Ruteng, KN – Sebanyak 8 Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia berkumpul di Kota Ruteng Kabupaten Manggarai, untuk membahas Roadmap Digitalisasi Bank Pembangunan Daerah.
Kegiatan yang dilaksanakan Kamis 2 Maret 2023 ini, dihadiri oleh perwakilan dan jajaran direksi dari BPD Jambi, BPD Sultra, BPD Papua, BPD Kalsel, BPD Bali, BPD NTT, dan BPD Banten dan BPD Sulselbar.
PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur sebagai tuan rumah dalam kegiatan tersebut, menghadirkan Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho, Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Hilarius Minggu, Direktur Kepatuhan Christofel Adoe, dan Kepala Bank NTT Cabang Ruteng Romy Radja Langu.
Selain itu, hadir juga Direktur dari PT Fortress Data Service (FDS) dan PT Sarana Pactindo (PAC), Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTT, S. Donny Heatubun, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT, Japarmen Manalu, serta perwakilan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE).
Direktur PT. Fortress Data Service (FDS) Sutjahyo Budiman mengatakan kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan mempersiapkan 8 BPD tersebut agar bisa menjadi regional champion di daerah masing-masing.
“Yang mana BPD itu bisa siap untuk menghadapi digitalisasi sehingga bisa siap untuk menambah peran, terutama dalam tantangan digitalisasi di Indonesia,” kata Sutjahyo kepada wartawan.
Ia menjelaskan, terdapat 3 poin utama yang dibahas bersama dalam pertemuan 8 BPD tersebut. Pertama, melaksanakan digital bisnis dalam 6 bulan ke depan. Kedua, melakukan efisiensi dari segi operasional dengan penerapan digitalisasi. Ketiga adalah penguatan keamanan siber. Hasil dari kesepakatan, semua BPD sepakat untuk memperkuat posisi BPD di kancah industri finansial Indonesia.
Sementara Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho mengatakan, 8 BPD yang bertemu di Ruteng memiliki core banking yang sama. Mereka berdiskusi bersama vendor, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BSSN dan BSrE untuk menyatukan persepsi, dalam rangka melakukan adaptasi cerdas menyambut digitalisasi dan perkembangan industri perbankan.
“Khususnya dalam memitigasi risiko dan memenuhi regulasi lainnya, dan mampu melihat peluang-peluang potensi bisnis yang ada. Semua itu menjadi bagian dari diskusi kita hari ini,” kata Dirut Alex Riwu Kaho.
Mantan Direktur Dana Bank NTT ini menjelaskan, dalam diskusi bersama, pihaknya juga menyepakati untuk menata cyber crime secara baik, dalam rangka meningkatkan kemanan operasional di era digital.
“Secara business process, kita juga harus melakukan langkah-langkah perubahan dan penyesuaian, sehingga efisiensi dapat kita raih dengan business process yang lebih efektif, mudah, murah, dan cepat, tapi dalam frame yang aman, terkendali, dan valid untuk tata kelola. Kita juga sedang melakukan tata kelola kembali terhadap e-Office, serta risk enterprise yang juga terus dikembangkan,” jelas Dirut Alex.
Dirut Bank NTT menerangkan, penerapan digitalisasi menjadi sebuah prospek yang sangat baik, sehingga Bank NTT terus menyesuaikan diri dengan tuntutan nasabah yang semakin berubah, tapi dengan risiko yang semakin meningkat baik kualitatif maupun kuantitasnya.
“Kita juga harus menyesuaikan diri dengan bisnis model yang baru, karena dunia berubah, selera berubah, dan populasi berubah. BPD tidak punya pilihan lain selain harus beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut,” ujar Dirut Alex.
Ia menambahkan, di era digital banyak tantangan yang dihadapi oleh BPD baik secara internal maupun eksternal yang meliputi SDM, Cyber Crime, serta pasar yang semakin laus dan kompetisi yang semakin ketat. Meski demikian pihaknya terus beradaptasi untuk menghadirkan model bisnis terbaik bagi nasabah.
“Kita adakan kegiatan ini di Ruteng untuk memperkenalkan sisi lain NTT sebagai New Tourism Territory. Orang datang ke Flores bukan hanya Labuan Bajo, tapi Ruteng punya pesona wisata budaya yang tidak kalah dengan daerah lain. Karena itu kita mau eksplor itu,” tandasnya.
Terpisah Direktur Utama Bank Jambi, H. Yunsak El Halcon selaku peserta dalam kegiatan itu mengapresiasi atas kolaborasi dan kerja sama dari berbagai pihak khususnya di lembaga Bank BPD.
“Alhamdulillah kolaborasi atau sinergi antara 8 DPD yang menyatukan platform digital sehingga mampu untuk membantu masyarakat khususnya UMKM yang ada di daerah-daerah,” ungkapnya.
Menurutnya, BPD punya tugas khusus untuk bersama-sama membangun rakyat kecil melalui apa yang diterapkan oleh Bank NTT, begitu juga dengan bank-bank lainnya.
Selai itu, untuk platform yang dibahas pada kegiatan tadi, lebih kepada marketplace yang menyatukan nomor induk usaha kemudian ada sertifikasi halal yang online ke pajak. Hal ini juga telah dibuat oleh Bank Jambi.
“Harapan kami memang itu untuk membantu masyarakat lebih khusus tadi itu UMKM. Karena praktisnya kita di situ. Kita tidak main besar, tapi kita hanya lebih fokus ke yang kecil-kecil, karena bank ini didirikan untuk membantu masyarakat kecil,” tutupnya.
Untuk diketahui, kegiatan di Ruteng ini merupakan acara atau kegiatan ke-3 dari rangkaian BPD Group Discussion. Sebelumnya telah dilakukan di Cibitung dengan mengangkat topik Penerapan Digitalisasi BPD, dan Penerapan Standarisasi Digital yang diadakan di Jambi. (*)