Oelamasi, KN – Tanoto Foundation bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memfasilitasi sejumlah jurnalis di NTT untuk melakukan studi lapangan kasus Stunting.
Studi lapangan dilaksanakan di Desa Sillu, Kecamatab Fatuleu, Kabupaten Kupang, Senin 11 Desember 2023.
Hadir dalam kesempatan itu, ECED Program Specialist Tanoto Foundation Arnoldus Paut, Sekretaris BKKBN NTT Mikhael Yance Galmin, Sekretaris Desa Sillu Thomas Kake beserta perangkat desa, serta para jurnalis yang tergabung dalam Forum Koordinasi Jurnalis NTT.
Sekretaris Desa Sillu Abihut Fatutuan dalam sambutannya saat menerima tim Tanoto Foundation, BKKBN dan Forum Koordinasi Jurnalis NTT mengatakan, jumlah kasus Stunting di Desa Sillu mengalami penurunan.
Ia menyebut, pada tahun 2022, jumlah kasus Stunting di Desa Sillu mencapai 125 anak.
Namun tahun 2023 mengalami penurunan, sehingga saat ini tercatat 88 anak di Desa Sillu yang masih mengalami Stuntinng.
“Dapat kami sampaikan bahwa kasus Stunting di Desa Sillu tahun lalu adalah 125 anak. Sekarang Stunting turun jadi 88 anak,” ujar Fatutuan saat berdialog dengan sejumlah jurnalis.
Meski terjadi penurunan, ia mengakui bahwa angka penurunan Stunting di wilayahnya belum begitu signifikan. “Memang Stunting turun, tetapi belum signifikan,” ungkap Fatutuan.
Dengan kehadiran Forum Koordinasi Jurnalis NTT di Desa Sillu, ia membuka kesempatan seluas-luasnya kepada para jurnalis untuk bertemu balita Stunting, ibu hamil, dan ibu nivas untuk melakukan wawancara.
Sekretaris BKKBN NTT, Mikhael Yance Galmin mengatakan, pihaknya membawa jurnalis untuk dapat melihat langsung keluarga-keluarga yang berisiko stunting.
“Kami membawa para jurnalis untuk dapat melihat langsung kondisi keluarga dari yang berisiko anak itu bisa stunting,” ujar Yance.
ECED Program Specialist Tanoto Foundation Arnoldus Paut berharap, kehadiran jurnalis mampu membawa dampak yang masif terhadap upaya mengatasi Stunting di wilayah itu.
“Kami sangat berharap dari monitoring lapangan ini, rekan- rekan jurnalis bisa mendapat data, memberi masukan dan menulis atau membuat berita yang bisa menggugah khalayak ramai, agar bersama semua unsur terkait untuk berkolaborasi pentahelix dalam mengatasi masalah stunting di NTT,” ungkapnya.
Jurnalis Kompas.com, Giran Bere mengatakan, dirinya menemukan kondisi ekonomi warga berisiko Stunting yang sangat memprihatinkan. Menurutnya kondisi ekonomi warga yang jauh dari kata layak bisa menyebabkan terjadinya Stunting.
Di samping itu, para jurnalis juga menemukan ada wanita di Desa Silu yang sudah berusia 48 tahun, tapi masih melahirkan anak ke-7.
“Kami akan membuat kemasan berita yang baik dan lebih humanis terkait stunting, dan kami semua jurnalis akan menuangkan apa yang kami lihat, dengar, rasa dalam bentuk karya jurnalistik yang bisa menggugah hati semua warga masyarakat untuk ikut terlibat memberantas stunting di NTT,” pungkasnya. (*)