Kumpulan Puisi

Karya Fransiska X. C. Olang

Fransiska X. C. Olang

LORONG WAKTU

DI persimpangan jalan kutapaki setiap lorong yang kulewati
Balada rasa yang tak kunjung usai dalam peraduan
Konon aku menengok pada waktu yang kau janjikan
Katamu aku senja yang kau rindukan tapi,
Bukan aku rumah mu untuk menetap
Katamu aku adalah bahagia yang kau rindukan tapi
Aku hanyalah ilusi yang engkau ciptakan
Bolehkah sejenak kita bersama wahai tuan sang penggoda
Mungkinkah waktu kembali merajut asa dalam rasa
Seperti kemarin engaku merangkai setiap untaian puisi-puisimu
Wahai tuan kembalilah dan menetaplah meski sejenak
Biarkan waktu melukis setiap jejak tentang kita walau kau tercipta
Hanya sebagai pilu bagiku.

LENTERA JIWA

Aku terdiam sembari merenung
Teringat kembali saat duduk di gubuk kecil itu cahayamu tetap tinggal
Disudut jiwa yang mana ku sembunyikan duka lara itu
Aku terpukau saat cahyamu menrangi malamku yang hampa
Suasana dingin yang sangat mencekam seperti berpacu dengan ratapanku
Aku mulai gelisah dengan tutu batinku akankah semua duka kulewati
Seperti lentera dimalam yang yang penuh kesunyian ini
Ketika malam membiarkan kelam dan terang berganti rupa
Seperti bayangan hampa
Walaupun terkadag nyalanya tak akan selalu terang
Tetapi selalu terlihat dari kejauhan
Tanpa mengurangi rasa kepedihan yang yang tak pernah berlalu
Hingga secuil kisah kutorehkan bersama cahyamu yang indah
Bercahyalah sejenak dan menemani malamku yang sunyi
Pada malam aku berbisik atas rintihan dan penderitaanku
Biaralah batinku terus bergumam atas setiap kepedihan hati ini
Kupastikan kelam akan sirna walau hanya sebentar dan kepedihan
Tak akan sama seperti kesunyian yang dipelihara dalam lubuk hatiku

DI UJUNG SENJA

Aku menanti mu dalam setiap kidung doa
Setiap kali rindu itu kembali dan bersemi
Aku membisu kala mengingat setiap kenangan
Bersama setiap baris puisi yang kutulis untuk mu
Diujung Senja
Aku menantimu meski jemarimu bahkan sulit ku genggam
Lantunan doa ingin ku panjatkan agar kelak bertemu
Bersama setiap harapan yang ingin ku sampaikan dalam diamku
Bawalah aku dalam setiap doamu
Di ujungSenja
Air matapun tak hentinya menetes kala rasa itu ada
Bolehkah aku mengenang cerita kita?
Meskipun bayangmu telah sirna seperti matahari dikala senja
Mungkinkah rasa itu akan kembali meski tak lagi bertuan
Di ujung senja
Sang surya menyapaku ketika tak ada lagi bayangmu
Semua seolah tidak lagi seperti waktu itu
Seperti di saat kau rangkul setiap pedih hatiku
Bersama senja yang hanya menemani luka dan rindu

BACA JUGA:  Tim KKN-PPM UGM Melakukan Pelatihan Vertikultur di Desa Waibao, NTT

IBU

Ibu
Engkau memberikan kehidupan untuk diriku
Engkau adalah muara atas kasih dan sayangku
Tiada cinta yang lebih indah daripada cinta seorang ibu
Kepada anaknya
Sentuhan ketulusan dan air mata adalah bukti cintamu kepadaku
Ibu
Engkau tak pernah mengeluh atas segala penderitaan hatimu
Ketika aku lemah dan terjatuh engkaulah kekuatanku
Bagiku kaulah cintah terhebat yang mengambil kelemahanku
Dan menguatkan diriku dalam segala keterpurkanku
Ijinkanlah aku membahagiakan dirimu dengan cara yang sederhana

Ibu
Inilah janjiku padamu
Aku akan selalu ada disepanjang perjalanan hidupmu
Aku akan menjadi lentera dalam kegelapan malamu dan ,
menjadi tempat berlindung saat badai menerjang
Bolaehkah aku mendekapmu dengan hangat saat kau terpuruk
Dalam lukamu
Biarakan aku menjadi bagian dari Kebahagiaan dan kesedihanmu
Ijinkanlah aku membahagiakan dirimu dengan cara yang sederhana
Selamat tinggal adalah ucapan terpiluh yang pernah kudengar, Selamat tinggal adalah kali terakhirku mendekapmu dengan erat
Suatu hari kau akan mengucpkan kalimat itu dan aku akan menangis
Hatiku akan hancur mendengarmu mengucapakan kata perpisahan itu. (*)