Kupang, KN – Sebanyak 32 koleksi busana Kain Tenun asal Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang didisain oleh Ivan Gunawan, ditampilkan dalam ajang Garis Poetih dan Fashion 2023.
Ivan Gunawan dikenal sebagai sosok yang kreatif, seniman multitalenta, publik figur, presenter dan perancang busana. Selama 20 tahun berkarya dalam industri kreatif dan fashion, Ivan telah menempatkan dirinya sebagai desainer papan atas Indonesia.
Sebagai perancang busana, Ivan Gunawan adalah orang yang sangat produktif. Ia memiliki banyak merek fashion; First Line Ivan Gunawan, Mandjha Hijab Ivan Gunawan, Ivan Gunawan Privilege, Love Ivan Gunawan, Minime, Ivan Gunawan Uniform, Jajaka x Ivan Gunawan, Red Label Ivan Gunawan, dan Miss to Mom. Selama 20 tahun berkarya di industry fashion, Ivan telah mengadakan puluhan fashion show. Ivan juga menduduki posisi penting dalam organisasi mode bergengsi Indonesia.
Ivan Gunawan juga berkolaborasi dengan orang lain yang menggunakan popularitasnya untuk membuat citra pribadi dan perusahaannya lebih terkenal.
Kali ini, Ivan Gunawan mengajak semua pelaku fashion dan industri kreatif untuk tumbuh lebih besar dengan bekerja sama dalam pagelaran GARIS POETIH yang berlangsung selama tanggal 15-17 Februari 2023 di Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Dan dalam event GARIS POETIH ini, Ivan juga bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur DEKRANASDA dengan mengeluarkan koleksi terbarunya yang diberi judul “Mata Hati”. Lewat “Mata Hati”, Ivan hadir dengan nuansa yang berbeda. Ia menyuguhkan kain tenun Sotis yang berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
“NTT memiliki kain tenun dengan nuansa motif yang sangat berbeda dibanding kain wastra yang lain. Hal inilah menginsipirasi saya untuk menjadikannya sebagai busana pilihan di hari raya. Selain itu sebagai desainer, aku juga merasa bertangung jawab untuk melestarikan kain wastra Indonesia dalam desain yang kita buat. Jadi aku ingin membuat lebaran dengan nuansa Indonesia, dimana kain tenun Sotis asal NTT yang merupakan salah satu kain wastra kebanggan Indonesia ini aku buat menjadi potongan-potongan yang sopan dan loose di setiap koleksi itu sendiri,” ujar Ivan Gunawan.
Pada ajang tersebut, Ivan mengeluarkan sebanyak 32 koleksi yang terdiri dari 20 busana wanita dan 12 busana pria. Koleksi ini hadir dengan konsep bertumpuk ata layering, dimana kain tenun NTT tersebut dipadukan dengan organdi, shifon, lace , katun, dan linen yang membentuk busana Resort Wear. Hadir dengan warna-warna yang soft seperti nude, biru dan putih, membuat koleksi “Mata Hati” terlihat lebih ringan namun tetap kental dengan nuansa Lebaran.
“Warna-warna yang kupilih memang soft banget untuk dipakai di hari raya. Semuanya dipadukan layer dalaman atau luaran dari organdi, shifon, lace , katun, linen yang menjadikan koleksi ini sangat resort,” ungkapnya.
Tampilan resort dalam koleksi lebaran kali ini memang sengaja dibuat Ivan, karena tradisi masyarakat Indonesia yang sering menjadikan momen lebaran sekaligus untuk liburan. “Masyarakat saat ini sering menjadikan momen lebaran untuk liburan. Jadi saya menciptakan desain baju lebaran yang juga bisa dipakai untuk liburan. Selain desainnya yang ringan, bahannya juga ringan dan ngga gampang lecek. Sehingga memudahkan untuk dibawa kemana-mana saat libur lebaran,” jelas Ivan.
Dalam pagelaran ini Ivan juga menghadirkan busana dalam berbagai siluet seperti jaket, outer dengan berbagai desain dengan potongan loose dan oversized, celana palazzo, jaket serta rok lebar bertumpuk. Ivan juga menambahkan embellishment semacam kristal, payet dan Mutiara yang membuat busana-busana ini semakin jelita, serasi, tanpa kesan berlebihan.
“Di sini aku banyak membuat potongan jaket. Dan karena diaplikasikan pada kain tenun yang sifatnya lebar dan pendek jadi harus aku patchwork. Terus kalau celana aku sengaja membentuk potongan palazzo yang loose. Karenakan biasanya kalau lebaran, kita makannya banyak. Dan kalau pakai potongan pallazo, lebih enak. Kemudian aku pakai bahan tulle bordir yang aku aplikasi payet tapi payetnya lebih ringan. Meski demikian tetap dapat efek glam,” ujar Ivan.
