Rohani  

Pesparani II Tingkat Provinsi NTT Ajang Pengembangan Nilai Spiritual dan Iman Katolik

Ada tiga venue yang digunakan dalam penyelenggaraan Pesparani II Tingkat Provinsi NTT yakni Kampus Unwira Kupang, Aula dan Gereja Sta. Maria Asumpta, serta Aula dan Gereja St. Yosep Naikoten.

Ketua Panitia Pesparani II Tingkat Provinsi NTT Sinun Petrus Manuk saat menyampaikan sambutan di acara pembukaan Pesparani II Tingkat Provinsi NTT. (Foto: Ama Beding)

Kupang, KN – Pesparani (Pesta Paduan Suara Gerejani) Katolik II Tingkat Provinsi NTT resmi dibuka pada Minggu 4 September 2022, bertempat di Aula Sta. Immaculata Kampus Unwira Kupang.

Pembukaan Pesparani II Tingkat Provinsi NTT ditandai dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Ende, Uskup Agung Kupang dan Uskup Atambua.

Ketua Panitia Pesparani II Tingkat Provinsi NTT, Drs. Sinun Petrus Manuk mengatakan, Pesparani adalah salah satu bentuk pegelaran lomba seni musik liturgi yang dilandaskan pada nilai spiritual iman Katolik.

“Pesparani dilaksanakan secara terorgnisir untuk mengembangkan iman Katolik,” kata Sinun Petrus Manuk, saat menyampaikan laporan panitia.

Ia menjelaskan, maksud pelaksanaan Pesparani ini adalah untuk meningkatkan kesadaran umat beragama dan sebagai sarana pembinaan toleransi, merawat kekerabatan, dan kerukunan agama dalam bingkai NKRI.

Pesparani II Tingkat Provinsi NTT melombakan 13 mata lomba yang akan diikuti oleh 20 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi NTT, dan dilaksanakan mulai hari ini tanggal 4 sampai 7 September 2022.

BACA JUGA:  Surat Gembala Prapaskah atau Paskah 2022 Uskup Ruteng

“Banyak kekurangan yang terjadi selama proses penjemputan hingga acara. Semua itu kekurangan yang manusiawi. Tapi yakinlah, kami selalu memberikan yang terbaik kepada peserta dan official selama Pesparani ini,” tandasnya.

Ketua LP3KD Provinsi NTT Frans Salem menyampaikan, Pesparani II Tingkat Provinsi NTT dilaksanakan dalam berbagai keterbatasan dan kekurangan.

Namun di balik itu, ada berbagai sumbangan yang diberikan oleh umat maupun pihak-pihak luar yang notabene bukan beragama Katolik.

“Itu artinya, dengan Pesparani II kita sedang menghidupi semangat gotong rotong. Pesparani II adalah pesta umat dan sedang menjadi momentum tumbuhmya semangat solidaritas lintas iman, lintas budaya dan lintas suku,” tandas Frans Salem. (*)