Kupang, KN – Keterbatasan akses sanitasi layak dan akses air bersih dapat menimbulkan dampak turunan terhadap kesehatan dan kualitas hidup masyarakat (Karisoh dkk, 2020). Kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit stunting (Nirmalasari, 2020).
Buruknya pengelolaan sanitasi dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, khususnya sumber air tanah dan permukaan, yang pada akhirnya memperparah masalah kesehatan masyarakat. Dampak buruk dari kondisi ini semakin serius ketika dikaitkan dengan risiko penyakit stunting pada anak-anak. Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan anak sehingga tinggi badannya lebih rendah dari standar usianya (UNICEF/WHO/World Bank Group, 2021). Penyebab stunting tidak hanya terbatas pada asupan makanan yang tidak memadai, tetapi juga dipengaruhi oleh buruknya sanitasi dan akses terhadap air bersih. Sanitasi yang buruk meningkatkan paparan terhadap patogen yang menyebabkan infeksi berulang pada saluran pencernaan, yang pada akhirnya menghambat penyerapan nutrisi penting.
Berdasarkan data dari BPS (2024), persentase balita stunting di Nusa Tenggara Timur adalah 16.9%, dan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 24,2%, dimana naik 2.2% dari tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah anak di Desa Oni, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan yang teridentifikasi stunting pada tahun 2024 sebanyak 52 orang, dengan rincian bayi dibawah dua tahun 31 orang dan diatas 2 tahun 16 orang (UPT Puskesmas Kualin, 2024).
Upaya untuk meningkatkan akses sanitasi layak dan akses air bersih menjadi salah satu langkah strategis dalam rantai penyebab stunting dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian, dibutuhkan upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak dan air bersih di Desa Oni yang sejalan dengan pencegahan peningkatan prevalensi stunting dan tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) ke-6.
Pada tahun 2024, tim Pengabdian Masyarakat ITB skema top-down, telah berkontribusi dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh Desa Oni, berupa penambahan sarana jaringan air bersih sepanjang 1,8 km, membangun tandon air dan telah membangun 4 (empat) jamban layak yang digunakan secara komunal untuk masyarakat di sekitarnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat oleh ITB di Desa Oni ini masih terus berlanjut hingga tahun 2025. Harapan keberlanjutan program pengabdian masyarakat tersebut juga disampaikan langsung oleh Kepala Desa Oni pada saat zoom meeting pada tanggal 3 Februari 2025. Dalam diskusi tersebut, Kepala Desa Oni menyampaikan bahwa di Desa Oni masih menghadapi beberapa tantangan berupa, upaya penurunan angka stunting dan terdapat beberapa kelompok masyarakat yang belum mendapatkan akses sarana air bersih dan jamban yang layak terutama untuk kelompok masyarakat rentan, sehingga mengharapkan tim ITB dapat melakukan kegiatan pengabdian masyarakat kembali pada tahun 2025. Tantangan yang masih dihadapi juga dibenarkan langsung oleh Kepala Desa Oni melalui dokumentasi yang dikirimkannya.
Menjawab tantangan tersebut, Tim DPMK ITB kembali turun tangan dengan membangun dua buah jamban sehat di RT 014 RW 006, Dusun 2 yang selama ini belum memiliki fasilitas sanitasi memadai. Pembangunan ini difokuskan pada rumah tangga dengan balita stunting dan kelompok rentan, dengan harapan dapat menurunkan risiko paparan penyakit yang memperburuk kondisi gizi anak.
Pembangunan jamban tersebut disertai pula dengan pelatihan pemanfaatan dan perawatan kepada warga, serta bagaimana masyarakat mengelola limbah bekas air mandi dan air cucian, agar keberlanjutan penggunaan fasilitas tersebut tetap terjaga. Tim ITB juga merancang pendekatan berbasis partisipasi masyarakat, agar warga merasa memiliki dan turut menjaga hasil pembangunan.
Melalui intervensi ini, diharapkan tidak hanya aspek fisik yang terbangun, tetapi juga kesadaran kolektif masyarakat untuk hidup lebih sehat. Program ini akan terus dikembangkan secara bertahap, dan Tim DPMK ITB membuka ruang kolaborasi dengan pemangku kepentingan lokal untuk memperluas dampak positif di Desa Oni.

Kemudian, melanjutkan program pengabdian tahun sebelumnya, yaitu pemasangan jaringan perpipaan air bersih, pada tahun ini Tim DPMK ITB juga kembali melanjutkan program tersebut dengan membangun jaringan perpipaan sejauh 250 meter di RT 001 RW 001, Dusun 1. Kegiatan ini bertujuan untuk memperluas cakupan akses air bersih bagi masyarakat yang selama ini masih bergantung pada sumber air yang kurang layak dan tidak selalu tersedia sepanjang tahun.
Pemasangan jaringan perpipaan ini merupakan respons langsung terhadap hasil pemetaan partisipatif bersama perangkat Desa Oni, yang menunjukkan bahwa RT 01 termasuk wilayah dengan kebutuhan mendesak terhadap akses air bersih. Selain pembangunan fisik, tim juga memberikan edukasi mengenai pentingnya pengelolaan air minum yang higienis, termasuk praktik penyimpanan dan penggunaan air di tingkat rumah tangga.

Tak hanya melakukan perbaikan jamban dan sarana sanitasi, tim DPMK ITB juga menunjukan komitmen dalam mendukung pembangunan kesehatan di Desa Oni dengan melakukan sosialisasi pencegahan stunting kepada warga, khususnya ibu-ibu yang memiliki balita.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa stunting bukan hanya persoalan kurang gizi, tetapi juga berkaitan erat dengan sanitasi yang buruk dan keterbatasan akses terhadap air bersih. Melalui pendekatan langsung, tim memberikan edukasi tentang pentingnya memiliki jamban sehat, menjaga kebersihan lingkungan, pengelolaan air minum yang aman, serta pola makan sehat dan bergizi seimbang bagi ibu dan anak. Tim DPMK ITB yang diketuai oleh Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS., dan beranggotakan Ir. Rudy Gunradi, Dr. Nurul Fahimah, S.T., M.T., Rovina Aleksandria Egu Mite, S.T., M.T., serta mahasiswa ITB Raihan Muhammad Alif, dengan aparat Desa Oni, ingin masyarakat memahami bahwa stunting bisa dicegah sejak dini, dan itu tidak selalu soal makanan, tetapi lingkungan yang sehat, jamban yang layak, serta akses air bersih juga memiliki peran sangat penting dalam pencegahan stunting.

Dengan adanya rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat ini, diharapkan masyarakat Desa Oni dapat lebih sadar akan pentingnya sanitasi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus mendorong perubahan perilaku untuk mendukung tumbuh kembang anak yang sehat dan optimal. Program ini merupakan bagian dari upaya kolaboratif antara Institut Teknologi Bandung dan masyarakat Desa Oni dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama dalam aspek kesehatan dan kesejahteraan. (*)