Kain tenun Sotis ini tak hanya diaplikasikan untuk busana, Ivan juga membuat perhiasan dan tas dari kain tenun khas NTT ini, “Kalau perhiasan terinspirasi dari bunga lili jadi perhiasan bentuknya kaya kelopak bunga lili. Jadi masih ada sentuhan bali. Karena kan sama sama dari timur,” ujarnya.
Sementara untuk tas, Ivan membuat sejumlah model tas tenteng dengan ukuran yang mudah dibawa kemana-mana. Tas tenun ini terlihat sangat modis karena kesan etnik yang melekat padanya. Dengan tassel dibawahnya, membuat tampilan tas ini semakin cantik modis saat dipakai di hari raya. “Sekarang ini aku lagi suka tas ukuran kecil yang mudah dibawa kemana- mana. Tas tenteng cantik yang bisa dipakai untuk mukenah,” ungkapnya.
Kain Tenun Sumba Timur
Dalam koleksi “Mata Hati” ini Ivan Gunawan bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sumba Timur. Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Pulau Sumba dengan Ibukota Waingapu.
“Tenunan Sumba Timur sudah terkenal dimana-mana bahkan motifnya sudah dikutip dan di cetak dalam ragam bentuk kebutuhan, seperti bad cover, gorden dan sebagainya. Kain tenun Sumba Timur dalam gaya dan corak ragam hiasnya berbeda dengan kain tenun dari Kabupaten lainnya yg ada di NTT. Kain tenun Sumba Timur mempunyai kelebihan dalam ornamen dekoratif dengan motif margasatwa yg realistis, motif roh leluhur dan juga motif flora,” pinta Ivan Gunawan.
Menurut fungsinya, tenun Sumba Timur berfungsi sebagai busana adat, hadiah dalam berbagai peristiwa, pembayar denda dalam hukum adat, belis/maskawin dalam adat perkawinan, pembukus jenazah bekal kubur, perhiasan dan barang dagangan.
Di Sumba Timur semakin banyak orang memiliki tenunan maka semakin tinggi status sosialnya, tenunan menurut mereka sama halnya dengan emas atau perak, fungsi religius dan simbolis dari tenunan Sumba Timur terdapat dalam corak motifnya, seperti motif kuda, Kuda merupakan ternak yg sangat berguna sebagai belis dalam adat perkawinan, sebagai alat transportasi sebagai penentu status sosial juga sebagai teman dalam peperangan. Motif udang dan ular, motif ini dikaitkan dengan kepercayaan mereka bahwa pada dasarnya manusia tidaklah mati, pengertian ini dilambangkan dengan pergantian kulit yg dianalogikan dengan kehidupan baru setelah mati.
Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Bunda Julie Laiskodat saat jumpa pers dengan Igun di Green Rasuna Residence Jakarta Selatan menjelaskan, sebagai artis multitalenta, Ivan Gunawan mengajak semua pelaku fashion dan industri kreatif, untuk tumbuh lebih besar dengan bekerja sama dalam pagelaran Garis Poetih yang berlangsung selama tanggal 15-17 Februari 2023.
“Salah satunya Provinsi NTT yang dilirik Igun, karena memiliki motif tnin ikat yang sangat bagus dan berkualitas. Pada kesempatan tersebut, Igun memilih motif Sumba Timur,” jelas Bunda Julie Laiskodat yang didampingi Wakil Ketua Dekranasda, Maria Fransiska Nae Soi-Djogo.
Diakui Bunda Julie Laiskodat, dalam event Garis Poetih ini, Igun mengeluarkan koleksi terbarunya yang diberi judul Mata HATI,” tambahnya.
Ketua Bidang Kreatif dan Desain Produk Dekranasda NTT Eldi Angi dalam jumpa Pers bersama wartawan di Kupang mengatakan, kreasi 32 busana ini sukses ditampilkan, berkat kerja sama antara Pemprov NTT, Dekanasda NTT, dan Ivan Gunawan. “Selain itu, ada topi, sepatu, sandal san tas yang dibuat dari tenun ikat Sumba Timur,” kata Eldi kepada wartawan.
Menurutnya, Ivan Gunawan lebih tertarik menggunakan kain tenun Sumba Timur. Itulah mengapa sebanyak 32 koleksi yang ditampilkan itu menggunakan kain tenun Sumba Timur.
“Karena Ivan lebih tertarik untuk mengangkat motif Sumba Timur. Koleksi-koleksi itu akan dijadikan aset Pemorov dan Dekranasda NTT,” tegasnya.
Ia menambahkan, tidak menuntup kemunkginan, dalam waktu dekat, sebanyak 32 koleksi yang dirancang oleh Ivan Gunawan akan ditampilkan di NTT.
“Di ajang Garis Poetuh, Kami tidak menjual koleksi, tapi kami mengenalkan motif-motif dari NTT ke dunia nasional, sampai ke tingkat internasional. Kain tenunnya menggunakan pewarna alam,” tutupnya. (*/KN)