Pastor Asal NTT Memberkati Ibukota Chile, Santiago dari Atas Helikopter

Upacara pemberkatan Kota Santiago dari atas langit oleh Pastor asal NTT / Foto: Leo de Jesus Leto

Oleh: Leo de Jesus Leto
(Warga NTT, Tinggal di Chile

 
Sudah menjadi kebiasan di Chile bahwa setiap 16 Juli adalah tanggal merah, hari libur nasional untuk seluruh Chile. Pemerintah Chile menetapkan tanggal tersebut sebagai hari libur nasional untuk menghormati Bunda Maria dari Gunung Karmel.

Bagi umat dan gereja Katolik Chile Bunda Maria dari Gunung Karmel adalah Ratu dan Pelindung bangsa Chile. Karena itu, umat Katolik Chile sangat antusias berdevosi kepada Bunda Maria dari Gunung Karmel.

Hari itu, suasana perayaan Bunda Maria dari Gunung Karmel dan liburan akhir pekan di Ibukota Santiago tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Suasana perayaan besar itu sep-sepi saja. Itu semua gara-gara Covid-19 punya kerja. Ia membatasi aktivitas manusia dan memaksa orang harus mengurung diri di rumah saja.

Memang virus asal Wuhan itu telah mengubah kebiasaan manusia yang lazim menjadi tak biasa. Tinggal di rumah saja di tengah situasi pandemi seperti ini mungkin pilihan yang cukup logis dan tepat, apalagi di saat puncak musim dingin seperti saat ini.

Upacara pemberkatan Kota Santiago dari atas langit oleh Pastor asal NTT / Foto: Leo de Jesus Leto

Musim dingin di Chile bagi seorang asing yang berasal dari daerah tropis seperti Nusa Tenggara Timur adalah musim yang “tidak enak” lantaran menyengsarakan dan terlalu banyak makan ongkos: belanja banyak pakaian untuk musim dingin dan alat pemanas atau kayu api untuk memanaskan rumah setiap harinya.    

Hari itu, P. Aloysisus Tamonob, SVD dan beberapa umat dari kelompok doa Rosario Mar a Mar dan Mater Fátima memilih untuk keluar dari rumah. Mereka tidak takut terhadap serangan Covid-19 apalagi dingin.

Dengan penuh antusias misionaris asal Timor Tengah Selatan itu dan dua kelompok doa tadi meluangkan waktu untuk datang kepada Bunda Maria dari Gunung Karmel. Tujuan mereka ialah ingin berdialog secara intens dengan Bunda Maria dan Tuhan Yesus di dalam dan melalui doa rosario dan penyembahan Sakramen Mahakudus.

P. Aloysisus Tamonob, SVD dan dua kelompok doa tersebut adalah rasul-rasul Yesus yang berani untuk bersaksi tentangNya di tengah situasi pandemi.

Mereka menyakini bahwa Yesus orang Nazaret itu selalu menaungi mereka dengan jubahNya yang ajaib dari serangan Covid-19. Sungguh luar biasa.

Dari kegiatan rohani yang dilakukan oleh misionaris tamatan dari Polandia ini bersama umatnya sangat menarik. Ada sesuatu yang baru di sana. P. Lucho begitu P. Aloysisus Tamnonob, SVD biasa disapa di Chile bukan berdevosi dan menyembah Sakramen Mahakudus di darat, di dalam gereja atau pun di gua Maria, melainkan mereka berdevosi dan menyembah Sakramen Mahakudus di atas udara, di dalam sebuah helikopter komersial.

Durasi waktu devosi dan penyembahan Sakramen Mahakudus di atas udara itu berlangsung selama dua setengah jam. Ini merupakan durasi waktu yang melebihi waktu doa rosario dan adorasi yang biasa dilakukan di dalam gereja atau kapela. Menarik, kan? Kok bisa, ya? Iya, bisa. Sebab di mana ada keinginan, di situ ada kemungkinan dan jalan.

Ide “gila” untuk berdevosi dan menyembah Sakramen Mahakudus di atas helikopter itu lahir dari kedalaman iman dan pengalaman mistik seorang ibu bernama Sandra Marible Donoso. Ia adalah salah seorang anggota kelompok doa Rosario Mar a Mar.

Mengapa wanita paruh baya itu rela mengeluarkan biaya yang begitu mahal untuk menyewa helikopter untuk kegiatan rohani yang saat ini sudah tidak lagi diminati oleh Sebagian masyarakat Chile?

Ah, rupanya Ibu Sandra sangat ingin membagikan pengalaman mistiknya kepada sesama seperti Bunda Maria membagi rahmat Allah kepada saudarinya Elisabeth. “Mestinya kita membawa kabar gembira, membawa Yesus kepada mereka yang sudah acuh tak acuh dengan Tuhan”, tegasnya dengan penuh antusias. Itulah tujuan Ibu Sandra.

