Kupang, KN – PT. Bank NTT mampu mencatat kinerja positif di tengah pandemi Covid-19. Kinerja Bank NTT terbukti sangat baik, dengan berbagai prestasi yang dicapai sepanjang tahun 2021.
Per tanggal 28 Desember 2021, aset Bank NTT tercatat mencapai Rp16 Triliun, DPK atau Dana Pihak Ketiga Rp12.7 Triliun, Giro Rp2,3 Triliun, Tabungan Rp3,9 Triliun, Deposito Rp6,5 Triliun, Kredit Rp11 Triliun, LDR 87,699% serta Laba Sebelum Pajak Rp321 Miliar.
Sejumlah catatan positif ini semakin menegaskan posisi Bank NTT sebagai Bank Sehat di bawah nahkoda Direktur Utama Harry Alexander Riwu Kaho, Direktur Kredit Paulus Stefan Messakh, Direktur Dana dan Treasury Yohanis Landu Praing, Direktur TI dan Operasional Hilarius Minggu, serta Direktur Kepatuhan Christofel S. M. Adoe.
Catatan dan capaian kinerja yang positif ini bakal menjadi modal penting bagi Bank NTT untuk bergerak menuju Bank Devisa pada tahun 2023 mendatang.
Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho menegaskan, Bank NTT sedang berjalan menuju Bank Devisa, karena salah satu sumber devisa yang bisa menopang PAD adalah transaksi-transaksi ekspor dan impor.
“Kita dekat dengan Australia, Timor Leste, Pasifik Selatan dan juga negara-negara tetangga lainnya. Selama ini komoditi-komoditi kita keluar melalui Provinsi lain dan kita kehilangan devisa,” kata Dirut Alex Riwu Kaho dalam kegiatan bertajuk Media Gathering bersama awak media belum lama ini.
Ia menyebut dengan menjadi Bank Devisa, maka transaksi-transaksi ekspor impor, selain memberikan pajak untuk negara, tetapi juga akan memberikan ruang bagi penambahan PAD atau Pendapatan Asli Daerah.
“Misalnya dengan kehadiran pelabuhan petik emas atau rantai ekonomi lainnya misalnya industri energi terbarukan dan peternakan di Sumba, pariwisata di Labuan Bajo dan daerah lain, akan menciptakan value added pada neraca transaksi yang sebelumnya tercatat di neraca perdagangan provinsi lain, kita alihkan ke NTT,” jelas Riwu Kaho.
Sehingga nantinya, kata Dirut Alex, devisa bukan hanya diterima oleh negara, tetapi juga diterima oleh daerah melalui kebijakan pengolahan hasil dan kegiatan ekspor impor.
Direktur Utama Bank NTT dalam kesempatan yang sama mengajak awak media untuk turut serta berkontribusi membangun Bank NTT, sesuai harapan para pemegang saham dan seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur.
Sementara Direktur Kredit Bank NTT Paulus Stefan Messakh menyampaikan, tahun 2021 Bank NTT mengalami pertumbuhan kredit di angka 3% lebih atau sebesar Rp426 Miliar.
Menurutnya, angka pertumbuhan kredit ini sudah sangat besar atau luar biasa, apalagi dalam situasi pandemi Covid-19.
“Kondisi kredit produktif kita ini masih wait and see dan juga dilihat dari sisi demand atau permintaan,” ujarnya.
Dalam kondisi pandemi, Bank NTT menerapkan persyaratan teknis yang menggunakan asas kehati-hatian. Hasilnya pertumbuhan kredit tahun ini tidak terlalu signifikan.
Untuk tahun 2021, pengurus Bank NTT sudah berkomitmen untuk tidak terlalu mengejar kredit yang besar. Pasalnya berkaca pada tahun-tahun yang telah lewat, pertumbuhan kredit Bank NTT memang besar, tapi kualitas kredit sangat buruk.
Bank NTT pun telah melakukan berbagai pembenahan sektor kredit, di antaranya pembenahan tata kelola manajemen resiko kredit yang lebih bagus lagi, penerapan manajemen resiko yang lebih hati-hati, proses manajemen resiko harus lebih baik lagi, dan yang terakhir adalah pengendalian resiko.
“Ini konsep yang kita bangun. Kita tetap ingin ekspansi, tetapi lebih hati-hati dengan melihat kondisi debitur kita,” ujar Stefan Messakh.
Ke depan, Bank NTT akan masuk ke sektor pembiayaan UMKM. Dari data yang ada, saat ini pembiayaan sektor UMKM sudah mencapai 22%. Targetnya pada tahun 2023 pembiayaan UMKM harus bisa mencapai 30%.
“Dalam RBB kita tahun 2022, langkah yang akan kita lakukan adalah bagaimana kita melakukan pembiayaan yang lebih ekspansif dan prudent dari sisi UMKM kita,” tegas Stefan Messakh.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank NTT Hilarius Minggu menambahkan, ke depan ada regulasi-regulasi baru yang ditetapkan oleh Bank Indonesia terutama setralisasi laporan BI Fast.
“Kalau kemarin MTGS atau SKMBI itu prosesnya masih manual. Ke depan semuanya online dan biayanya juga akan berubah,” ucap Hilarius.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kepatuhan Bank NTT Christofel S. M. Adoe menyampaikan, pihaknya telah berkomitmen untuk mempertahankan tingkat kesehatan bank agar tetap berada pada posisi Bank Sehat.
“Istilahnya maintenance TKB2. Karena di mana-mana biasanya disampaikan bahwa merebut lebih mudah dari pada mempertahankan,” ucapnya.
Oleh karena itu, untuk menuju Bank Devisa, kerja sama antara dari berbagai direktorat akan ditingkatkan terutama dalam hal tata kelola kredit, operasional, dan GCG yang saat ini sudah cukup baik.
“Tata kelola GCG akan diperbaiki dan kami akan bekerja sama dengan BPKP Provinsi NTT sehingga berbagai SOP bisa dibenahi bersama. Ke depan berbagai tata kelola SOP baik di sisi bisnis maupun operasional ditata lebih baik lagi,” jelas Christofel Adoe.
Selain itu, dengan adanya POJK Nomor 12 dan 13 Tahun 2021, maka fokus utama adalah berkaitan dengan pengendalian resiko produk yang akan launching.
“Di bidang IT misalnya keamanan data dan kemananan dana nasabah harus dimitigasi dengan baik, baru OJK bisa kasi ijin untuk kita launching berbagai produk-produk kita,” tandasnya.
Menurut Direktur Kepatuhan Bank NTT Christofel Adoe, semua hal yang disebutkan itu akan dibenahi dengan baik demi mencapai Bank Devisa pada tahun 2023 mendatang.
“Karena tahun 2022 ini tahapan berbagai persiapan dari sisi pelayanan, IT, SOP dan SDM dilakukan. Sehingga saat kita ajukan menjadi Bank Devisa itu bisa terpenuhi, terutama menjaga tingkat kesehatan Bank agar tetap terjaga dengan baik,” tandasnya. (Ama Beding/Adv)