Bacaan
Yes 1:10, 16-20
Mat 23: 1-12
Jika ada orang yang sungguh-sungguh me-rindu KEADILAN, maka di tempat manakah ia akan pergi untuk mencarinya? Atau dalam bentuk pertanyaan berbeda, ke manakah arah perjalanan seseorang, ketika ia berjuang ‘mencari’ dan diharapkan dapat ‘menemukan’ keadilan?
Tidak saja sebatas dua pertanyaan di atas, melainkan masih dapat ditambah seribu satu pertanyaan lain, apa yang disebut ‘keadilan’, ia merupakan satu hal utama dalam kehidupan manusia, baik pribadi maupun kelompok. Nabi Yesaya hari ini memberi petunjuk etis berkenaan dengan ‘tindakan keadilan’ yang harus dijumpai seirama dengan perbuatan baik terhadap sesama. Di sini Nabi Yesaya tidak melihat ‘keadilan’ sebagai sebuah kata kosong, melainkan sebuah kata kerja’, yakni instruksi alamiah bagi manusia untuk ber-peri-laku secara lebih adil dan ber-keadilan-sosial.
Jika keadilan harus ditempatkan dalam bingkai ‘kata kerja’, maka hal itu sejalan juga dengan intensi ‘masa tobat’. Itu artinya apa? Masa tobat tidak saja kata-kata hampa, melainkan ‘kata kerja’, yakni ajakan untuk melakukan sesuatu (yang baik) yang dapat dilihat; sesuatu yang dapat dirasakan banyak orang; sesuatu yang efeknya memberi manfaat bagi kehidupan bersama; sesuatu yang tidak tertutup bagi diri dan kelompok sendiri!
Tobat harus memberi nilai tambah kepada ‘rasa hormat’ bagi sesama; tobat harus berguna bagi orang lain dan tidak saja bagi diri sendiri. Justru ketika tobat (dan keadilan) tidak saja terkurung dalam pemahaman pribadi yang inklusif, maka pada waktu yang sama, kita diarahkan untuk selalu mencari keadilan, mencari sesuatu yang seimbang dalam hidup ini; sesuatu yang benar-benar harmonis; sesuatu yang selalu memberi efek positif bagi para penderita; sesuatu yang mendukung martabat kehidupan masyarakat yang lebih luas.
Dengan demikian masa tobat selalu menjadi sebuah anugerah, yakni ‘waktu istimewa’ untuk mencari berbagai kemungkinan baru: kemungkinan untuk tidak mati-matian bertahan pada pendapat pribadi; kemungkinan untuk menemukan cara baru yang ada pada orang lain; kemungkinan untuk melihat sisi hidup dari perspektif Tuhan; kemungkinan untuk menata berbagai peristiwa dan kejadian dengan berpedoman pada ajaran Injil suci; kemugkinan untuk membangun kehidupan yang lebih luhur dan berkualitas.
Injil Mateus menekankan ‘kemungkinan baru’ ini dengan cara baru pula yakni ‘berkata’ dan melakukannya; ‘mengajar orang’ dan melaksanakannya; ‘berteori’ dan dengan ikhlas menerapkannya dalam hidup setiap hari.
Saudara dan saudariku terkasih dalam Kristus. Hari ini kita dipanggil untuk menjadi pelaksana Sabda, mendengar dan menerapkannya dalam kehidupan setiap hari: di dalam keluarga dan komunitas, di tenmpat kerja dan di mana saja kita berhimpun bersama orang lain.
Mari kita bertanya diri dengan jujur. Seberapa jauh Ekaristis Kudus yang kita rayakan, selalu memberi kita kemungkinan baru untuk merubah hidup sesuai dengan ajakan Tuhan dalam SabdaNya yang kudus? Ketika selesai menjalankan sebuah kegiatan rohani, apakah kita masih berjuang untuk menerapkannya dalam hidup bersama orang lain yang menderita susah?
Tokoh spiritual Uskup Orang Miskin Mgr Gabriel Manek SVD telah bercerita dan melakukan banyak hal tentang ‘sekian banyak kemungkinan’ yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri kebaikan dan keagungan Tuhan. Ia berkisah dalam banyak kenangan yang dimiliki para sahabat, kekasih, kenalan, dan handai taulan dalam ‘pola’ jejaring sosial, yang disebutnya ‘rantai rohani’, yang justru itulah hadiah istimewa dari Tuhan yang sangat mencintai Mgr Manek.
Mgr Manek dengan rendah hati melakukan apa yang diajarkannya mengenai ‘berbuat baik’ bagi sesama. Kata kunci karya pelayanannya di tengah orang kecil adalah: “… jika anda bertanya dari mana asal orang-orang yang anda layani, maka anda akan gagal melihat Wajah Allah!”
Saudara! Para barisan panjang SMGM tidak saja melakukan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji, melainkan mereka memiliki intensi khusus dan istimewa: yakni meneruskan apa yang telah dilakukan sang komandan, Uskup Via Dolorosa yang miskin papa dan selalu belajar berbuat baik bagi sesama yang hina, menderita dan terlantar! Ia ‘hidup miskin’, mengikuti jejak Sang Guru Yesus Kristus, yang walaupun Allah, namun Ia meninggalkanNya dan menjadi manusia serta tinggal dan terlibat dalam kehidupan manusia.
Saudara dan saudariku terkasih! Setiap usaha yang baik, yang kita lakukan, itulah cara dan pola untuk belajar berbuat baik, dengan mencontohi Tuhan yang tiada henti melayani dan memperhatikan kebutuhan kita manusia. Sekolah untuk berbuat baik ada pada Tuhan Yesus, dan kita bersama Mgr Gabriel Manek SVD menjadi murid-murid kekasih Tuhan di setiap perjalanan hidup ini!
Doaku dan berkat bagimu
P. Gregor Neonbasu SVD
Soverdi Oebufu Kupang