Ikat Atap Pakai Tali Jangkar, Rumah Warga Kupang Lolos dari Amukan Badai Seroja

Pose Nimrot Ie dan Laurince Ie berlatar rumah yang masih diikat menggunakan tali jangkar / Foto: Eman Krova

Kupang, KN – Nimrot Ie (52) warga RT 17 RW 06, Kelurahan Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, NTT, merupakan salah satu warga yang beruntung, karena rumahnya lolos dari amukan badai siklon tropis Seroja.

Selain menekuni kesehariaanya sebagai kepala rumah tangga, Nimrot Ie juga dikenal sebagai seorang pelaut yang memiliki kelengkapan melaut seperti kapal, tali, dan jangkar.

Nimrot mengisahkan, pada Minggu 4 April 2021 sore, dia memutuskan untuk mengikat atap rumahnya menggunakan tali jangkar, karena badai mulai ganas.

“Saat itu saya berpikir bahwa kalau rumah saya terbongkar, saya tidak ada uang untuk melakukan perbaikan. Jadi saya panggil kakak dan ponaan. Saya ambil tali jangkar dan kami ikat keliling, baik dari luar maupun dari dalam,” ujar Nimrot kepada wartawan, Jumat 9 April 2021.

Selain mengikat atap rumahnya di pagar dan batu, Nimrot juga mengikat tali di alat olahraga seperti dumbel yang biasa digunakan setiap hari.

“Waktu malam itu angin cukup besar tetapi Puji Tuhan rumah saya masih tetap aman. Selama saya hidup belum pernah terjadi badai seperti ini. Jadi saya punya akal untuk mengikat atap rumah,” ucapnya.

BACA JUGA:  Ribuan Milenial di Kupang Optimis Sambut Era Perubahan NTT Bersama Melki-Johni

Nimrot menambahkan, meski atap rumah masih tetap utuh, namun pagar rumahnya tidak selamat dari amukan badai siklon tropis Seroja.

Sementara istri Nimrot, Laurince Ie mengaku sangat ketakutan, saat badai siklon tropis Seroja terjadi.

Menurut Laurince, saat itu mereka hanya bertiga bersama suami dan ibunya di dalam rumah kecil itu.

“Saya sangat takut. Kami bertiga tahan seng dari dalam, sambil menangis minta tolong Tuhan, biar jangan terbongkar,” ucap Laurince.

Alhasil, meski beberapa rumah di daerah itu hancur, tetapi rumah Nimrot Ie dan keluarga tetap utuh, dan selamat dari amukan badai siklon tropis Seroja.

Kepada wartawan, Pasutri ini juga mengaku baru sekali mendapat bantuan dari pemerintah berupa beras. Namun hingga saat ini mereka belum mendapat bantuan baik dari pemerintah maupun dari pihak luar.

“Kami pernah dapat bantuan tahun lalu berupa beras raskin. Tetapi tahun ini belum. Bantuan sosial untuk covid-19 juga kami tidak dapat,” imbuh Laurince.*