Ruteng, KN – Di tengah melonjaknya angka kasus Covid-19 di Manggarai, NTT, muncul keluhan dari kalangan masyarakat seperti harga obat-obatan yang dijual di Apotek terlampau mahal, bahkan melebihi dari HET (Harga Eceran Tertinggi).
Yosep Mbos, seorang warga Kabupaten Manggarai yang beralamat Desa Ndehes, Kecamatan Wae Ri’i, yang membeli obat di salah satu apotek di kota Ruteng mengeluh harganya mencekik leher.
“Saya membeli obat untuk anak yang sakit. Kebetulan saya punya anak sakit kejang, terus obat stesolid habis di Farmasi RS, dan disuruh cari di apotek luar. Harga normal biasa Rp55.000,” ungkap Yosep kepada Wartawan melalui pesan WhastApp pribadinya, Jumat 9 Juli 2021.
Yosep menceritakan bahwa, sebelumnya pada bulan April, ia juga mendapatkan obat yang sama dari ruang Farmasi RSUD Ruteng, dengan harga sesuai HET yaitu Rp50.181.
Ia mengaku, harga obat kemudian berbeda bahkan sangat tinggi, ketika dibeli di Apotek Omega yang berada di samping RSUD Ben Mboi, Ruteng pada Selasa 6 Juli 2021.
“Harga obat Stesolid di Apotik Omega, ditutup pakai tinta spidol, sehingga harganya mencapai Rp150.000,” ungkap Yosep.
Ia berharap kepada pemerintah daerah untuk mengambil langkah tegas terkait adanya penjualan obat di atas harga HET ini. Pasalnya, ekonomi masyarakat saat ini sedang terganggu di tengah wabah virus Covid-19 yang merebak.
“Saya berharap kepada pemerintah untuk segera menindaklanjuti. Kasihan kami sebagai masyarakat yang membtuhkan, apalagi pada saat pandemi, obat-obatan ini sangat diperlukan, sedangkan kondisi ekonomi atau pendapatan kami kini sedang sulit,” harapnya.
Selain itu, Yosep meminta pihak Kepolisian juga menindak tegas para penjual, agar tidak seenaknya atur harga obat di Apotek.
“Apalagi pandemi Covid-19 begini, masyarakat tambah miskin, makan nasi dengan garam saja. Mohon dari Pemerintah juga, khususnya Pemkab Manggarai harus melindungi masyarakat, jangan bikin tambah melarat. Berkaitan obat yang habis, kami minta Dinkes Kabupaten Manggarai, agar stok obat jangan tunggu habis. Kasian pasien di Rumah sakit, seperti kami peserta BPJS Mandiri sudah bayar iuran setiap bulan, masih saja beli sendiri obat, yang harganya di apotek sangat mahal,” tandas Yosep.
Ketika dikonfirmasi oleh media ini, pihak Apotek mengatakan bahwa obat tersebut dijual dengan harga Rp150.000. Harga tersebut diperoleh dari harga Anugerah Argon Medica yang ada di Kupang.
“Yang jual kemarin 150.000, ini HET dari pabrik pak. Kemudian yang membeli ke pabrik adalah PBF (Pedagang Besar Farmasi), sedangkan kami beli dari PBF. Jadi sebenarnya soal HET itu kami dapat harga Rp118.000 dari Anugerah Argon Medica (AMM) Kupang, ditambah dengan Pph dan Ppn menjadi Rp130.000. Jadi sebenarnya klarifikasi ini harus ke AMM di sana, bukan ke kami,” ungkap dr. Pius selaku pemilik Apotek Omega itu kepada Koranntt.com, Sabtu 6 Juli 2021 siang.
Pius juga tidak menyangkal soal type harga obat yang mencoret HET dengan menggunakan tinta spidol, lantaran hal itu dilakukan untuk menghindari perdebatan dengan para pembeli, yang tidak paham dengan situasi jual beli antara Apotek dengan pihak distributor obat.
“Soal menutup HET dengan spidol, itu cara kami menghindari perdebatan dengan pembeli, karena pembeli tidak paham dengan situasi ini,” terangnya.
Hal serupa yang diungkapkan oleh seorang Apoteker Teodori E. Nara yang bekerja di Apotek tersebut. Ia mengatakan bahwa harga tersebut merupakan harga HET dari distributor dan tidak mungkin pihkanya menjual harga di bawah itu.
“Sebenarnya dari HET itu tidak bisa patokan, karena HET-nya Rp118.000, kalau kami jual di bawah itu dari mana kami dapat untung. Apotek ini kan sebuah sarana bisnis, selain itu kami membantu melayani masyarakat dengan mengadakan obat-obatan,” tandasnya. (*)

