Rektor Undana Resmi Menyandang Gelar Profesor Tepat di HUT ke-58

Prof. Dr. drh. Maxs Urias Ebenhaezar Sanam, M.Sc diangkat menjadi Guru Besar Undana sesuai SK Mendibudristek RI Nomor 6160/M/07/2023.

Pengukuhan gelar profesor Rektor Undana Kupang. (Foto: Biro Adpim)

Kupang, KN – Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan.

Prof. Dr. drh. Maxs Urias Ebenhaezar Sanam, M.Sc diangkat menjadi Guru Besar Undana sesuai SK Mendibudristek RI Nomor 6160/M/07/2023.

Pengukuhan Prof. Dr. drh. Maxs Urias Ebenhaezar Sanam, M.Sc, dilaksanakan pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Universitas Nusa Cendana Kupang, Rabu, 08 Maret 2023, bertempat di Auditorium Universitas Nusa Cendana, Penfui Kupang.

Gelar ini merupakan kado istimewa, karena diraih saat orang nomor satu di Universitas Nusa Cendana Kupang ini merayakan Hari Ulang Tahun ke-58.

Sekretaris Dirjen Pendidikan Tinggi  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Profesor Tjitjik Tjahjandarie mengatakan, Prof. Dr. drh. Maxs Urias Ebenhaizer Sanam, M.Sc, adalah Guru Besar Faktultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Aktif Pertama di bidang Mikrobiologi dan Parasitologi, sekaligus menjadi Guru Besar yang ke-40 di Undana Kupang.

“Profesor Sanam  memiliki jumlah dokumen publikasi terindeks Scopus: 5, serta H-index: 1, yang sekaligus juga mengawali rangkaian pengukuhan guru besar yang akan dikukuhkan pada tahun 2023 di Undana. Bapak Profesor Sanam hari ini menjadi Guru Besar Pertama yang dikukuhkan di tahun baru 2023 ini,” kata Tjitjik Tjahjandarie.

Menurutnya, raihan gelar profesor tepat di Hari Ulang Tahun ke-58 adalah kado yang istimewa. Tjitjik Tjahjandarie juga mengajak para akademisi lain di Undana, untuk berkompetisi mencapai jabatan guru besar.

“Perlu kita sadari bahwa pencapaian guru besar ini bukan hanya capaian individu seorang akademisi, namun juga menjadi capaian penting bagi institusi perguruan tinggi,” ujarnya.

Ia menyampaikan selamat kepada Universitas Nusa Cendana, khususnya Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan atas pengukuhan guru besar pertamanya.

BACA JUGA:  UKAW Kupang Gelar Kuliah Umum, Hadirkan Guru Besar Bidang Hukum Prof Yafet Ryssi

Sementara itu, Prof. Dr. drh. Maxs Urias Ebenhaezar Sanam, M.Sc, dalam orasi ilmiahnya, menyatakan bahwa ancaman akan munculnya potensi pandemik baru adalah nyata akibat perubahan iklim global, mutasi genetik mikroba, intensitas kontak manusia dengan hewan liar yang semakin tinggi akibat perubahan perilaku, mobilitas hewan dan orang yang semakin tinggi, dan faktor-faktor pemicu lainnya.

“Namun, optimismes haruslah tetap dibangun, bahwa dengan kekuatan IPTEK yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman akan pandemik sebelumnya (Covid-19) kita akan lebih siap dalam mencegah kejadian ataupun lebih tanggap dan sigap dalam penanganan dan pengendalian pandemik baru,” jelasnya.

Ia mendorong perlu adanya peran aktif dari semua pihak terkait dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya mikrobiologi veteriner. Selain itu, pengembangan teknologi dan inovasi di bidang mikrobiologi veteriner juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi kelemahan dalam penanganan penyakit emerging pada hewan di Indonesia.

Dalam hal ini, kolaborasi antara institusi pendidikan, industri, dan pemerintah menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan teknologi dan inovasi. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pencegahan, penanganan, dan pengendalian penyakit emerging pada hewan di Indonesia dengan memanfaatkan pengetahuan mikrobiologi veteriner.

“Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kelemahan yang perlu diatasi seperti kurangnya sumber daya dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu, diperlukan strategi penanganan yang terintegrasi dan kolaboratif antara berbagai pihak terkait, seperti peternak, tenaga kesehatan hewan, dokter hewan, ahli mikrobiologi, masyarakat, pemerintah, LSM, dunia usaha, dan pekerja media. Dengan demikian, diharapkan dapat meminimalisir dampak dari penyakit emerging pada hewan dan memperkuat sistem kesehatan hewan di Indonesia,” tandasnya. (Biro Adpim/KN)