Kupang, Koranntt.com – Meski usianya sudah tua, namun semangat Marten Nubatonis tetap membara untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup, dan membiayai pendidikan anak-anaknya.
Setiap hari, ayah dari enam orang anak ini menggeluti profesi sebagai seorang pemulung limbah sampah.
Dengan kaki yang hanya beralaskan sandal dan ditemani gerobak yang tampak usang, ia menjelajahi setiap jengkal tempat pembuangan sampah di Kota Kupang.
Baginya, sampah memiliki nilai uang yang sangat besar, meski kerap dipandang sebagai benda yang tidak berharga.
“Setiap hari saya jalan pungut sampah aqua, aluminum dan sampah lain yang bisa menghasilkan uang. Lokasinya di semua tempat, mulai RS Mamami, Kelapa Lima, Bundaran Tirosa dan Pulau Indah,” kata Marten kepada Koranntt.com, Selasa 16 Februari 2021 sore.
Meski peluh membasahi sekujur tubuhnya, namun hal itu tak pernah menghentikan langkah Marten, untuk terus mengais sampah dari suatu tempat ke tempat yang lain.
“Habis mau bagaimana, tiap hari saya jalan pagi, pulang jam 1 malam. Hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan mengongkos biaya sekolah keenam anak saya,” katanya sambil tersenyum.
Nubatonis menjelaskan, dari hasil pungut sampah, ia hanya dihargai Rp1.000 per kilo. Biasanya ia mengumpulkan sampah hingga 3 minggu baru dihantar untuk ditimbang.
“Biasanya saya timbang di Oebufu. Per kilonya Rp1.000. Jadi saya simpan di rumah sampai banyak, baru ditimbang. Biasanya saya dapat Rp75.000 sampai Rp100.000,” ungkapnya
Uang yang diperoleh Marten Nubatonis, sebagian disisihkan untuk membeli kebutuhan rumah tangga, dan sisanya disimpan untuk kebutuhan biaya sekolah anaknya.
“Paling utama beli beras, sisanya nanti disisikan untuk ongkos anak sekolah. Karena anak saya tidak dapat beasiswa jadi tidak bisa ringankan beban saya,” ungkapnya.
Sementara ditengah pandemi Covid-19, Marten Nubatonis mengakui hidupnya semakin sulit. Namun ia juga sangat bersyukur, karena keluarganya mendapatkan bantuan pemerintah, baik dari pusat maupun Kota Kupang
“Saya bersyukur karena dapat bantuan dari pemerintah Kota Kupang, maupun dari pemerintah pusat. Sehingga bisa meringankan beban kami,” imbuhnya.
Selain Marten Nubatonis, di beberapa titik di Kota Kupang pun terdapat beberapa orang yang hidupnya bergantung pada sampah.
Mereka bekerja setiap hari dari pagi sampai malam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (EK/AB/KN)