BACA JUGA:  Organisasi Mahasiswa Nagawutung-Wulandoni Kupang Resmi Terbentuk

Demi mewujudkan misi mulianya itu, ia sempat berpikir untuk melakukan pentakhataan Bunda Maria dari Gunung Karmel mengelilingi kota Santiago dengan iringan kendaraan.

Namun, situasi pandemi membatalkan niat baiknya itu. Tapi, Ibu Sandra tetap teguh dalam iman, ia tetap berharap dan tak hilang akal.

Covid-19 memang menutup jalan darat baginya, namun Tuhan membuka jalan lain bagi Ibu Sandra untuk mewujudkan misinya itu. Namun, jalan itu sangat mahal biayanya, yaitu menyewa helikopter.

Sekalipun mahal, Ibu Sandra tak segan-segan membongkar tabungannya untuk menyewa helicopter. Bukan sekali saja Ibu Sandra menyewa helicopter, tapi sudah dua kali ia melakukannya. Itu tadi, tujuannya demi membawa kabar gembira dan Yesus kepada mereka yang acuh tak acuh terhadap Tuhan.

Upacara pemberkatan Kota Santiago dari atas langit oleh Pastor asal NTT / Foto: Leo de Jesus Leto

P. Lucho misionaris yang gemar dalam doa karismatik ini adalah satu-satunya imam yang selalu mendampingi Ibu Sandra dan kelompoknya. Dalam devosi dan adorasi di atas helikopter selama dua setengah jam itu Pastor asal NTT ini memberkati Ibukota Chile Santiago dengan Sakramen Mahakudus. Sungguh luar biasa pengorbanan seorang Ibu Sandra dan semangat kerasulan P. Lucho.

Dalam adorasi Sakramen Mahakudus dan devosi kepada Bunda Maria dari Gunung Karmel P. Lucho dan umat menyertakan beberapa intensi khusus untuk pemulihan negeri Chile dari pelbagai ancaman dan bahaya yang sedang mengancam iman umat Chile seperti berikut ini.

Pertama, memohon kepada Tuhan agar melenyapkan kuasa kerajaan iblis yang kini telah menjelma ke dalam ideologi komunisme, ateisme, gender, praktik aborsi dan eutanasia yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur kristinai.

Kedua, mohon penguatan dan kesetiaan dalam ikatan perkawinan bagi keluarga-keluarga Katolik di Chile.

Ketiga, mendoakan para pahlawan Chile yang telah berjuang memerdekaan bangsa Chile dan berjasa membangun gereja dan Santuario di Maipu, Santiago.

Keempat, mohon rahmat panggilan hidup membiara, imam dan kerukunan serta kedamaian bagi Chile.

Kelima, mohon terang Allah Roh Kudus bagi para anggota parlamen Chile agar bisa menghasilkan Undang-Undang baru Chile yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kristiani.

Menurut alumnus STFK Ledalero ini perjuangan rohani dan senjata untuk melawan musuh (setan) adalah berdoa rosario dan adorasi Sakramen Mahakudus.

Karena itu, kegiatan rohani ini dilakukan sebelum plebiscito (semacam referendum meminta suara rakyat untuk mengubah Konstitusi Chile) dan menjelang pemilihan presiden Chile yang akan dilakukan pada November tahun ini.

Penulis bersama warga Chile / Foto: Leo de Jesus Leto

Dalam melakukan devosi dan adorasi Sakramen Mahakudus di atas helikopter, P. Lucho didampingi oleh dua orang ibu, Marcela dan Andrea. Mereka ingin mewujudkan misi mulia Ibu Sandra, yaitu menaburkan benih kabar gembira dari Tuhan Yesus dan berkat agung dari Sakramen Mahakudus kepada seluruh warga Chile terutama warga di ibukota Santiago dari atas langit.

Satu hal lagi yang tidak kalah menariknya ialah sang Pilot Nikolas Bornad adalah seorang Protestan meminta kepada P. Lucho dan dua ibu itu agar mendoakannya dalam devosi dan adorasi.

Selama dua setengah jam berdevosi dan menyembah Sakramen Mahakudus di atas helikopter mereka bekeliling untuk memberkati beberapa tempat vital di kota Santiago dengan Sakramen Mahakudus seperti tempat doa (santuario) Maipu, Istana Presiden dan Istana Pereira tempat di mana para wakil rakyat Chile sedang menysusun Undang-Undang baru Chile. Sungguh luar biasa semangat kerasulan P. Aloysisus Tamonob, SVD bersama kelompok doa Rosario Mar a Mar dan Mater Fátima.

Biodata singkat tentang Penulis:
Nama: Leo de Jesus Leto, SVD asal Belu, NTT.
Penulis adalah alumnus STFK Ledalero
Saat ini bertugas sebagai misionaris sedang berkarya di Chile.
(*)

IKUTI BERITA TERBARU KORANNTT.COM di GOOGLE NEWS