Kupang, KN – Wahana Visi Indonesia (WVI) berkomitmen terus terlibat dalam penanganan tanggap darurat bencana di seluruh wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melalui program Community Based Disaster Risk Management, WVI terus membangun kerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk membuat Desa Tangguh Bencana.
Pembentukan Desa Tangguh Bencana bertujuan untuk mendorong setiap desa membangun kesiap-siagaan, serta kolaborasi pentahelix untuk menghadapi bencana alam.
“Ketika bencana banjir di Kabupaten Kupang terjadi, kita langsung intervensi melalui KFER atau Kupang Flood Emergency Response. Kita distribusi sejumlah bantuan kepada 566 Keluarga yang terdampak bencana. Selain itu, kita juga mendistribusikan tandon air langsung ke BPBD untuk disalurkan ke masyarakat. Sementara air bersih, kita berikan ke Takari dan Benu,” kata Respons Manager Program KFER WVI, Berwaddin Ibrani Simbolon kepada wartawan, Jumat 28 Januari 2023.
Ia menjelaskan, WVI juga bekerja sama dengan HIMPSI NTT melatih 32 relawan yang menyebar di 10 Desa terdampak bencana, untuk memberikan dukungan psikososial. Karena secara tidak langsung, anak-anak di daerah itu terdampak karena kehilangan momen Natal dan Tahun Baru.
“Setelah dilatih, para relawan akan melakukan pertemuan dan melaksanakan kegiatan, dan materi yang mereka rancang bisa dilaksanakan di gereja dan pertemuan-pertemuan sekolah minggu. Jadi walaupun tanggap darurat sudah ditutup, tapi kegiatan-kegiatan ini terus berlanjut,” ungkap pria yang akrab disapa Wadin ini.
Komitmen WVI melakukan upaya tanggap darurat, juga diwujudkan dalam bentuk penguatan kapasitas semua stakeholder baik itu pemerintah, tokoh masyarakat, LSM, dan tokoh agama dalam rangka respons dan mitigasi terhadap bencana alam.
Kegiatan penguatan kapasitas dilaksanakan selama 3 hari yaitu dari tanggal 25 sampai 28 Januari 2023 di T-More Hotel dan melibatkan BPBD, LSM, Forum PRB Kabupaten Kupang dan Provinsi NTT, Perwakilan GMIT, tokoh agama, aparat Desa, kaum disabilitas, dan tokoh masyarakat dari Kabupaten Kupang maupun Kabupaten Alor.
“Penguatan kapasitas ini kiranya membuat pemerintah desa ketika terjadi bencana, mereka punya kesiap-siagaan. Dan setidaknya mereka tahu apa saja hal-hal utama yang mereka lakukan seperti data, skala prioritas, dan pertolongan-siapa saja yang membutuhkan pertolongan pertama. Kegiatan ini murni sebagai respons kita atas bencana Hidrometeorologi di Kubupaten Kupang,” tandasnya. (*)