Buoyant Montessori School Kupang Menciptakan Warna Baru Pendidikan di NTT

Pose bersama para guru dan pegawai Buoyant Montessori School Kupang / Eman Krova

Kupang, KN – Buoyant Montessori School (BMS) Kupang, merupakan satu-satunya sekolah di Kota Kupang yang mengadopsi kurikulum North American Montessori Center (NAMC) dan K-13.

Kehadiran Buoyant Montessori School Kupang yang sudah berusia 2 tahun itu, diharapkan bisa memberikan warna baru bagi dunia pendidikan di Kota Kupang dan NTT pada umumnya.

Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Generasi Cahaya Bangsa itu, memang memiliki sistem pendidikan yang cukup unik, karena mengusung metode Montessori. BMS Kupang tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga karakter anak.

Ketua Yayasan Generasi Cahaya Bangsa, David Fulbertus mengatakan, Buoyant Montessori School Kupang hadir, karena ingin memajukan kualitas pendidikan di Kota Kupang maupun di NTT, agar tidak tertinggal dari daerah lain.

“Sama halnya dengan sekolah sepak bola Bali United Kristal milik kami, yang membina dan menciptakan talenta muda yang sudah banyak bermain di Liga Nasional. Kami terpanggil untuk membina dan mendidik anak-anak usia dini, untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi lingkungan dan dunia,” ujar David Fulbertus kepada wartawan, Selasa 30 Maret 2021.

Dalam kesempatan yang sama, dia berharap terus mengelola dan mendorong guru-guru BMS yang multi talenta, agar dapat mengeluarkan potensi terbaik mereka, dalam mendidik dan menciptakan lingkungan pendidikan modern yang menyenangkan, serta positif.

“Di mana lingkungan positif dan menyenangkan, dapat mendorong keingintahuan dan potensi anak didik, untuk belajar tanpa paksaan, agar dapat menyerap ilmu dengan maksimal, dan mengeluarkan potensi diri mereka tanpa bayang-bayang ketakutan,” jelasnya.

Rangkaian Acara HUT ke-2 BMS Kupang

Kepala Sekolah Buoyant Montessori School Kupang, Aprinoet Selfani mengatakan, puncak perayaan Hari Ulang Tahun ke-2 Buoyant Montessori School Kupang digelar selama dua hari.

“Kegiatan hari pertama dihadiri oleh siswa-siswi TK, dan pada puncak HUT ke-2 BMS Kupang dihadiri oleh siswa-siswi SD, dan SMP. Semua kegiatan dilaksanakan secara virtual,” jelasnya.

BACA JUGA:  Komisi VII DPR RI Dukung PLN Lanjutkan Langkah Transisi Energi

Rangkaian acara diawali dengan welcoming dance dari para guru, dengan menyiapkan tarian untuk menghibur siswa-siswi yang mengikuti seluruh kegiatan HUT ke-2 BMS Kupang.

Koordinator TK Buoyant Montessori School Kupang, Sintje Melinda Natalia Kefi mengatakan, untuk merayakan HUT ke-2 sekolah, para guru juga menyiapkan permainan wayang.

Guru juga menceritakan sejarah awal Buoyant Montessori School Kupang didirikan, dan dilanjutkan dengan kegiatan dekorasi dengan tujuan membuat siswa menjadi enjoy.

“Selain permainan wayang dan dekorasi, kami juga ceritakan sejarah awal sekolah kepada para siswa-siswi di HUT ke-2 BMS ini,” kata Sintje Melinda kepada wartawan.

Pada momentum tersebut, para guru berharap agar murid tetap enjoy dan mempunyai semangat belajar yang tinggi, serta memiliki kepribadian yang lebih baik.

“Semoga melalui perayaan sederhana ini, diharapkan siswa lebih lebih semangat belajar dan menjadi pribadi yang baik. Guru juga semakin termotivasi memberikan yang terbaik bagi pendidikan,” jelasnya.

Sementara Koordinator SD Buoyant Montessori School Kupang, Geovanina Givens Dasilva menyampaikan, perayaan HUT ke-2 BMS dikemas dalam beberapa rangkaian acara, seperti menceritakan sejarah sekolah dan making friendship salad.

“Memang sekolah ini baru berdiri dua tahun. Tetapi kita jelaskan sejarahnya kepada mereka dengan menyiapkan gambar dan foto, sehingga mereka ingat kembali moment mereka di tahun sebelumnya,” ujarnya.

Sedangkan making friendship salad melibatkan para guru dan siswa, karena BMS Kupang tidak hanya fokus pada akademik siswa, tetapi juga mengajarkan mereka untuk menghadapai dunia luar.

“Jadi siswa mempraktekan aktivitas yang akan mereka lakukan ketika dewasa nanti. Sehingga kita buat salad bersama sebelum tiup lilin ulang tahun sekolah,” jelasnya.

Pada perayaan singkat tersebut, para guru juga menyisipkan acara dance untuk menghibur siswa.

“Kalau secara offline kan kita bisa kumpul bersama. Tetapi dirayakan secara online, jadi kita harus kemas sesimpel mungkin, sehingga anak-anak bisa enjoy,” imbuh Geovanina Dasilva.*