“Yesus sudah mengajarkan kolaborasi melalui apa yang diucapkannya, yaitu ‘Akulah pokok anggur, kamulah rantingnya, dan Bapakulah pengusahanya. Kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku’. Jadi Yesus terus mendorong kita untuk tidak bekerja sendiri, melainkan kerja bersama atau kolaboratif. Maka untuk melayani banyak orang melalui pencegahan stunting untukmu menghasilkan anak-anak yang cerdas, berkualitas, hebat dan unggul, sehingga mampu menjadi manusia berkatakter Kristus, yang membawa kemajuan, maka kuncinya kita harus berkolaborasi mulai dari gereja, tokoh agama, jemaat dan masyarakat, pemerintah serta lembaga terkait lainnya,” ungkap Putera dari Nusa Bungtilu ini.
“Dengan kerja kolaborasi maka kita ciptakan super tm yang tidak terkalahkan. Apapun tantangannya pasti dapat kita lewati menuju kemajuan. Kita juga selalu bersama untuk melakukan perubahan dan inovasi lainnya. Kita berpikir untuk kemajuan bersama menuju kesejahteraan,” jelas jebolan Doktor bidang Pariwisata UKSW Salatiga ini.
Pada kesempatan yang sama Bupati Timor Tengah Selatan Egusem Pieter Tahun juga mengharapkan agar melalui peletakan batu pertama pembangunan yang sejak awal sudah baik ini dapat terus dipertahankan agar tahun depan dapat diresmikan bersama.
“Pembangunan ini kita sudah memulai dengan langkah yang baik, oleh sebab itu kita harapkan ke depannya, dapat terus berjalan lancar dan sukses, sehingga dapat digunakan. Jadi kami berharap, baik dari Pemerintah Provinsi NTT maupun Pemerintah Kabupaten TTS sendiri, nantinya melalui kegiatan peletakan batu pertama hari ini, kedepannya pembangunan yang dilaksanakan mulai hari ini juga dapat dinikmati dan dimanfaatkan dengan baik oleh pihak jemaat se Klasis So’e Timur dan masyarakat sekitarnya. Berbagai kegiatan terkait dengan kegiatan gereja lainnya juga bisa berjalan optimal, khususnya di wilayah Klasis Soe Timur ini,” tambah Bupati Egusem.
Sementara itu, Sekretaris Majelis Sinode GMIT Pdt. Yusuf Nakmofa M.Th, yang hadir mengikuti kegiatan tersebut juga mengungkapkan bahwa peletakan batu pertama ini menjadi simbol pengukuhan iman sekaligus tekad dan komitmen umat untuk terus hidup dan melayani.
“Hari ini ketika kita meletakkan batu pertama, dalam tradisi gereja kita, peletakan batu pertama dalam pembangunan gereja, pastori, kantor, dan lain – lain, merupakan simbol pengukuhan iman sekaligus tekad dan komitmen umat, bahwa bangunan yang akan dibangun untuk diletakkan diatas kasih Kristus yang telah mengokohkan dan meneguhkan persekutuan jemaat”, ungkap pendeta Nakmofa.
“Majelis Sinode tentu percaya bahwa kantor Klasis sama seperti kantor Sinode, itu adalah rumah bersama dari para Abdi Allah. Karena itu kedepanya bangunan ini bukan hanya menjadi kantor Klasis dari majelis Klasis untuk mengurus hal-hal yang bersifat administratif formalitas, tapi harus menjadi tempat bernaung dari para Abdi Allah yang layak di klasis ini. Dari kantor ini ketika para Abdi Allah akan keluar ke masyarakat, persekutuan indah umat Tuhan harus semakin tertata dibangun demi kemuliaan nama Tuhan,” harap Pendeta Nakmofa yang pernah melayani di salah satu jemaat di Amfoang Tengah ini.

