksikan turun dari 5,66 persen turun jadi 5,21 persen, triwulan ketiga dari 4,32 persen ke 3,98 persen dan triwulan keempat dari 5,67 persen ke 5,30 persen.

Penurunan pertumbuhan ekonomi ini tanpa intervensi kebijakan. Jika ada intervensi kebijakan di bidang pertanian, ekonomi NTT diperkirakan tumbuh 3,78 persen. Sementara kalau ada intervensi pertanian disertai upaya di sektor konstruksi, diperkirakan pertumbuhan ekonomi NTT bisa mencapai 4,085 persen.

Sementara inflasi NTT secara tahunan pada April 2021 mencapai 1,54 persen year on year (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional. Bencana badai siklon seroja diperkirakan meningkatkan tekanan inflasi dua (2) sampai dengan tiga (3) bulan ke depan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,  juga mengakibatkan tekanan inflasi di akhir tahun 2021. Namun inflasi NTT sepanjang tahun 2021 diperkirakan masih terkendali dan berada pada rentang 2,10 sampai dengan 3,10 persen (yoy).

BACA JUGA:  NTT Bergerak Perkuat Peran Perempuan Dalam Aksi Perubahan Iklim

Bank Indonesia perwakilan NTT merekomendasikan agar pemerintah Provinsi menyampaikan surat kepada Pemerintah Pusat, untuk penerbitan Inpres tentang Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana, terutama kepada Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian PUPR.

“Kalau kita lihat beberapa daerah bencana lainnya seperti di Palu, Sulawesi Tengah dan NTB, sebulan setelah bencana Inpresnya langsung keluar dan sangat membantu proses rekonstruksi fisik dan ekonomi pasca bencana,” ujar Nyoman.

Pihaknya juga merekomendasikan perluasan Program TJPS, Food Estate, akselerasi tindak lanjut Pinjaman PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) PT SMI 2021, perluasan penggunaan brigade alsintan dan percepatan vaksinasi untuk dorong mobilitas.

“Kami juga menghimbau agar Pemprov surati Dewan Komisioner OJK untuk meminta relaksasi kredit bagi debitur terdampak bencana di NTT,” jelas I Nyoman.

Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur NTT,  Josef Nae Soi (JNS) mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT terus berkomunikasi dengan Pemerintah Pusat agar upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana Seroja dapat berjalan dengan cepat dan tepat.

“Kita akan terus mendorong Pemerintah Pusat untuk menerbitkan Inpres (Instruksi Presiden,red) terkait upaya Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana Seroja di NTT,” tutur Nae Soi.

“Tentunya Inpres ini sangat penting Kita sudah menghubungi pak Pramono (Sektretaris Kabinet, red) untuk hal ini, ” jelas Wagub JNS.

Wagub Nae Soi memberikan apresiasi atas alanisa dari Ban Indonesia perwakilan NTT tersebut. Bahan tersebut dapat menjadi rujukan bagi pemerintah Provinsi dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk pemulihan ekonomi NTT pasca Bencana Seroja.

“Kita juga sedang mengupayakan pinjaman dana dari  PT SMI (Sarana Multi Infrastruktur, red) sebesar Rp. 1,5  triliun untuk pembangunan infrastruktur, sektor pertanian,  peternakan dan perikanan. Terima kasih untuk hasil analisa dari BI NTT,” jelas Wagub Nae Soi. *

IKUTI BERITA TERBARU KORANNTT.COM di GOOGLE NEWS