Kupang, KN – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur meminta Satuan Tugas Bencana dan personil TNI-Polri untuk segera mencari dan menemukan korban bencana yang hingga kini belum ditemukan.
“Karena Bapak Presiden telah menginstruksikan untuk mencari para korban sampai ditemukan,” katanya Jubir Pemprov NTT, Marius Ardu Jelamu kepada wartawan, Senin 12 April 2021.
Menurutnya, korban yang hingga kini belum ditemukan karena hilang tertimbun material longsor, personil TNI-Polri sedang berupaya keras untuk mencari dan menemukan mereka.
“Jadi kita harap kepada 45 saudara-saudari kita yang masih hilang itu bisa ditemukan. Dan kita akan cari sampai dapat,” tegasnya.
Selain itu, Marius menyampaikan ada sejumlah lokasi pemukiman warga yang harus segera di relokasi, karena rumahnya hanyut diseret banjir.
“Seperti di Kabupaten Lembata, Adonara, Rote Ndao dan beberapa daerah lainnya. Jadi kita harap pemerintah Kabupaten untuk bisa merelokasi warganya ke lokasi yang lebih aman,” ucap Marius.
177 Orang Tewas, 45 Masih Hilang
Sementara jumlah korban tewas akibat bencana badai siklon tropis seroja di Nusa Tenggara Timur per Senin 12 April 2021 sebanyak 177 orang
Jumlah data tersebut merupakan akumulasi dari seluruh Kabupaten dan Kota yang terdampak banjir, longsor dan Badai Seroja pada Minggu 4 April lalu
“Data hingga saat ini, meninggal 177 orang, 45 masih belum ditemukan, serta sejumlah fasilitas umum yang rusak,” ujar Marius Adu Jelamu.
Ratusan warga yang meninggal berasal beberapa Kabupaten, yakni Kabupaten Flores Timur, Lembata, Alor, Kabupaten Kupang, Malaka, Sabu Raijua, Ende dan Sikka
Berikut rincian korban dan kerusakan berdasarkan keterangan Juru Bicara Pemrpov NTT, Marius Ardu Jelamu
Kabupaten Flores Timur: 72 warga meninggal, 2 hilang, dan Sebanyak 3 fasilitas infrastruktru umum rusak.
Kabupaten Lembata: 47 orang meninggal, 22 orang hilang
Kabupaten Alor: 28 orang meninggal, 13 hilang, 25 warga luka-luka dan sejumlah fasikitas umum rusak
Kabupaten Kupang: 12 orang meninggal, 3 hilang, 16 unit fasilitas pendidikan rusak, 5 unit fasilitas kesehatan, 11 unit fasilitas pemerintahan, 12 unit fasilitas agama, 8007 hektar pertanian, 57 titik ruas jalan, dan 29 unit jembatan yang rusak
Kabupaten Malaka: 7 orang meninggal dunia, kerusakan sarana pendidikan, fasilitas agama, fasilitas pemerintah dan sejumlah lahan pertanian dan ternak warga yang terseret banjir
Kota Kupang: 6 orang meninggal, 39 fasilitas pendidikan rusak, 14 unit fasilitas kesehatan, 67 tempat ibadah, 2 buah ruas jalan rusak, 11 fasilitas perdagangan, dan 18 fasilitas pemerintahan yang rusak
Kabupaten Ende: 1 orang meninggal, serta kerusakan infrastruktur, drainase, saluran irigasi, pertanian, peternakan dan perikanan
Kabupaten Sikka: 1 orang meninggal dunia
Kabupaten Ngada: hanya terdapat kerusakan Asrama Polisi, Kantor Polres, Kantor KPUD, Susteran FMN dan Gereja, serta pasar, garasi Kodim dan perhau pikat
Kabupaten Rote Ndao: tidak ada korban jiwa, hanya kerusakan infrastruktur, sejumlah lahan pertanian, perikanan, perindustrian, perdagangan dan pariwisata
Kabupaten Belu: Kerusakan 3 unit jembatan, bantaran kali, 4 titik ruas jalan, serta 1 unit sekolah yang rusak
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU): 11 unit jembatan rusak, 1 unit sekolah dan 2 unit rumah ibadah yang rusak
Kabupaten Sumba Timur: 12 unit jembatan rusak, 23 ruas jalan putus, 5 buah bendungan rusak, 1575 hektar lahan pertanian terendam banjir, 2 unit sekolah rusak, serta kerusakan puskesmas dan pustu
Kabupaten Manggarai: 8 unit gereja rusak, 5 unit fasilitas pemerintahan, 7 unit fasilitas pendidikan, 1 unit fasilitas swasta dan 12 unit fasilitas pertanian rusak
Dengan demikian, Marius berharap kepada setiap pemetintah Kabupaten dan Kota untuk mendata semua fasilitas yang rusak dan segera melaporkan kepada pemerintah pusat dan Pemprov NTT
“Jadi kepala Daerah harus mendata semua kerusakan berdasarkan tanggung jawab. Seperti jalan milik negara dilaporkan ke pusat, milik Provinsi dilaporkan ke Pemprov NTT, dan Pemkab merupakan kewenangan mereka,” tandasnya.*