Waingapu, KN – Langit Jumat pagi pekan silam, masih teduh ketika ratusan jemaat mulai berdatangan ke GKS Jemaat Umamapu di Waingapu, Sumba Timur. Bukan untuk menghadiri kebaktian biasa, melainkan menyimak dengan saksama pemaparan dari para pegawai Bank NTT Cabang Waingapu yang datang membawa satu misi: mengenalkan dunia perbankan ke jantung komunitas iman.
Dengan setelan rapi dan senyum yang tak henti terkembang, Yusuf Hanggar Mawolu, Pimpinan Bank NTT Cabang Waingapu, berdiri di hadapan 107 jemaat yang hadir. Di sisi lain, Ketua dan Bendahara BPMJ dari berbagai jemaat GKS se-Sumba Timur menyimak dengan teliti. Sosialisasi produk dana dan kredit, menurut Yusuf, bukan sekadar urusan bisnis, tapi bagian dari perutusan sosial ekonomi: membumikan inklusi keuangan hingga ke altar gereja.
“Gereja adalah mitra strategis. Di sini kami tidak hanya bicara soal bunga kredit, tapi juga soal harapan, soal kemandirian,” ujar Yusuf kepada SelatanIndonesia.com, Kamis (17/7/2025).
Bank NTT menyadari, banyak komunitas gereja yang belum sepenuhnya tersentuh layanan perbankan modern. Maka, lewat kemitraan dengan Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS), mereka mulai menjangkau kelompok-kelompok akar rumput dengan pendekatan yang lebih akrab, ramah budaya, dan penuh penghargaan terhadap nilai lokal.
Di antara produk yang dikenalkan pagi itu: tabungan, deposito, layanan digital banking, hingga kredit khusus untuk gereja dan pelayan jemaat. Ada juga produk seperti Kredit SPAM dan Greenhouse—dua skema pembiayaan yang dirancang untuk menopang kebutuhan air bersih dan pertanian berbasis teknologi sederhana.
“Tidak semua jemaat harus menunggu datang ke bank. Kali ini, biar kami yang datang ke mereka,” kata Yusuf, tersenyum, sambil menunjukkan brosur layanan mobile banking Bank NTT. Di layar, tampak simulasi aplikasi yang mudah diakses, bahkan oleh warga lansia.
Diskusi berlangsung hidup. Beberapa peserta mengacungkan tangan, menanyakan skema cicilan, prosedur jaminan, hingga kemungkinan pengajuan kredit untuk kegiatan ekonomi kreatif berbasis komunitas. Beberapa lainnya langsung menyatakan niat membuka rekening.
Bagi Bank NTT, kegiatan ini bukan satu-satunya. Di berbagai kabupaten lain seperti Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, kantor cabang di Waibakul, Waikabubak, dan Waitabula telah lebih dulu menjejakkan kaki di lingkungan gereja dan komunitas lokal. Semua mengusung semangat yang sama: “Ayo Bersinergi Membangun NTT.”
Dengan 12 jaringan kantor layanan dan 9 mesin ATM yang tersebar di Sumba Timur, Bank NTT Cabang Waingapu ingin memastikan bahwa setiap warga, sekecil apapun usahanya, sebesar apapun imannya, bisa merasakan manfaat kehadiran lembaga keuangan milik daerah ini.
“Inklusi keuangan itu bukan hanya soal angka dan saldo. Ini soal memberdayakan. Soal memberi ruang bagi semua orang untuk bermimpi lebih besar,” ujar Yusuf, menutup sesi pagi itu.
Lagu pujian mengalun pelan saat kegiatan usai. Di luar gereja, beberapa ibu masih berbincang soal rencana membuka warung sembako dengan modal kredit mikro. Di sisi lain, seorang pendeta muda mencatat tanggal untuk pertemuan lanjutan. Bank dan gereja, rupanya, menemukan jalan tengah di pertemuan yang tak biasa: antara liturgi dan literasi. (*/ab)