Kupang, KN – Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat menghadiri acara 100 hari wafatnya Gubernur NTT periode 2008-2018 Frans Lebu Raya, di Aula Gereja Santa Maria Assumpta Kupang, Senin 4 April 2022.
Acara dimulai dengan perayaan misa, yang dipimpin langsung oleh Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, Pr. Hadir sejumlah tokoh dan unsur Forkompinda, serta kepala OPD lingkup Pemprov NTT.
Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam sambutannya, mengenang almarhum Frans Lebu Raya sebagai sosok yang rendah hati, bersahaja dan sangat sederhana.
“Saya mau sampaikan di sini bahwa, saya dan Pak Frans adalah sahabat yang tidak semua orang tahu. Dan dia merupakan tokoh yang sangat bersahaja, sederhana, dan tidak mau menonjolkan kelebihannya,” ujar Gubernur Laskodat.
Menurut Gubernur Viktor, almarhum Frans Lebu Raya, merupakan anak petani dari Desa Watoone, Adonara, Kabupaten Flores Timur, yang memiliki cita cita dan perjuangan besar, untuk menjadi orang yang dihormati dan disegani di Provinsi NTT.
“Pak Frans itu memulai karirnya dari bawah. Mulai dari Sekretaris Partai PDIP, hingga menjadi Gubernur NTT dua periode. Bahkan, dia pernah menjadi guru olahraga di SMP. Perjuangan beliau sangat luar biasa,” kisah Gubernur Viktor.
Mantan Ketua Fraksi NasDem DPR RI ini menjelaskan, selama menjabat sebagai Gubernur NTT dua periode, alamarhum Frans Lebu Raya mendapatkan penghargaan Bintang Maha Putra langsung dari Presiden Joko Widodo.
Penghargaan yang diraih almarhum Frans Lebu Raya tidak gampang didapatkan oleh siapapun di negeri ini.
“Sebagai sesama kader dan sahabat dari Pak Frans, saya tahu persis bahwa untuk mendapatkan penghargaan Bintang Maha Putra itu sangat-sangat tidak gampang,” terangnya.
Ketika almarhum Frans Lebu Raya menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS), Gubernur Viktor mengaku selalu memantau keadaan dan kondisi terakhir almarhum melalui dokter yang merawatnya.
“Saya selalu memantau keadaanya. Tetapi, pada akhirnya kita harus kehilangan seorang tokoh yang bersahaja dan sederahana itu. Karena, kalau dia marah itu tidak terlihat,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur NTT Viktor Laiskodat mengaku kecewa karena almarhum Frans Lebu Raya tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Dharmaloka.
“Pak Frans memilki kesempatan yang tidak dimiliki orang lain. Tetapi keluarga lebih memilih untuk jazadnya dimakamkan di tanah kelahirannya. Dan sebagai sahabat, tentu saya sangat kecewa dengan keputusan itu. Kita telah kehilangan dia, tetapi jasa baiknya tetap dikenang,” pungkasnya.
Sementara itu, perwakilan Fraksi PDIP DPR RI Andre Hugo Parera mengatakan, almarhum Frans Lebu Raya merupakan generasi pertama yang membangun Partai PDIP di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Sejak tahun 1990, Pak Frans sudah jabat sebagai Sekretaris PDIP NTT, kemudian menjadi ketua partai, ketua DPRD, Wakil Gubernur NTT, dan Gubernur NTT dua periode. Sehingga dia adalah salah satu tokoh senior partai,” jelas Hugo Parera.
“Itu menunjukan Pak Frans betul-betul meniti karirnya dari bawah. Dan kita harus akui bahwa dia adalah seorang pejuang. Karena pada tahun 1990, tidak semua orang bisa mengambil resiko sama seperti Pak Frans,” jelasnya menambahkan.
Selama menjabat sebagai Gubernur NTT, kata AHP, almarhum Frans Lebu Raya sangat tekun dan ulet, menjalankan semua tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan masyarakat. Salah satunya melalui program Anggur Merah.
“Pak Frans itu orangnya tidak pernah lelah. Dia berkeliling NTT untuk menjalankan agenda programnya. Karena, bagi almarhum Frans, memimpin NTT sama seperti memikul salib. Dan dia sudah lalui semuanya. Generasi mudah harus mencontohi sosok Lebu Raya,” pungkasnya.
Istri Frans Lebu Raya Lucia Adinda Dua Nurak Lebu Raya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur atas dukungan yang diberikan, saat almarhum Frans Lebu Raya sakit, meninggal, sampai dimakamkan.
“Begitu banyak niat baik yang dilakukan oleh Pemprov NTT dalam hal ini Gubernur Viktor Laiskodat, yang menawarkan lokasi untuk pemakaman almarhum di Taman Makam Pahlawan,” ungkapnya.
Menurut Adinda, dukungan yang diberi Pemprov NTT dan masyarakat membuktikan bahwa almarhum Frans Lebu Raya masih sangat dicintai oleh rakyatnya.
“Sehingga kami tidak merasa sendirian. 100 hari telah berlalu, tetapi kita masih mendapatkan banyak dukungan. Itu artinya kita semua masih sayang dengan Pak Frans Lebu Raya,” terangnya.
Adinda mengajak masyarakat NTT, jika berkunjung ke Adonara, mampirlah ke Desa Watoone, untuk berziarah dan melihat kubur almarhum Frans Lebu Raya.
“Di sana ada rumah baru, rumah abadi bapak Frans Lebu Raya. Di sanalah ia beristirahat dengan damai,” pungkasnya.
Untuk diketahui, ada begitu banyak pejabat yang menghadiri acara 100 hari mengenang kepergian Gubernur NTT periode 2008-2018.
Beberapa dari mereka memberikan testimoni tentang perjalanan hidup hebat yang dijalani oleh almarhum Frans Lebu Raya.
Salah satunya adalah mantan Sekda NTT Frans Salem dan sekretaris pribadi almarhum Frans Lebu Raya yakni Ibu Ratna. Selain itu ada Niko Frans sebagai sahabat almarhum Frans Lebu Raya selama berkiprah di dunia politik. (*)