Flotim  

Mahasiswa KKN-T FISIP UNWIRA Hijaukan Area Mata Air Wai Pok Desa Balaweling

Mata air Wai Pok sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan letaknya yakni Wai Pok Blolo.

Kolase foto aksi penghijauan yang dilakukan oleh Mahasiswa KKN-T FISIP UNWIRA di Area Mata Air Wai Pok Desa Balaweling. (Foto: Bosko Beding)

Adonara,KN – Sejumlah Mahasiswa peserta KKN-T FISIP Unwira di Desa Balaweling Kecamatan Witihama, Kamis, 25 Mei 2023, melakukan penghijauan di area mata air Wai Pok, Desa Balaweling, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur.

Ditemani sejumlah aparat desa dan pemilik lahan (area mata air Wai Pok) Gregorius Gomak Sabon, peserta KKN-T yang berjumlah enam orang dan dikomandoi oleh Amelia Araujo, seorang perempuan berdarah Timor-Leste, mahasiswa KKN-T di Desa Balaweling menanam puluhan pohon di sekitar area mata air Wai Pok. Mata air Wai Pok sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan letaknya yakni Wai Pok Blolo (berada di ketinggian) dan Wai Pok Rere (berada di tempat lebih rendah).

Gregorius Sabon, pemilik lahan tempat mata air berada mengatakan, dari tahun ke tahun debit mata air Wai Pok baik Wai Pok Rere dan juga Wai Pok Blolo semakin mengecil atau berkurang. Hal ini dikarenakan area hijau sekitar mata air pada musim kemarau sering terbakar akibat pembakaran hutan.

“Di sekitar sini ada lahan pertanian masyarakat. Masyarakat sering membuka kebun dengan cara membakar, sehingga kalau tidak dijaga dengan baik maka api akan merambat dan membakar seluruh area sekitar, termasuk pohon-pohon besar yang menjadi pelindung air tanah,” ungkap Goris.

Senada dengan Goris, Amren Kurouman, aparat desa sekaligus tokoh pemuda Desa Balaweling mengatakan, kebakaran hutan di sekitar sini tidak hanya akibat dari dibukanya kebun-kebun dengan cara membakar, tetapi juga di area sekitar mata air Wai Pok sampai ke arah pantai Bani merupakan area perburuan masyarakat, sehingga kadang-kadang pemburu turut juga membakar hutan, agar dapat mempersempit ruang gerak target buruan seperti babi hutan, ayam hutan, monyet, dan masih banyak binatang hutan lainnya.

Dari pantauan mahasiswa peserta KKN-T, perbukitan yang menjadi area aliran air tanah yang memunculkan mata air Wai Pok, ditumbuhi oleh mayoritas tanaman jati putih yang juga menurut mereka menjadi alasan mengapa debit air di mata air Wai Pok menjadi berkurang dari tahun ke tahun.

BACA JUGA:  Perseftim Siap Berpartisipasi dalam Ajang ETMC di Lembata

“Saya pikir jati putih menjadi salah satu penyebab mengapa debit air di mata air Wai Pok menjadi berkurang atau mengecil. Seharusnya tanaman yang tumbuh di area sekitar mata air adalah tanaman-tanaman seperti beringin, aren, bambu, dll. Jati putih hanya akan merusak unsur hara tanah dan tidak bisa melindungi mata air,” kata Silvester, salah satu peserta KKN-T di Desa Balaweling.

Penghijauan ini dilakukan dengan maksud menjaga debit air di kedua mata air tersebut tidak mengering, bahkan diharapkan kedepannya pohon-pohon yang ditanam dapat menyimpan dan merawat air tanah dengan baik sehingga volume mata air tetap tersedia dari tahun ke tahun, mengingat Wai Pok adalah sumber air bersih petani dan peternak dari Desa Balaweling yang beternak dan bertani hingga ke wilayah Utara, tepatnya area Pantai Bani, sekitar ± 7-8 km dari Desa Balaweling.

“Ini adalah program kelompok KKN-T kami. Kami sadar bahwa Desa Balaweling sangat kesulitan air bersih apalagi jika memasuki musim kemarau. Jadi saya mengajak semua orang untuk tetap menjaga Wai Pok sebagai sumber air yang telah alam sediakan untuk kita. Tugas kita hanya menjaga dan merawatnya. Kasihan kalau suatu saat mata airnya benar-benar kering. Bagaimana nasib ternak dan lahan pertanian masyarakat Balaweling yang berada di Bani?” Tutup Ririn, mahasiswa dari Ilmu Pemerintahan Unwira Kupang.

Adapun penghijauan yang dilakukan oleh peserta KKN-T FISIP Unwira di Desa Balaweling, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, dengan menanam jenis-jenis pohon seperti Pinang, Gamal dan Beringin di area sumber mata air Wai Pok, merupakan realisasi pengabdian mereka terhadap masyarakat Balaweling. (Kornelis Joh. Don Bosko Beding)