Pemerintah Terus Bekerja Keras Tekan Angka Stunting di Kota Kupang

Kadis Kesehatan Kota Kupang drg. Retnowati saat memberikan penghargaan kepada para pihak yang membantu menurunkan stunting di Kota Kupang. (Foto: Ama Beding)

Kupang, KN – Angka bayi penderita stunting di Kota Kupang relatif masih tinggi. Karena itu Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri.

Dibutuhkan kerja sama semua stakeholder untuk mengurangi stunting di Kota Kupang, karena angka penderita stunting masih tinggi yakni 4.543 orang.

Hal ini ditegaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang drg. Retnowati kepada KORANNTT.COM, saat diwawancara Senin 10 Juli 2023.

Kepada awak media ini, drg. Retnowati mengatakan, penanganan stunting di Kota Kupang dibagi menjadi 2 bagian. Pertama penanganan spesifik dan kedua penanganan sensitif.

Menurutnya, Dinas Kesehatan Kota Kupang selama ini melaksanakan penanganan spesifik, misalnya memberikan tablet tambah darah (TTD) kepada para remaja putri.

“Kemudian calon pengantin juga diperiksa kesehatannya dalam hal ini HB nya, serta ibu hamil yang kekurangan energi kronis, selama ini diterapi dengan PMT ibu hamil KEK,” ujar drg. Retnowati.

Di samping itu, Dinas Kesehatan Kota Kupang juga melakukan penanganan dengan memberikan makanan tambahan kepada bayi yang gizi buruk dan gizi kurang.

BACA JUGA:  Gelar Bimtek Penggunaan Alsintan, Julie Laiskodat Minta Distan Manggarai Sediakan Bengkel Khusus

“Kalau kita lihat di Kota Kupang, jumlahnya 973 bayi. Itu yang intensif kita tangani sehingga tidak jadi Stunting,” ungkapnya. 

Dijelaskan drg. Retnowati, penanganan sensitif terhadap stunting ini dilakukan oleh instansi lain, termasuk penyediaan air bersih, lingkungan yang bersih, pola asuh anak, dan pola makan yang beragam melalui ketersediaan pangan.

“Intervensi ini diberikan kepada keluarga PKH, yang juga untuk ketahanan pangan mereka di dalam rumah tangga,” ucapnya.

Saat ini, lanjutnya, fokus Dinas Kesehatan adalah bagaimana, sehingga anak-anak yang gizi buruk atau gizi kurang diberikan PMT agar tidak jatuh ke gizi yang lebih buruk lagi.

“Jadi Stunting ini kompleks. Tidak bisa Dinas Kesehatan saja. Ada 9 tatanan itu yang harus dibereskan,” tegasnya.

Dikatakan drg. Retnowati, Dinas Kesehatan hanya menolong dampak dari stunting, gizi buruk, dan gizi kurang, dalam hal penanganannya.

“Masih 4.543 anak yang masih menderita stunting. Kemudian kasus gizi buruk dan gizi kurang itu 3.075. Kemudian BBLR 5.494. BBLR ini berpotensi menjadi stunting,” pungkasnya. (*)