Ruteng, KN – Mahasiswa Program Studi Teologi Universitas Unika Santo Paulus Ruteng, mengikuti pembekalan fasilitator katakese umat, untuk meningkatkan kompetensi pastoral mahasiswa dalam memimpin katakese.
Selain meningkatkan kompetensi mahasiswa, kegiatan itu juga dilaksanakan agar para mahasiswa mendapat pemahaman lebih, terkait tema-tema katakese APP tahunan yang diturunkan oleh Keuskupan.
Kegiatan itu berlangsung di Aula GUT Universitas Unika St. Paulus Ruteng, Sabtu 5 Maret 2022.
Sekretaris Prodi Teologi Unika Ruteng, Frans Sales Lega, dalam sambutannya, mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan merupakan salah satu upaya mengembangkan kompetensi mahasiswa, untuk bisa memimpin katakese.
Menurutnya, sebagai calon katakis, kompetensi sebagai fasilitator katakese, harus perlu dimiliki oleh para mahasiswa, kususnya Prodi Teologi. Sehingga kegiatan itu secara rutin dilaksanakan setiap tahun, diawal masa pra Paskah.
“Disinilah pentingnya kegiatan pembekalan ini, agar mahasiswa memiliki pemahaman dasar tentang katekese dan langkah pengembangan, sehingga katekese sungguh menjadi kegiatan pendalaman iman bagi umat,” ujar Frans Sales.
Ketua Komkat Keuskupan Ruteng, Romo Stanis Harmansi, menyampaikan empat buah tema katakese, yang diurai dari tema besar APP Keuskupan Tahun 2022.
“Tema katekese yang akan digumuli bersama tahun ini adalah, Hidup dalam roh pariwisata holistik, Alam: jejak kehadiran Allah, Budaya sebagai wahana perjunpaan, dan Pariwisata yang memuliahkan martabat manusia,” jelasnya.
Sementara Pastoral Pariwisata Holistik: Berpartisipasi – Berbudaya – Berkelanjutan, merupakan tema pastoral pariwisata holistik yang bertolak dari amanat Sinode III Keuskupan Ruteng dan hasil survei pastoral mengenai tingkat kepuasan umat terhadap karya diakonia Gereja Keuskupan Ruteng.
“Bidang budaya dan pariwisata dinilai belum terlalu memuaskan umat,” terangnya.
Menurut Romo Stanis, katakese bukan sebuah kesempatan untuk menggurui orang lain. Namun kegiatan itu bertujuan untuk pendalaman iman, yang dapat membawah setiap umat untuk lebih dekat dengan Tuhan. “Untuk itu tugas seorang fasilitator hanya membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman imannya itu,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pendekatan yang digunakan dalam kegiatan katakese adalah partisipatif, yang kemudian dijbarkan dalam metode 3M, melihat situasi hidup konkret, menilainya dalam terang Sabda Allah dan memutuskan aksi konkret yang akan dilakukan.
“Dengan pendekatan dan metode seperti ini, peserta dapat mengambil bagian secara aktif dalam proses katekese dan melihat pengalaman hidup imannya secara jernih,” pungkasnya.
Mahasiswa Prodi Teologi, Oktavianus Budiman, menyampaikan, ia sangat antusias mengikuti kegiatan pembekalan fasilitator katakese yang diselenggarakan.
Sebagai calon katekis, Budiman menilai kegiatan itu sangat bermanfaat baginya, karena menjadi seorang pemimpin katakese sangat membutuhkan ketrampilan.
“Tadi ketika diminta untuk menjadi fasilitator katekese tingkat kami, saya merasa agak gugup karena ini merupakan pengalaman pertama bagi saya,” jelasnya.
Dengan demikian, ia berharap agar kegiatan seperti ini dijalankan secara rutin, baik secara internal Prodi, maupun lintas Prodi dan di tengah umat.
Untuk diketahui, yang mengikuti kegiatan itu adalah mahasiswa Prodi Teologi Unika Ruteng, tingkat 1-3. Selama pembekalan berlangusng, mereka dibagi dalam masing-masing kelompok, untuk melakukan simulasi katekese bersama pendamping akademik. (*)