Bisnis  

Kredit Bank NTT Meningkat 5,5 Persen, Stefen Messakh: Kita Pentingkan Kualitas!

Angka ini masih terus berubah, sehingga diprediksi pertumbuhan Kredit Bank NTT bisa mencapai 6,5 persen di akhir tahun 2022.

Direktur Kredit Bank NTT Paulus Stefen Messakh (Foto: Humas Bank NTT)

Kupang, KN – PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami perlambatan pertumbuhan Kredit pada tahun 2022.

Dari sisi growth atau pertumbuhan, data per 29 Desember 2022, Kredit Bank NTT mengalami peningkatan 5,5 persen dari target 7,5. Angka ini masih terus berubah sehingga diprediksi, pertumbuhan Kredit Bank NTT bisa mencapai 6,5 persen di akhir tahun 2022.

Direktur Kredit Bank NTT Paulus Stefen Messakh mengatakan, pertumbuhan Kredit mengalami perlambatan, karena Bank NTT ingin bertumbuh dengan kualitas kredit yang lebih baik.

“Selama ini kita kejar pertumbuhan, tapi kita tidak bisa me-manage kualitas kredit yang lebih baik. Sesuai keputusan Pengurus, kita tetap menjaga pertumbuhannya, tapi tetap harus menjamin kualitas kredit yang kita berikan,” kata Direktur Kredit Bank NTT Paulus Stefen Messakh dalam jumpa Pers bersama wartawan, Kamis 29 Desember 2022.

Ia menjelaskan, pertumbuhan sektor Kredit Bank NTT masih didominasi kredit konsumsi yang berada di angka 72 persen. Sementara kredit produktif di Bank NTT mencapai 27 persen.

Kemudian kredit modal kerja Bank NTT bertumbuh 97 persen dari target anggaran di tahun 2022. Sedangkan kredit investasi terus bertumbuh mencapai angka 77 persen.

“Kita concern di pertumbuhan yang memperkuat fundamental ekonomi NTT. Kita bertumbuh dari pembiayaan UMKM yang sementara ditindaklanjuti oleh semua kantor cabang,” jelasnya.

BACA JUGA:  Josef Nae Soi Apresiasi Pelaku Pengembangan PAUD di NTT

Direktur Kredit Bank NTT Paulus Stefen Messakh menambahkan, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, bahwa tahun 2024 rasio pembiayaan inklusi makro prudensial semua bank harus mencapai angka 30 persen.

“Bank NTT bulan November 2022 kita sampaikan ke Bank Indonesia bahwa kita sudah mencapai angka 24,3 persen,” ucapnya.

Adapun rasio pembiayaan inklusi makro prudensial adalah pembiayaan inklusif untuk kredit-kredit UMKM dan MBR atau Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dengan capaian di atas 20 persen, maka Bank NTT akan mendapat pembiayaan dana insentif.

“Artinya dana tidak terkumpul di Bank Indonesia, tapi kita gulirkan lagi untuk pembiayaan kredit. Target 2024, kita optimis akan mencapai 30 persen sesuai yang disampaikan oleh Bank Indonesia,” ujar Stefen Messakh.

Dari sisi NPL (Non Performing Loan), Bank NTT terus melakukan sejumlah strategi terbaik untuk menekan dan mengendalikan NPL. Hasil proyeksi, NPL Bank NTT pada akhir tahun mencapai 2,8 persen.

“Dari tahun 2021 sampai sekarang, untuk kredit-kredit yang kita berikan, NPL nya terjaga dengan baik. Tidak ada yang bermasalah,” tandasnya.

Ke depan, Bank NTT akan terus melakukan pembiayaan terhadap sektor UMKM, pertanian yaitu program TJPS, juga untuk ketahanan energi. “Kita berencana akan membiayai biomasa di Kabupaten TTU,” tutup Stefen Messakh. (*)