Kumpulan Puisi Karya Ella Marcela

Ilustrasi fiksi / Foto: Freepik

Ruteng, 26 September 2021

Bagian 1

Menangislah
Jika kau merasa dirimu tak baik – baik saja.
Kau perlu menangis untuk meluapkan keluh-kesahmu.

Menangislah
Jika apa yang kau harapkan tak sesuai dengan apa yang terjadi.
Kau harus sadar bahwa didunia ini semua orang merasakan hal yang sama dengan apa yang kau rasakan saat ini.

Menangislah
Jika kau sedang bahagia.
Kelak ketika ketika kau sedang bahagia kau akan ingat bahwa kau pernah menangisi kehidupanmu.

Menangislah.

Bagian 2  

Seiring bertambahnya usiamu

Sering bertambahnya usia, mungkin kau akan terlihat bahagia.
Sering bertambahnya usia, kau mungkin mendapatkan masalah-masalah kecil.
Sering bertambahnya usia, kau bisa menyelesaikan persoalan dengan caramu sendiri.

Seiring bertambahnya usia, kau mulai mendapatkan masalah yang besar.
Seiring bertambahnya usia, kau mulai kehilangan kebahagiaan.
Seiring bertambahnya usia, kau tak bisa menyelesaikan masalahmu lagi.

Seiring berjalannya waktu
Kau tak ingin usiamu bertambah.

Bagian 3
 
Semesta
Semesta mengajarkan kita banyak hal.
Kadang semesta memberikan kita kebahagiaan.
Terkadang  semesta  juga memberikan kita kesedihan.

Semesta
Semesta menyadarkanku bahwa tak ada orang yang bisa aku harapkan didunia ini.
Semesta menyadarkanku bahwa orang-orang akan datang dan pergi.

Semesta
Semesta memberikanku banyak kejutan.
Kejutan yang membuatku bahagia dan juga kejutan yang bisa membuatku sedih.

Semesta
Mengapa diriku selalu menyalahkanmu.
atas semua yang terjadi.
Walaupun aku tahu ini memang sudah jalannya.

Jalan untuk berdamai denganmu.
Semesta.

Bagian 4
 
Aku hanya butuh seseorang

Aku hanya butuh seseorang, seseorang yang bisa memelukku dikala peliknya hidup

Membutuhkanku sebuah kehangatan.

Aku hanya butuh seseorang, yang bisa mencintai diriku apa adanya.
Bukan karena fisikku,bukan karena parasku.
Tapi seseorang yang tulus mencintaiku  dari hatinya.

Aku hanya butuh seseorang, yang bisa mendengarkan keluh-kesahku dikala aku tak tahu harus menceritakannya ke orang tuaku.

Aku hanya butuh…
Aku hanya butuh seseorang

Bagian 5 

Hujan

Hujan dan Kesepian.
Tak kala aku sadar aku sudah berada ditahap bahwa  aku membutuhkan seseorang.
Seseorang yang bisa mendengarkan keluh-kesahku.
Satu saja mungkin sudah cukup.
Kulihat dari kaca jendelaku.
Rintik hujan membasahi bunga yang tadi siang kutanam.
Berharap seseorang akan datang membawa sebuah bunga untukku.
Hujan semakin deras.
Namun aku tak kunjung melihat seseorang itu datang.
Yang kulihat adalah hujan dan angin yang. Saling beradu, seakan-akan mengatakan siapa yang paling kuat diantara mereka.
Lantas bagaimana denganku?
Apakah aku harus membisu dirumah tua ini.
Membayangkan seseorang yang tak akan pernah datang dalam hidupku.

Bagian 6

Kutipan

Ku titipkan kutipan ini padamu.
Kutipan yang mungkin kau tak akan pernah mengerti, mengapa aku titipkan padamu.
Kutipan-kutipan yang mungkin sudah kau lupa.
Kutipan ini masihku simpan dalam diaryku.
Aku sadar kau pasti melupakannya.
Kutipan yang kau tulis disore hari.
Kala lidah tak bisa berucap, kau menuliskan kutipan ini tuk ku.

Bagian 7

Tuhan tahu apa yang kau inginkan.
Tuhan tahu kau ingin bahagia.
Tuhan tahu kau ingin agar orang-orang selalu ada dekatmu.
Tuhan tahu bahwa kau ingin dicintai.
Dicintai oleh seseorang yang tak bisa membuatmu berpaling dari yang lain.
Tapi mungkin kau lupa bahwa,
Tuhan juga tahu apa yang kau butuhkan.
Tuhan tahu kau hanya butuh ruang, ruang untuk berdamai dengan dirimu sendiri.
Tuhan tahu bahwa kau tak butuh siapa – siapa untuk membuatmu bahagia.
Karena dengan adanya dirimu itu sudah cukup.
Tuhan tahu apa yang kau inginkan.
Tapi ingat
Tuhan juga tahu apa yang lebih kau butuhkan.

Bagian 8

Manusia
Katanya manusia itu manusia yang ceroboh.
Sudah diberikan kesempatan kedua malah makin bertingkah.
Mungkin dia tak tahu kepercayaan itu bukan hal yang mudah untuk dibangun.
Kepercayaan itu layaknya sebuah rumah, jika ia dibangun dengan baik, ia akan menjadi rumah yang megah. Pun sebaliknya jika ia dibangun dengan tidak baik, ia akan menjadi rumah yang tak indah untuk dipandang mata.
Manusia itu katanya manusia yang benar, apa-apa menggunakan logika untuk menilai sesuatu.
Wahai manusia kamu diciptakan untuk saling memaafkan bukan saling menghakimi.
Ayolah, sekali-kali gunakan juga hatimu dalam melakukan suatu keputusan.
Manusia itu katanya tidak suka basa-basi.
Ia mau agar suatu hal terjadi sesuai dengan apa yang dia inginkan, hingga suatu hal ia menangis.
Menangisi kebodohan yang telah ia lakukan. Sia pikir bahwa semua hal didunia ini hanya untuknya. Dia lupa bahwa masih ada langit diatas langit.
(*)