Ende, KN – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, menggulirkan inisiatif baru untuk mempercepat penanganan rumah tidak layak huni di wilayahnya.
Selain mengandalkan skema hunian dari program nasional, ia mengusulkan model renovasi berbasis gotong royong yang melibatkan sinergi antara dana desa, APBD kabupaten, dan APBD provinsi.
“Tahun depan, kita mesti masuk di urusan ini menggunakan dana gotong royong pemerintah desa, kelurahan, kabupaten, dan provinsi. Skemanya 20 juta rupiah per rumah, dibagi tiga: dana desa 10 juta, kabupaten 5 juta, dan provinsi 5 juta. Kami akan tanggung lebih dari 160 miliar rupiah untuk program ini,” jelas Gubernur Melki saat kunker di Kabupaten Ende, Sabtu (6/9/2025).
Melalui intervensi ini, Gubernur berharap dapat menyasar 7 dari 14 parameter kemiskinan yang selama ini menjadi indikator utama kondisi sosial-ekonomi masyarakat di NTT.
Tak hanya melalui anggaran pemerintah, Gubernur Melki juga menyebut akan mengupayakan pembangunan 15.000 unit rumah menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai lembaga swasta.
“Kalau itu bisa disentuh, mudah-mudahan di ujung masa pemerintahan, jumlah hunian tidak layak huni di NTT bisa diturunkan,” harapnya.
Ekonomi NTT Tumbuh Positif, Pertanian Jadi Andalan
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Melki juga mengapresiasi capaian pertumbuhan ekonomi NTT yang menunjukkan tren positif.
Pada triwulan II tahun 2025, ekonomi NTT tumbuh sebesar 5,44%, naik dibanding triwulan I yang berada di angka 4,55%. Pertumbuhan ini bahkan melampaui angka nasional sebesar 5,12% untuk periode yang sama.
“30% penyumbang pertumbuhan itu datang dari sektor pertanian. Walaupun agak tidak sebanding, kalau sektor pertanian dibantu di NTT, berarti kita telah membantu 60% penduduk NTT,” ujarnya.
Ia pun mengingatkan pentingnya menjaga harga jual hasil pertanian, “Di titik ini kita tidak boleh kompromi soal harga. Harga jual di NTT tidak boleh lebih kecil dari harga yang ditetapkan pemerintah.”
Promosi Tour De EnTeTe dan NTT Mart
Sebagai bagian dari promosi potensi daerah, Gubernur Melki memperkenalkan rencana pelaksanaan event Tour de Entete yang akan melewati Kabupaten Ende sebagai salah satu etape.
Ia juga memperkenalkan NTT Mart, sebuah platform distribusi produk hilirisasi UMKM dari desa-desa, yang akan dikembangkan melalui program One Village One Product (OVOP).
Bupati Ende Dorong Strategi Inovatif Tingkatkan PAD
Sementara itu, Bupati Ende, Yosef Benediktus Badeoda, menegaskan komitmen Pemkab Ende untuk mempercepat pelaksanaan program strategis nasional.
Ia menyebut, Ende menargetkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp150 miliar pada 2025 dan tengah mencari terobosan kreatif untuk mencapainya.
Langkah-langkah yang ditempuh antara lain pembentukan tim TP2D untuk memetakan kebocoran anggaran, efisiensi belanja dan perjalanan dinas, intensifikasi pajak, serta perbaikan tata kelola parkir, pasar, dan sektor jasa seperti hotel dan restoran.
“Berbagai event berbasis CSR dan sponsorship juga akan digalakkan agar tidak membebani APBD namun tetap mendorong pertumbuhan ekonomi dan UMKM,” jelasnya.
Bupati Yosef juga meminta dukungan Pemerintah Provinsi NTT untuk mengintervensi pembangunan jalan provinsi antar kecamatan di Ende, serta menyampaikan apresiasi atas dukungan BPJS Ketenagakerjaan yang telah menjangkau 9.731 pekerja rentan di daerahnya.
BPJS Kesehatan Capai Cakupan 98% di Ende
Kepala Kantor BPJS Kabupaten Ende, Nara Grace Boru Ginting, mengungkapkan bahwa tingkat kepesertaan BPJS di Ende telah mencapai lebih dari 98%, dengan tingkat keaktifan sebesar 95%.
Capaian ini membuat Ende mendapatkan predikat UHC Prioritas, yang memungkinkan aktivasi langsung kepesertaan bagi warga yang baru didaftarkan.
Ia juga mengapresiasi alokasi anggaran sebesar Rp10,7 miliar dari Pemkab Ende untuk mendukung jaminan kesehatan masyarakat. “Kami berharap agar kuota provinsi yang belum dimanfaatkan bisa segera diserap oleh pemerintah kabupaten,” ujarnya. (*/ab)

