Opini  

Peringati Hari Tani Nasional, Mesti Merefleksikan Problematika di Sektor Pertanian

Oleh : Aventus Purnama Dep (Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian).

Aventus Purnama Dep

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama pada bidang pertanian yang dapat mendorong perekonomian negeri. Menurut Ditjen Hortikultura (2011), sektor pertanian dikelompokan menjadi beberapa subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Dari beberapa subsektor ini, berperan penting dalam mendukung ketahanan pangan, meningkatkan perekonomian masyarakat, mengentaskan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja bagi para petani. Tapi nyatanya, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB) lapangan usaha pertanian atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp2,25 kuadriliun sepanjang 2021. Nilai tersebut berkontribusi sebesar 13,28% terhadap PDB nasional. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional pada tahun 2021 tercatat turun 0,42 persen poin dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 13,7%.

Seiring dengan berkembangnya sektor pertanian Indonesia saat ini, ternyata masih memiliki berbagai masalah besar dari hulu hingga hilir yang menghambat
kemajuan pertanian Indonesia.

Pertanian yang merupakan salah satu sektor penunjang dalam upaya penyediaan pangan dan lapangan pekerjaan. Selain itu, menghadapi masalah yang berkaitan dengan bonus demografi, masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia, hal ini akan berdampak pada tingkat pengangguran semakin tinggi. Apalagi permasalahan yang kini dihadapi para petani tak kunjung berhenti. Mulai dari persoalan yang terkait dengan lahan, irigasi, benih, pupuk, alat mesin pertanian, penyuluh lapangan (sumber daya petani), harga produk selalu mengalami fluktuasi, tenaga kerja, hingga permasalahan tata niaga pertanian.

Pada sisi tenaga kerja, petani di
Indonesia masih didominasi oleh
generasi tua yang rata-rata berusia di
atas 40 tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah petani di tahun 2021 di Indonesia berjumlah disekitar 38,77 juta jiwa, padahal 10 tahun yang lalu berjumlah disekitar 42,46 juta jiwa. Terdapat penurunan yang cukup singnifikan. Dari 38,77 juta jiwa tersebut, petani milenial berusia 20-39 tahun, hanya berjumlah 2,7 juta orang atau setara 8% dari jumlah petani secara keseluruhannya. Artinya 90% (35 juta ) petani Indonesia adalah petani tua.

Penurunan minat generasi muda di sektor pertanian menjadi pringatan bagi pemerintah agar secepatnya mengatasi terkait dengan masalah ini. Berkurangnya jumlah petani akan berdampak pada ketersediaan produk dalam negeri berkurang serta menurunya lapangan pekerjaan. Sektor pertanian adalah salah satu penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap tenaga kerja.

Dengan demikian, problematika di sektor pertanian saat ini, harus mendapat penanganan yang baik dan komprehensif agar tidak menimbulkan bencana dikemudian hari akibat dari masalah di sektor pertanian yang akan berimbas pada segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, tanggal 24 September diperingati sebagai “Hari Tani Nasional”, mesti merefleksikan kembali terkait dengan masalah-masalah di sektor pertanian yang belum ditangani secara khusus. Sebab, petani belum merdeka, karena semua impian mereka belum tercapai yang namanya keluarga tani maju dan sejahtera.

BACA JUGA:  OPINI: Di Preposisi dan Di Prefiks

Problematika di sektor pertanian saat ini akan bisa diselesaikan jika sumber daya petani mampu menguasai teknologi modern. Selama ini, penggunaan teknologi dalam pertanian di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara lain. Salah satu faktor penyebabnya adalah petani-petani di Indonesia didominasi oleh petani tua, sehingga kemampuan dan tenaga mereka untuk menguasai teknologi sudah tidak efektif dan efisien.

Mewujudkan regenerasi petani dan pengelolaan hasil tani adalah salah satu strategi untuk memulihkan Kembali masalah di bidang sektor pertanian. Tentu saja hal ini bukan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah yang menentukan kebijakan, tetapi butuh kolaborasi antara anak-anak muda, pemerintah, lembaga swasta dan dukungan pihak lembaga penelitian agar bisa mewujudkan pertanian yang lebih maju, mandiri, dan modren serta mewujudkan pertanian berkelanjutan.

Selain itu, program petani milenial diharapkan dapat menyelesaikan masalah keterbatasan tenaga kerja, sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan mencapai swasembada pangan melalui pemanfaatan teknologi digital dalam menggerakan kewirausahaan pertanian untuk bisa berkelanjutan;

Perlu juga adanya keterlibatan pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemeritah daerah untuk mendorong generasi muda bergerak di dunia pertanian melalui peningkatan sumber daya anak muda dengan mengadakan pelatihan-pelatihan serta didukung oleh sarana dan prasarana pertanian agar lebih efektif dan efisien dalam dalam menjalankan usahatani.

Petani-petani milenial diharapkan dapat berpartisipasi dalam mengikuti program-program yang ditawarkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan, lahan tidur dan lahan kosong yang tidak produktif dan lahan yang ada di sekitar rumah. Tujuan kegiatan P2L yaitu untuk meningkatkan ketersedian dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan dan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang berorientasi pasar serta untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi para petani-petani muda.

Selamat Hari Tani Nasional (24/09/2022) yang Ke-62. Petani adalah profesi yang mulia, kita patut menghormatinya, karena tanpa mereka kita tidak hidup. Tanpa mereka perekonomian bangsa pasti tidak akan maju. Semoga pemerintah bisa membuka mata dan hati, agar petani bisa mewujudkan keluarga tani maju dan sejahtera. Moment ini sebenarnya menjadi refleksi bagi pemerintah terkait dengan permasalahan di sektor pertanian saat ini. (*)