Kupang, KN – Direktur Operasional PT Flobamor, Runpah Ataupah mengatakan, konservasi Taman Nasional Komodo (TNK) harus menjadi isu yang dibahas saat perhelatan ASEAN Summit 2023 atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara ASEAN yang dilaksanakan Mei 2023 mendatang.
Sebagai perusahaan daerah yang dipercaya Pemerintah Provinsi NTT untuk terlibat dalam konservasi di TNK, PT Flobamor dipastikan turut berperan serta dalam ASEAN Summit khusus mempromosikan konservasi TNK
“Yang ingin kita sampaikan ke pemimpin dunia bahwa TNK ini warisan dunia. Bukan hanya untuk NTT dan Indonesia tapi juga warisan dunia yang sama-sama harus kita jaga,” ujar Runpah Ataupah kepada wartawan di Kupang pada, Senin, 13 Maret 2023.
Ia menambahkan, kegiatan konservasi yang sedang dilakukan PT Flobamor bekerjasama dengan Balai TNK di Taman Nasional Komodo melibatkan masyarakat lokal.
“Untuk konservasinya, kami sudah melakukan beberapa hal. Contohnya, sampah-sampah di Pulau Padar dan Pulau Komodo sudah kami bersihkan secara rutin dan kami kirimkan ke Labuan Bajo untuk diolah bukan untuk dibuang. Siapa tau bisa jadi kerajinan tangan,” ujarnya.
Konservasi yang dilakukan pihaknya bersama Balai TNK, bukan saja berkonsentrasi pada habitat Komodo namun seluruh ekosistem yang ada di TNK termasuk biota di dalam laut.
Konservasi ini dilakukan semata-mata hanya untuk menjaga keberlangsungan destinasi Pariwisata Premium TNK.
“Bukan hanya komodo yang kita jaga tapi seluruh ekosistem yang ada di TNK. Terumbu karang dan kehidupan bawah laut juga harus kita jaga. Artinya, kalau tidak ada semua itu, apalah artinya Pulau Komodo, Pulau Padar,” jelasnya.
Selain melakukan konservasi, ia juga mengatakan bahwa pihaknya juga melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan pengamanan di wilayah TNK.
Hal lain yang telah dilakukan pihaknya dalam upaya konservasi adalah dengan melatih guide lokal sebanyak 30-40 orang di Pulau Komodo dan Pulau Padar dan telah diperlengkapi dengan skill pelatihan dan sarana dan prasarana.
“Ini yang paling penting. Ada orang yang naik ke Padar pingsan, bahkan ada yang meninggal. Jadi faktor keamanan yang menjadi target utama kami,” ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan penelitian ilmiah daya dukung, daya tampung jasa ekosistem di tahun 2022. Berdasarkan penelitian ini, konservasi harus dilakukan pada lingkungan habitat ekosistem Komodo.
Pasalnya, setiap manusia yang masuk di lingkungan TNK pasti ada akibat negatif terhadap lingkungan tersebut. Sehingga perlu dilakukan ditanggulangi dengan cara konservasi seperti patroli, penanaman terumbu karang, pengelolaan sampah dan penelitian.
“Konservasi ini butuh dana. Dana ini sebaiknya datang dari masing-masing orang berkunjung kesana bukan dari hasil pajak. Lebih baik, yang bayar itu menjadi sumbangan konservasi, menjadi kontribusi konservasi dari semua orang-orang yang datang kesana,” tandas Runpah Ataupah. (*/KN)