Oleh RD. Hironimus Nitsae
Injil Lukas 6:39-45
Teks injil hari ini mengajak kita untuk melihat 2 topik. Pertama: Selumbar versus balok dalam mata. Konteksnya penginjil Lukas menyoal tentang kecenderungan kita untuk selalu melihat selumbar pada mata sesama sementara balok di mata sendiri tidak mampu kita lihat.
Makna yang terlihat adalah sebagai berikut, bahwa terkadang kita lebih melihat kesalahan walaupun kecil (selumbar) di diri orang lain ketimbang melihat kesalahan yang ternyata besar (balok) dalam diri sendiri. Kita selalu mempersoalkan kelemahan orang lain ketimbang melihat dalam diri kesalahan besar yang harus diperbaiki.
Kesalahan dalam diri seolah tidak terlihat atau bahkan selalu dianggap tidak ada karena mata hati kita telah ditutupi oleh sikap egoisme kita alias hanya mau menonjolkan kelemahan orang lain sekedar untuk menutupi kelemahan atau bahkan kesalahan besar yang ada dalam diri.
Teks ini bertujuan agar tiap kita mampu merefleksikan diri (masuk ke dalam diri lebih jauh) untuk melihat dan merubah diri menjadi lebih baik.
Kedua: Buah dikenal dari pohonnya. Buah yang baik atau yang tidak baik selalu berasal dari sumbernya yakni pohonnya. Artinya kualitas buah selalu menyingkapkan pohonnya sehat atau sebaliknya.
Makna terkait di dalamnya adalah tentang perbendaharaan yang keluar dari dalam diri (hati). Secara tertentu, hati menjadi tolak ukur sejauh mana tindakan kita diekspresikan keluar.
Dengan demikian, hati selalu menjadi ruang membuka diri untuk menerima hal yang seharusnya baik untuk tindakan konkrit sebagai bukti bahwa kita sungguh menerima sabda Tuhan dengan baik. Mengapa? Karena Tuhan adalah sumber hidup yang selalu adalah kebenaran dan kebaikan dalam hidup kita.
Pertanyaan untuk kita: apakah kita sampai saat ini masih ada dalam kategori selalu melihat selumbar di mata orang dan menolak kesalahan dalam diri? Sejauh mana kita mengaplikasikan sabda Yesus yang selalu kita dengar dan bahkan menerima Tuhan dalam hidup kita (Ekaristi)?