Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) – Warga Desa Alas, Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka, kini dapat menikmati akses langsung ke air bersih siap minum, berkat program inovatif kolaborasi antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Tajuk kolaborasi tersebut adalah “Pengeboran air bersih dan ultrafiltrasi air siap minum program pengabdian masyarakat 3T wilayah Indonesia Timur di NTT kerjasama ITB dengan Kemendes PDTT”.
Pada 18-19 November 2024, tim dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITB, yang dipimpin oleh Dr. Eng. Eka Oktariyanto Nugroho, S.T., M.T., melangsungkan pengeboran sumur di Desa Alas yang merupakan pelaksanaan program “Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Mengatasi Kekurangan Air Bersih di Desa Alas, Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka, NTT”. Pengeboran sedalam 35 meter ini menghasilkan air yang diolah menggunakan teknologi ultrafiltrasi canggih, sehingga langsung layak konsumsi.
“Kami berharap fasilitas ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan dirawat dengan baik oleh warga desa, agar manfaatnya dirasakan dalam jangka panjang”, ungkap Dr. Eng. Eka. Warga Desa Alas diwakili oleh Kepala Desa (Bapak Desa) Alas Randy Berek, menyambut baik dan antusias dalam pelaksanaan ini. “Seluruh warga turun tangan bergotong-royong dalam melancarkan kegiatan ini, dimana kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap sejak pencarian titik air sampai pengeboran serta pemasangan alat ultrafiltrasi air”, lanjut Dr. Eng. Eka.
Krisis Air Bersih yang Teratasi
Sebelum adanya fasilitas ini, warga Desa Alas harus membeli air tangki dengan harga Rp300.000 per tangki, meskipun pendapatan rata-rata keluarga hanya berkisar Rp500.000 hingga Rp2.000.000 per bulan. “Sebagian warga bahkan terpaksa mengambil air dari sungai, yang tidak hanya memberatkan secara ekonomi, tetapi juga meningkatkan risiko kesehatan akibat air yang tidak layak konsumsi. Kondisi ini juga berkontribusi pada masalah malnutrisi dan stunting”, ungkap Bapak Desa Alas.
“Hasil pengeboran ini yang berupa air layak minum langsung, sangat membantu bagi warga kami yang berjumlah 1576, baik dari sisi kebutuhan air maupun kesehatan”, lanjut Bapak Desa Alas.
Program ini menjadi jawaban atas krisis air bersih yang kerap melanda Provinsi Nusa Tenggara Timur, salah satu wilayah yang dikenal rawan akses air bersih di Indonesia.
Teknologi Tepat Guna Air Bersih
Instalasi ini menggunakan teknologi IGW Membran Ultrafiltrasi karya Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D. Adapun membran ultrafiltrasi bekerja pada tingkat molekuler untuk menghilangkan patogen dan kontaminan secara efektif sambil mempertahankan laju aliran air yang tinggi. Teknologi ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk mendorong air melalui membran ultrafiltrasi yang sangat selektif. Membran ini mampu memisahkan kontaminan seperti bakteri, virus, dan logam berat, sehingga menghasilkan air yang bersih. Hal ini merupakan hasil dari penelitian panjang dari Prof. Ir. I Gede Wenten dengan meninjau secara komprehensif tentang teknologi “GRAVITY-DRIVEN HIGHLY SELECTIVE ULTRAFILTRATION” (GHSU), mulai dari prinsip-prinsip teoretis hingga aplikasi praktisnya (https://scholar.google.com/citations?user=5LPPbi8AAAAJ&hl=en)
Jangkauan Program yang Luas
Kunjungan tim DRPM ITB ke NTT pada 16-20 November 2024 melibatkan eksplorasi dan instalasi fasilitas air bersih di tujuh desa yang tersebar di dua kabupaten: Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Malaka. Di Timor Tengah Selatan, lima desa penerima manfaat adalah Desa Hoi, Desa Fatu Manufui, Desa Santian, Desa Pene Utara, dan Desa Lakat. Sementara itu, di Kabupaten Malaka, Desa Alas dan Desa Rabasahara menjadi prioritas penerima manfaat.
Dr. rer. nat. Widodo, S.T., M.T., ketua tim seluruh kegiatan “Pengeboran air bersih dan ultrafiltrasi air siap minum program pengabdian masyarakat 3T wilayah Indonesia Timur di NTT kerjasama ITB dengan Kemendes PDTT”, menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan wujud nyata komitmen ITB dan Kemendes PDTT dalam membantu daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia.
Kegiatan ini merupakan salah satu dari program Pengabdian Masyarakat 3T WIlayah Indonesia Timur Kerjasama ITB dan Kemendes PDTT yang dilaksanakan oleh DRPM ITB bidang pengabdian kepada masyarakat, dalam hal ini diketuai oleh Deny Willy Junaidy, S.Sn., M.T, Ph.D, sebagai asisten direktur yang juga hadir bersama Asisten Direktur Bidang Kerjasama Mohammad Farid, S.T, M.T, Ph.D. dan Kasie Program Kerjasama dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ferdyansyah Poernama, A.Md.
Selama program berlangsung, tim ITB juga turut mensosialisasikan Aplikasi Desanesha. Aplikasi tersebut dapat menjembatani komunikasi kepala desa di seluruh Indonesia dengan para pakar ITB terkait permasalahan yang dihadapi di desa terkait. Latar belakang dibuat Aplikasi Desanesha adalah karena sulitnya kepala desa di daerah untuk mengakses informasi ataupun berkomunikasi dengan para pakar dari berbagai universitas. Aplikasi ini dapat di akses melalui Google Play (https://play.google.com/store/apps/details?id=com.lppm.desaku_v3&hl=id&pli=1) maupun App Store (https://apps.apple.com/id/app/desanesha/id6443714373)
Dampak Nyata bagi Masyarakat
Program ini tidak hanya menyediakan akses air bersih, tetapi juga diharapkan meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus menjadi langkah strategis dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh minimnya akses sanitasi dasar.
Dengan kehadiran teknologi ultrafiltrasi yang inovatif, warga Desa Alas kini memiliki harapan baru untuk hidup lebih sehat dan sejahtera.
Author:
Dr. Eng. Eka Oktariyanto Nugroho
0811-2209-122