Remehkan Partai Koalisi dan Peran Pemerintah Pusat, Ansy Lema Dinilai Bikin Gaduh Masyarakat NTT

Debat perdana Cagub dan Cawagub NTT. (Foto: Ama Beding)

Kupang, KN – Debat perdana Cagub dan Cawagub NTT yang berlangsung Rabu (23/10/2024) malam diwarnai dengan perang dingin antara Ansy Lema dan Melki Laka Lena, soal peran strategis pemerintah pusat.

Ansy mengklaim, siapapun menjadi Gubernur NTT pasti didukung oleh pemerintah pusat termasuk Presiden dan Wakil Presiden RI, tanpa harus mengandalkan dukungan dari banyak koalisi partai politik.

Hal ini disayangkan oleh Cagub NTT Melki Laka Lena. Dalam sesi konferensi Pers bersama awak media, Melki Laka Lena menilai, Ansy Lema sebagai eks anggota DPR RI harusnya lebih tahu soal dukungan strategis pemerintah pusat, dan harus turut terlibat untuk mengedukasi masyarakat NTT.

Menurut dia, kedekatan dengan pemerintah pusat harusnya menjadi anugerah bagi NTT. Karena Provinsi NTT akan mendapatkan kue pembangunan yang lebih banyak dari biasanya.

“Kedekatan dengan Presiden itu adalah anugerah untuk NTT. Saya sedih karena Ansy omong seperti itu. Harusnya Ansy mengedukasi publik dan menjelaskan bahwa kedekatan dengan Presiden itu penting dan itu adalah bagian dari anugerah untuk NTT,” kata Melki Laka Lena.

Melki mengambil contoh pembangunan di NTT pada jaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Jokowi berbeda jauh. Di mana, di jaman Jokowi menjadi Presiden dan Frans Lebu Raya menjadi Guberur, NTT mendapat lebih banyak kue-kue pembangunan, seperti pembangunan pariwisata dan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan bendungan.

BACA JUGA:  Besok, DPW PAN NTT Gelar Muscab di 12 Kabupaten dan Kota

“Itu karena Pak Frans dekat dengan Pak Jokowi dan menteri di Jakarta. Begitu juga pada era Pak Viktor Laiskodat menjadi Gubernur. Pak Jokowi datang dan membawa banyak program pembangunan untuk NTT karena kedekatan dengan pemerintah pusat,” tegasnya.

Melki kembali menyatakan kesedihannya terhadap politisi PDI Perjuangan itu, karena seolah-olah tidak paham tentang pengaruh pemerintah pusat.

“Sekali lagi saya agak sedih saja, karena itu disampaikan oleh orang yang sangat paham bagaimana manfaatnya kita dekat dengan Presiden RI yang hari ini adalah Pak Prabowo Subianto. Ini harus disyukuri sebagai rahmat untuk NTT. Kesedihan saya hanya itu. Yang mengerti ini malah membuat ini menjadi noisy (gaduh) di masyarakat,” tandas Melki Laka Lena.

Sementara Ansy Lema dalam sesi yang sama mengklaim punya teman dan kedekatan dengan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan serta jaringan di sejumlah tempat.

“PDI-P hari ini memiliki 110 kursi di DPR RI. Itu berarti jejaring dari Komisi I sampai XIII. Saya kira pertemanan itu jauh lebih tinggi dari sekadar koalisi partai politik,” terangnya. (*/tim)