NTT Menuju Panggung Energi Dunia, Gubernur Melki Teken Kerja Sama Investasi Rp9,6 Triliun untuk Proyek Hidrogen Hijau

Gubernur NTT Melki Laka Lena Teken Kerja Sama Investasi Rp9,6 Triliun untuk Proyek Hidrogen Hijau dalam forum Bisnis Prancis-Indonesia. (Foto: Istimewa)

Jakarta, KN – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali mencuri perhatian dalam forum internasional. Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena resmi menandatangani kesepakatan kerja sama dengan perusahaan energi asal Prancis, PT HDF Energy Indonesia, untuk mengembangkan ekosistem hidrogen hijau di wilayahnya.

Penandatanganan ini dilakukan di Jakarta, Rabu (28/5/2025), dalam rangkaian Indonesia-France Business Forum yang turut dihadiri oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden RI Prabowo Subianto.

Melalui kerja sama ini, HDF Energy akan menggelontorkan investasi sebesar USD 600 juta atau sekitar Rp9,6 triliun guna membangun delapan pembangkit listrik berbasis teknologi Renewstable di sejumlah wilayah di NTT, termasuk Sumba Timur, Sumba Barat Daya, Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Rote Ndao, Alor, dan Sikka. Investasi ini merupakan bagian dari total komitmen investasi sebesar USD 2,3 miliar untuk kawasan Indonesia timur.

Gubernur Melki Laka Lena menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari transformasi NTT sebagai pelopor energi terbarukan di Indonesia.

“NTT ingin membuktikan bahwa daerah kepulauan timur Indonesia bisa jadi pusat inovasi energi terbarukan dunia. Kita mulai dari sini, dari hidrogen hijau,” ujarnya.

Teknologi Bersih dan Stabil untuk Daerah Terpencil

Pembangkit listrik Renewstable menggunakan kombinasi energi surya dan angin yang dikombinasikan dengan teknologi penyimpanan hidrogen, menjadikannya solusi energi bersih, stabil, dan berkelanjutan. Sistem ini sangat cocok untuk wilayah-wilayah terpencil seperti di NTT, yang memiliki potensi energi alam melimpah namun minim infrastruktur.

HDF Energy melihat NTT sebagai lokasi strategis untuk mengembangkan proyek berskala global, dengan kondisi geografis yang ideal dan dukungan politik yang kuat.

“Prancis melihat Indonesia, terutama NTT, sebagai mitra strategis dalam membangun ekosistem energi baru yang berkelanjutan,” ujar Carine Lalmant, perwakilan Kedutaan Besar Prancis.

BACA JUGA:  Kabar Gembira, Pemerintah dan DPR Sepakat Angkat 1,7 Juta Honorer Jadi ASN di 2024

Tak hanya fokus pada pembangkitan listrik, kerja sama ini juga mencakup studi dekarbonisasi sektor maritim, dengan melibatkan Kementerian Perhubungan, PT ASDP, dan PLN, sebagai bagian dari integrasi hidrogen hijau dalam sistem transportasi laut nasional.

Tantangan Sosial dan Komitmen Partisipatif

Meski membawa peluang besar, proyek energi berskala besar ini juga menghadapi tantangan, terutama terkait pengelolaan lahan, keterikatan adat, dan risiko sosial-ekologis. Beberapa kalangan akademisi dan organisasi masyarakat sipil mengingatkan potensi konflik agraria dan greenwashing jika proyek tidak dilaksanakan secara inklusif.

Menanggapi hal itu, Gubernur Melki memastikan keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam setiap tahap pelaksanaan.

“Kami tidak ingin proyek ini jadi simbol greenwashing. Ini harus jadi milik rakyat NTT, bukan hanya investor. Kami sudah sepakat dengan pimpinan HDF untuk melibatkan para tokoh masyarakat sejak awal,” tegasnya.

NTT Menuju Panggung Energi Dunia

Kerja sama ini dipandang sebagai langkah strategis jangka panjang dalam menghadapi krisis energi fosil dan perubahan iklim. Lebih dari sekadar proyek infrastruktur, inisiatif ini berpotensi menciptakan lapangan kerja, inovasi teknologi, serta model pembangunan berkelanjutan berbasis kearifan lokal.

NTT, yang selama ini kerap dikaitkan dengan status sebagai daerah tertinggal, kini mulai mendefinisikan ulang perannya sebagai pionir energi hijau nasional dan mitra strategis internasional.

Sebagai pengembang dan operator pembangkit listrik berbasis hidrogen, HDF Energy telah membuktikan kapabilitasnya di berbagai negara, dan kini siap menjadikan NTT sebagai laboratorium alami transisi energi.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan mitra internasional, proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi lokal, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi energi global. (*)