Stefanus Gandi Dorong Generasi Muda Cintai Dunia Pertanian

Dunia pertanian punya prospek yang sangat menjanjikan.

Stefanus Gandi Dorong Generasi Muda Cintai Dunia Pertanian. (Foto: Istimewa)

Ruteng, KN – Direktur Stefanus Gandi Institut, mendorong generasi muda untuk mencintai dan manggarap sektor pertanian, berdasarkan ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari.

Demikian disampaikan Stefanus Gandi, saat berdialog dengan mahasiswa KKN Undana Kupang dan sejumlah siswa praktik SMKN I Borong, Manggarai Timur.

Peremuan berlangsung di lahan pertanian Brigde Academy Nagekeo, yang berlokasi di Desa Totomala, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, NTT, Senin 22 Agustus 2022.

Direktur Stefanus Gandi Institut, Stefanus Gandi mengatakan, minat generasi muda pada sektor pertanian saat ini mengalami penurunan, karena disebabkan beberapa faktor.

Menurutnya, banyak generasi muda menilai profesi petani sangat identik dengan dunia kotor, kumuh, miskin, tidak menjanjikan, serta komunitas yang terpinggirkan.

Padahal, kata Gandi, sektor pertanian memiliki pengaruh yang sangat besar, dalam menunjang ketahanan pangan, stabilitas nasional, dan merupakan profesi yang menjanjikan.

“Jadi generasi muda diharapkan lebih berminat untuk menjadi petani,” ujar Stefanus Gandi, melalui siaran pers yang diterima media ini, Selasa 23 Agustus 2022.

Ia menjelaskan, demografi saat ini menunjukan masyarakat yang berprofesi sebagai petani sudah mencapai angka 70 persen. Sehingga mahasiswa mengambil jurusan pertanian dinilai tepat.

“Ketika ada anak-anak muda berani mengambil jurusan pertanian seperti ini, maka tentu ini menjadi kekuatan,” terang Stefanus Gandi.

“Para mahasiswa pertanian setelah tamat harus mampu memberdayakan petani dengan ilmu yang telah dipelajari di kampus,” jelas Gandi menambahkan.

Kondisi pertanian saat ini membutuhkan konsep menyeluruh, karena sistem pertanian mengalami perubahan sebagai dampak kemajuan teknologi dan meningkatnya pengetahuan manusia. Sistem pertanian berkembang dari primitif, tradisional, hingga ke modern.

“Saat ini adik-adik sekalian tentu membutuhkan strategi untuk memodernisasi sektor pertanian dari tradisional menuju pertanian berbasis teknologi maju atau modern. Untuk mendapatkan konsep ini, tentu harus belajar dengan orang yang belajar khusus,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Pemda Manggarai Diduga Gusur Pilar Tanah Milik Warga Secara Sepihak

Pendiri Laboratorium Pertanian Bridge Academy Nagekeo, Kasianus Sebo, menjelaskan, petani adalah profesi bebas dan jarang mendapatkan pertentangan ditengah masyarakat.

Petani bisa merangkap profesi dan tidak dilarang dalam aturan lembaga manapun. Seperti PNS dan para politisi sekalipun tentu bisa merangkap profesi sebagai seorang petani.

Berbanding terbalik, jika PNS merangkap sebagai politisi. Sebab, dua profesi ini tidak bisa dijalankan bersamaan, karena terikat aturan atau dilarang Undang-undang.

“Menjadi petani tidak dipertentangkan oleh seluruh lembaga. Mau advokat, PNS dan jadi petani juga tidak ada yang permasalahkan,” ujar Kasianus.

Ia menjelaskan, Bridge Academy Nagekeo merupakan sebuah lembaga pelatihan yang menyasar kaum milenial, dan didirikan sejak bulam Mei 2020 lalu. 

“Lembaga ini berusaha menjembatani kaum muda milenial dengan kebutuhan pasar hortikultura di Kabupaten Nagekeo dan Flores umumnya,” ungkapnya.

Bridge Academy Nagekeo menggunakan pola alih pengetahuan dan keterampilan yang memadukan sekolah lapangan terpusat dan pengolahan lahan sendiri.

Sehingga Bridge Academy Nagekeo sudah menciptakan multiplier effect atau dampak ganda bagi kelompok binaannya, sekaligus memberikan inspirasi kepada masyarakat sekitar.

Setelah magang, pemerintah akan membantu anak-anak berupa pemberian traktor. Hingga sudah melatih 50-an anak muda, remaja putus sekolah yang dilatih di Bridge Academy Nageko.

“Saya ingin mengembalikan anak-anak muda untuk bertani, karena sekarang banyak anak muda jarang punya niat untuk bertani. Mereka kuliah hanya ingin jadi PNS,” tandasnya. (*)